Pages

Jumat, 16 Maret 2007

Paper Pengantar Manajemen : SIX SIGMA DALAM TOTAL QUALITY MANAJEMEN


Total Quality Manajemen (TQM)
TQM merupakan suatu sistem manajemen yang melibatkan semua unsur dan aspek dalam perusahaan. Mulai dari top pimpinan atau Top Management sampai dengan pelaksana teknis/ operator (button up Management). Sistem TQM harus dimengerti, dipahami dan diterapkan secara sinergis, efisien dan efektif dalam semua aktivitas di lingkungan perusahaan demi tercapai-nya tujuan, sasaran dan target produktivitas sesuai dengan kebijakan Pimpinan Puncak.
TQM sebagai suatu konsep manajemen mutu memang telah dilaksanakan oleh banyak perusahaan dan terbukti dapat membuat perusahaan tetap bertahan hidup seperti yang dialami oleh perusahaan-perusahaan di Jepang sekitar tahun 1950. Negara Jepang itu sendiri yang sangat membanggakan prinsip TQM, tidak semua perusahaannya berhasil menerapkan sistem ini. Tetapi dengan kajian yang lebih mendalam membuktikan hampir seluruh perusahaan di Jepang menerapkan TQM untuk mengelola administrasi dan manajemennya. Namun demikian dunia terus bergerak ke arah perdagangan global dan dibutuhkan suatu standar manajemen mutu yang bersifat global dan diakui dunia.
Sistem TQM merupakan dasar dari manajemen didalam menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 series(1994) dan ISO 9001(2000) dan juga dasar penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001(1996). Adanya perbedaan standar untuk hal-hal yang sama dalam negara atau tempat yang berbeda dapat mengakibatkan rintangan dalam menjalin hubungan di masing-masing pihak. Oleh karena itu muncullah standar ISO 9000 dengan berbagai versi yang telah menjadi standar sistem manajemen mutu yang paling diakui oleh dunia internasional.
ISO terbukti memiliki pengaruh yang baik untuk lebih berkembang ke arah yang positif terhadap implementasi elemen-elemen pendukung TQM. Pengaruh ISO dirasakan sangat tinggi terhadap faktor kesatuan tujuan sementara ISO dirasakan berpengaruh paling rendah terhadap partisipasi karyawan. Dan ISO juga memiliki peranan yang cukup besar dalam kinerja manajemen mutu perusahaan. Adapun elemen pendukung TQM adalah kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, Komunikasi, ganjaran dan pengakuan serta pengukuran.
Walaupun peranan-peranan elemen pendukung tersebut belum dirasakan sangat besar namun pengimplementasiannya dari waktu ke waktu akan semakin memperbesar peranannya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi yang kuat dan signifikan antara elemen-elemen TQM dengan faktor-faktor kinerja manajemen mutu.

Six Sigma
Sebagai terobosan baru di bidang manajemen kualitas, Six Sigma akan membantu meningkatkan kualitas secara komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, memberi dukungan dan memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada pemahaman akan kebutuhan pelanggan dengan menggunakan fakta, data dan analisis statistik.
Meski pertama kali digunakan untuk meningkatkan mutu proses kerja di bidang manufaktur, namun penerapan konsep Six Sigma terus berkembang. Saat ini, telah banyak perusahaan yang telah menerapkan Six Sigma, selain untuk meningkatkan kinerja mutu di industri manufaktur, juga untuk meningkatkan kinerja perusahaan-perusahaan jasa pada sektor industri.
Tuntutan konsumen terhadap produk/jasa yang zero defect semakin meningkat. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, banyak konsep manajemen mutu diterapkan dan bahkan beberapa perusahaan ada yang sudah mengklaim bahwa produk/jasanya sudah berhasil menjadi zero defect. Six Sigma di beberapa manufaktur dengan arti yang sederhana adalah ukuran kualitas yang berupaya keras untuk mendekati kesempurnaan kualitas.
Six Sigma adalah pendekatan dan metodologi yang diatur dengan kesesuian data untuk menghapuskan defect (pengaturan terhadap enam deviasi standar antara nilai tengah dan batas spesifikasi yang paling dekat) dalam setiap proses dari manufaktur sampai produk siap di pasarkan.
Six Sigma juga merupakan strategi bisnis yang menitik-beratkan pada fokus kegiatan atau proses usaha pada penciptaan produk dan jasa yang mendekati sempurna karena tidak ada yang sempurna di dunia ini, selama itu ciptaan manusia pasti ada faktor kesalahan (defect) yang dikandungnya. Mengapa memakai istilah sigma? Karena ini berasal dari kaidah statistik yang mengukur seberapa jauh sebuah proses penciptaan produk dan jasa menyimpang dari sempurna. Semakin kecil sigma, maka semakin menyimpang dari sempurna. Gagasan yang melandasi Six Sigma adalah bahwa bila Anda bisa mengukur berapa banyak kesalahan (defect) yang anda punyai dalam sebuah proses, secara sistematik Anda bisa merencanakan bagaimana bisa mengeliminasi dan membawanya mendekati zero defect.
Semakin besar sigma, maka semakin mendekati sempurna hasil yang kita dapatkan dari proses usaha kita. Sebagai contoh kita akan lihat apa arti 3 sigma dan kemudian kita bandingkan dengan 6 sigma.

Apa yang kita peroleh dari perusahaan yang beroperasi dengan 3 sigma?
  • Sekurangnya ada 54 ribu kasus salah pemberian obat oleh dokter per tahun
  • Lebih dari 40 ribu bayi yang baru dilahirkan, jatuh dari gendongan dokter atau bidan per tahun
  • Sekurangnya ada 4 kecelakaan pesawat terbang pada pelabuhan udara sibuk di dunia, setiap hari
  • Sekurangnya terjadi 1350 kesalahan pembedahan per minggu
  • Sekurangnya terjadi 54 ribu surat yang hilang per jam.
Sedangkan perusahaan yang beroperasi dengan 6 sigma memberikan dampak berikut:
  • Ada satu kasus salah pemberian obat dalam kurun 25 tahun
  • Tiga kasus bayi terjatuh dari gendongan dokter atau bidan dalam kurun 100 tahun, atau satu kasus dalam kurun 33 tahun
  • Satu kasus kecelakaan pesawat dalam 10 tahun di “semua” pelabuhan udara yang ada di dunia
  • Satu kesalahan pembedahan dalam 20 tahun
  • 35 pucuk surat yang hilang per tahun.
Pada intinya, perusahaan yang beroperasi dengan Three Sigma berpotensi melakukan kesalahan lebih banyak daripada perusahaan yang beroperasi dengan Six Sigma karena Six Sigma sebagai suatu metode yang lebih menekankan pada perbaikan kualitas yang didasarkan pada keinginan pelanggan, sehingga dalam Six Sigma penentuan atribut yang berkaitan langsung dengan keinginan pelanggan (critical to quality) sangat penting untuk diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis data yang akan diukur.
Tiga Komponen Utama Six Sigma
Tujuan umum dari Six Sigma adalah mengurangi tingkat kesalahan dan waktu siklus yang dilakukan secara terus menerus. Dalam filosofi Six Sigma ada tiga komponen utama yang menjadi pusat perhatian dan semua kegiatan usaha difokuskan pada komponen-komponen ini. Tiga komponen tersebut adalah: pelanggan (customer), proses usaha (business process) dan karyawan (employee). Ketiga komponen ini menjadi satu kesatuan terpadu yang tidak bisa dipisahkan. Penekanan hanya kepada pelanggan tanpa memperhatikan proses usaha yang stabil dan kepuasan karyawan, akan menyebabkan pemenuhan kebutuhan pelanggan yang bersifat sementara (temporary fulfillment). Penekanan hanya pada efisiensi proses usaha tanpa memperhatikan kepuasan pelanggan dan karyawan akan menimbulkan efisiensi tanpa dibarengi dengan efektivitas sehingga kelanggengan usaha tidak bisa dipertahankan. Perhatian hanya pada kepuasan karyawan tanpa perbaikan proses usaha dan peningkatan kepuasan pelanggan akan menyebabkan kebanggaan diri yang berlebih dan kehilangan fokus kepada pelanggan. Ketiga komponen tersebut harus dijaga keseimbangannya.

Six_sigma_3_komponen_resized



Langkah-langkah menjadi perusahaan yang menerapkan Six Sigma :
Secara umum dan realistis, jangan pernah berpikir bahwa menjadikan suatu perusahaan sebagai Six Sigma Company akan terjadi dalam 1 malam, 1 bulan atau bahkan 1 tahun. Hal ini dikarenakan kita akan sangat tergantung pada semua individu karyawan yang ada di suatu perusahaan. Secara mendasar dan berdasarkan pengamatan, serta beberapa pengalaman nyata di beberapa perusahaan besar, implementasi penerapan sistem mutu atau dengan kalimat yang lain melakukan pengembangan pola dan sikap berpikir kualitas Six Sigma terhadap semua karyawan dalam suatu perusahaan umumnya membutuhkan waktu sekitar minimum 4 tahun hingga 6 tahun.
Untuk dapat lebih menggambarkan mengenai hal ini, tahapan-tahapan tersebut adalah:
  1. Membangun “Quality Awareness” kepada semua karyawan pada tahun pertama.
Ø  Pada fase ini perusahaan mulai melakukan training untuk mengembangkan pengetahuan tentang Six Sigma, mulai dari pola pikir hingga ke hal teknis yang terkait dengan bagaimana semua karyawan dituntut untuk melakukan process improvement secara struktural dan sistematis. Pelatihan ini, biasanya dilakukan untuk semua karyawan, dengan standar minimum adalah untuk setiap department head di perusahaan tersebut.
Ø  Di perusahaan yang sudah menerapkan konsep Six Sigma, seperti General Electric, dikenal istilah Black Belt, yaitu bila seorang karyawan telah diberikan pelatihan yang sangat komprehensif mengenai Six Sigma, mulai dari filosofi hingga ke masalah teknis bagaimana melakukan improvement yang tepat dan efektif. Seorang Black Belt, biasanya, difokuskan dalam proses pengembangan mutu di suatu perusahaan terlepas dari pekerjaan rutin sehari-hari (tiada hari tanpa melakukan improvement untuk perusahaan). Ada juga yang disebut Green Belt, yaitu seorang karyawan yang juga telah dibekali pelatihan yang cukup komprehensif tentang Six Sigma, dan diberi tanggung jawab hanya untuk melakukan continuous improvement di tempat dia bertanggung jawab atau bekerja saja. Selain itu, ada yang disebut Master Black Belt, yaitu seorang Black Belt yang telah mendapatkan pelatihan yang sangat intensif, untuk kemudian dijadikan tempat bertanya (internal consultant) bagi setiap Black Belt dan Green Belt, bila dirasakan adanya kekurangan-kekurangan tertentu.
Ø  Untuk pembentukan Master Black Belt, Black Belt dan Green Belt ini digunakan suatu standar, yaitu untuk setiap 20 orang karyawan harus memiliki 1 orang Green Belt, untuk setiap 100 orang karyawan dibutuhkan 1 orang Black Belt dan untuk setiap 30 Black Belt maka diperlukan minimum 1 orang Master Black Belt.

2.      Melakukan “Quality Deployment” terhadap hasil pelatihan dan praktisi yang telah dikembangkan di fase Awareness pada tahun kedua.
Ø  Pada tahap ini, pihak manajemen perusahaan, melalui koordinasi dari semua jajaran manajemen, melakukan secara sukarela atau didorong untuk mengaplikasikan skill yang sudah diterima dari training yang telah dilakukan.
Ø  Semua karyawan diminta dan diwajibkan untuk menjadikan semua inisiatif kualitas menjadi tindakan praktisi dan habit sehari-hari, tentu saja dengan dicontohkan oleh jajaran manajemen. Di sisi lain, semua Black Belt fokus melakukan perbaikan pada existing process, terutama yang terkait langsung dengan pelanggan.

3.      Di tahun ketiga, perusahaan sudah mulai memetik hasil kualitas substansial yang sudah terukur. Fase ini biasa disebut dengan fase Quality Result.
Ø  Pada fase ini sebenarnya perusahaan sudah mulai memetik hasil dari pelatihan karyawan yang dilakukannya.
Ø  Semua karyawan melakukan Quality Effort yang signifikan dalam process improvement di perusahaan, seperti proyek untuk peningkatan kualitas customer satisfaction, proyek untuk meningkatkan market share, proyek untuk meningkatkan customer retention, proyek untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan net income perusahaan.

ASPEK-ASPEK DALAM PENGENDALIAN KUALITAS

Mutu
Setidaknya ada tiga hal mendasar yang sangat mempengaruhi tingkat kesuksesan suatu produk atau layanan di pasaran, yaitu harga, ketersediaan, dan mutu/kualitas. Konsumen sangat membutuhkan produk atau layanan yang bermutu tinggi dan tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan harga yang terjangkau dan sesuai dengan manfaat yang akan diperoleh. Organisasi atau perusahaan akan dapat sukses dan mampu bersaing di pasaran jika tingkat kepuasan pelanggan terhadap pemakaian produk dan layanannya cukup tinggi. Faktor harga dan ketersediaan adalah fitur sementara saja, dalam arti pengaruhnya tidak berlangsung lama setelah terjadi transaksi. Lain halnya dengan mutu, yang mempunyai pengaruh dan implikasi yang cukup panjang, karena mutu suatu produk atau layanan ditentukan dari tingkat kesuksesan kegunaan produk atau layanan tersebut selama pemakaiannya (tidak terbatas pada point of sales saja).
Makna mutu atau kualitas suatu produk atau layanan sendiri erat kaitannya dengan: tingkat kesempurnaan, kesesuaian dengan kebutuhan, bebas dari cacat, ketidaksempurnaan, atau kontaminasi, serta kemampuan dalam memuaskan konsumen. Konsumen adalah pihak yang paling tepat dan adil dalam menilai masalah mutu dari produk atau layanan yang kita sediakan. Sebuah produk atau layanan yang memiliki fitur atau manfaat yang memuaskan kebutuhan konsumen dapat disebut sebagai produk atau layanan yang bermutu, demikian pula sebaliknya, produk atau layanan yang memiliki fitur atau manfaat yang tidak memuaskan kebutuhan konsumen dapat disebut sebagai produk atau layanan yang tidak bermutu. Anda akan dapat menilai tingkat kepuasan konsumen terhadap produk Anda melalui melalui berbagai cara, seperti feedback langsung dari konsumen, atau juga bisa dilihat dari tingkat kerugian penjualan, turunnya market share, dan pada akhirnya adalah kerugian bisnis. Pada pasar dengan tingkat persaingan usaha yang sangat ketat, mutu dari suatu produk atau layanan yang ditawarkan akan memiliki peranan yang sangat strategis terhadap perkembangan bisnis.

Sistem Manajemen Mutu
Sistem Manajemen Mutu adalah sesuatu yang tidak mungkin perusahaan Anda mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dan mempertahankan suatu produk yang bermutu tanpa disertai adanya manajemen proses yang matang dan rapi di dalamnya. Mutu yang baik tidak akan dapat diraih hanya dengan mengandalkan keberuntungan semata, tapi mutlak harus dengan cara penerapan manajemen bisnis yang baik.
Sistem manajemen mutu akan memberikan kemampuan kepada perusahaan atau organisasi dalam melakukan kontrol, menciptakan stabilitas, prediktabilitas, dan kapabilitas bisnis Anda. Dengan adanya sistem mutu diharapkan perusahaan Anda akan lebih terbantu dalam mencapai, mempertahankan, dan meningkatkan mutu produk atau layanan yang Anda sediakan secara ekonomis. Sistem manajemen mutu akan sangat membantu Anda untuk dapat bertindak dengan lebih baik dibanding sebelumnya.

Standarisasi Sistem Mutu
Ketika Anda membeli suatu produk atau layanan dari suatu perusahaan, Anda tentunya berharap akan mendapatkan produk atau layanan dengan kualitas atau mutu yang persis sama seperti yang mereka janjikan. Jaminan bahwa Anda akan mendapatkan kualitas barang atau layanan yang sesuai dengan harapan Anda tersebut hanya dapat diberikan oleh perusahaan yang telah memiliki sertifikasi suatu standar sistem mutu.
Mengapa standarisasi itu penting? Sebagai pembeli atau pengguna suatu produk tentunya kita akan merasa sangat terganggu dan kecewa ketika produk yang telah dibeli tersebut ternyata memiliki kualitas yang sangat buruk, tidak layak pakai, tidak cocok dengan peralatan yang telah kita miliki sebelumnya, mudah rusak, atau berbahaya jika digunakan. Sebaliknya ketika produk yang dibeli atau digunakan telah memenuhi keinginan dan harapan kita dan tidak menimbulkan masalah selama pemakaiannya, kita kadang merasakan kenyamanan tersebut sebagai hal yang biasa saja. Itulah sebagian gambaran dimana kita terkadang kurang peduli terhadap peran dari suatu standar sistem mutu dalam meningkatkan level kualitas/mutu, keamanan, ketahanan, efisiensi, dan hal yang dapat ditukarkan dari suatu produk yang kita gunakan. Suatu standar mutu memberikan kontribusi yang sangat besar pada segenap aspek kehidupan kita, walaupun kadang kontribusinya sering tidak kita sadari.
Lantas, peran seperti apa yang dapat dilakukan oleh suatu standar sistem mutu seperti ISO 9000, TS 16949, QS 9000, Six Sigma, dan Malcolm Baldrige dalam membantu kesuksesan suatu perusahaan. Sistem-sistem tersebut merupakan tool atau alat untuk membantu perusahaan agar bekerja dengan lebih terorganisir serta membantu pengelolaan dan pengontrolan proses bisnis yang berjalan di perusahaan dengan berpegang pada standar mutu yang telah ditetapkan. Sistem mutu seperti ISO 9000, TS 16949, QS 9000, Six Sigma, dan Malcolm Baldrige adalah suatu sistem yang telah teruji dan terbukti luas di dunia. Salah satu keuntungan penerapan suatu sistem mutu tersebut yaitu Anda tidak perlu lagi membuat suatu standar sistem mutu baru, yang perlu Anda lakukan hanyalah mengadaptasi sistem tersebut untuk disesuaikan dengan model bisnis dan kondisi perusahaan Anda. Pemilihan suatu sistem mutu yang akan kita adopsi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah regulasi perusahaan, sasaran bisnis, konsumen dan target pasar, bidang usaha, dan skala bisnis perusahaan.
Dengan penerapan suatu sistem mutu tertentu seperti ISO 9000, QS-9000, atau yang lain, tentunya akan membawa dampak positif bagi bisnis Anda, yaitu meningkatkan dan menjamin mutu dari produk atau layanan yang dihasilkan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk atau layanan yang kita sediakan. Mutu suatu produk/layanan dapat dijamin karena sistem secara otomatis akan berusaha mengontrol dan mencegah setiap potensi timbulnya ketidaksesuaian atau penyimpangan pada seluruh tahapan supply chain. Hal ini juga akan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan yaitu akan terhindarnya pemborosan anggaran, meminimalisasi biaya-biaya, dan pada akhirnya adalah meningkatnya keuntungan perusahaan secara signifikan.
Dibawah ini adalah dimensi mutu yang membedakan kedua jenis organisasi manufaktur maupun jasa, agar anda dapat mengenali beberapa aspek yang berpengaruh dalam peningkatan mutu yang dibutuhkan oleh organisasi masa kini.

DIMENSI MUTU PADA ORGANISASI MANUFAKTUR
Ø  Performance : Karakteristik utama yang terlihat dari bagaimana suatu produk bekerja atau berfungsi.
Ø  Features : Ciri-ciri fisik dari produk yang dihasilkan oleh organisasi anda
Ø  Reliability : Tingkat kemungkinan bagi suatu produk untuk bertahan dalam jangka waktu tertentu di bawah kondisi tertentu.
Ø  Conformance : Derajat dimana suatu karakteristik suatu produk, baik dari sudut fisik maupun cara kerjanya, sesuai dengan standar yang sudah ada.
Ø  Durability : Jangka waktu suatu produk dapat digunakan sebelum kerusakan atau penggantian harus dilakukan.
Ø  Serviceability : Kemungkinan bagi customer untuk melakukan perbaikan pada produk yang dibelinya secara cepat dan mudah.
Ø  Aesthetics : Segala ciri suatu produk yang dapat ditangkap oleh panca indera.
Ø  Perceived quality : Penilaian subjektif terhadap suatu produk berdasarkan citra, penampilan iklan atau nama mereknya.

DIMENSI MUTU PADA ORGANISASI JASA
Ø  Time : Seberapa lama customer anda harus menunggu layanan jasa Anda
Ø  Timeliness : Apakah layanan jasa anda dapat diberikan sesuai janji?
Ø  Completeness : Apakah semua bagian atau item dari jasa anda, dapat diberikan pada Customer anda?
Ø  Courtesy : Apakah karyawan yang berada di "garis depan" menyapa dan melayani customer anda dengan ramah dan menyenangkan?
Ø  Consistency : Apakah layanan jasa anda selalu dilakukan dengan cara yang sama untuk semua customer ?
Ø  Accessbility and convenience : Apakah layanan jasa anda mudah dijangkau dan dinikmati?

Ø  Responsiveness : Apakah karyawan anda selalu tanggap dan dapat memecahkan masalah yang tidak terduga?

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog Archive

Blogroll

Ini adalah aneka tugas kuliah yang saya kerjakan dan saya dapatkan saat kuliah Manajemen tahun 2006 hingga lulus. Hampir sepuluh tahun yang lalu. Koreksilah dahulu, cocokkan dulu dengan bahasannya dan jangan asal kopi-paste, karena bisa saja edisi bukunya berbeda sehingga soal-soalnya berbeda dan akhirnya jawabannya juga berbeda. Adanya gini, jangan minta lebih. Kalau mau perfect ya kerjakan sendiri. Tugas-tugas saya ini hanya sebagai penunjang yang fungsinya supporting, bukan sebagai tulang punggungnya. Gunakan dengan bijak, semoga bermanfaat.

About