Pages

Minggu, 11 Maret 2007

TUGAS MAKALAH PPKN INDIVIDU : “Dampak Informasi Visual Sinetron bagi Kemunduran Mentalitas Masyarakat Indonesia”

Latar Belakang Masalah

            Sinetron atau sinema elektronik adalah fenomena khas dalam pertelevisian Indonesia. Program acara televisi yang sama dengan soap opera ini lahir tahun 1980-an di TVRI (Televisi Republik Indonesia). Stasiun televisi milik pemerintah yang tidak menerima iklan ini adalah satu-satunya stasiun televisi yang ada saat  itu.
Sinetron semakin berkembang bersamaan dengan hadirnya lima stasiun televisi swasta di Indonesia : RCTI, SCTV, TPI, ANTV dan Indosiar  awal tahun 1990-an. Saat itu terdapat regulasi yang mengharuskan setiap stasiun televisi memproduksi program lokal lebih banyak dibandingkan program non lokal.  Sinetron menjadi unggulan program lokal dan merajai prime time hampir semua stasiun televisi.
Perang sinetron antar stasiun televisi untuk merebut perhatian pemirsa televisi dimulai. Tak heran jika yang berlaku kemudian adalah sistem rating. Semakin tinggi rating diperoleh, semakin banyak penontonnya, maka semakin tinggi pemasukan iklannya. Kondisi ini menguntungkan stasiun televisi, rumah produksi maupun pengiklan.  Oleh karena itu, sinetron yang sukses secara komersial seringkali memunculkan sekuel berikutnya. Seperti ‘Si Doel Anak Sekolahan’ maupun ‘Tersanjung’ yang diproduksi hingga 5 sekuel. Meskipun tidak berarti yang sukses di pasaran adalah yang baik mutunya.
Akibat pendewaan terhadap rating inilah kemudian muncul produksi sinetron kejar tayang. Produksi dilakukan secara cepat untuk mengantisipasi rating. Kualitas sinetron pun akhirnya diabaikan. Apalagi sebagian besar waktu prime time dikuasai melalui sistem blocking time oleh production house besar seperti Multivision dan Starvision sehingga keinginan mengisi space yang sudah dibeli lebih penting dibandingkan menjaga kualitas sinetron.
Semua hal ini mencerminkan kemunduran besar – besaran di masyarakat Indonesia. Masyarakat dicekoki dengan hal yang tidak realistis bahkan menjurus ke arah mistik. Hal ini sangat mempengaruhi mentalitas orang Indonesia menjadi semakin hedonis, mistis bahkan cenderung malas karena berharap ada seorang Ibu peri penyelamat yang tiba – tiba muncul untuk menyelesaikan masalahnya sehingga bekerja tidaklah diperlukan lagi.
Pembahasan

            Sinetron adalah akronim dari sinema elektronik. Menurut penulis Arswendo Atmowiloto, sinema elektronik adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai dengan konflik. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter khas masing-masing. Berbagai karakter yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat bahagia maupun sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh penulis skenario
            Yang sering ditampilkan dalam sinetron Indonesia adalah kisah cinta segi – tiga, perbutan harta warisan, anak yang ditindas ibu tirinya, menantu wanita yang ditindas mertuanya. Stereotipe cerita ini sangat tidak mencerminkan realita yang benar – benar terjadi di masyarakat kita.
Sayangnya masyarakat Indonesia tidak sadar bahwa mereka sedang dibodohi secara besar- besaran oleh para production house itu. Lebih lagi, sinetron ditonton mayoritas oleh kalangan kurang terpelajar seperti ibu-ibu rumah tangga, atau pembantu yang butuh waktu lama untuk menyadari bahwa mereka sedang dibodohi dengan impian kalangan atas.
Mereka yang biasanya hidup susah menjadi bermimpi untuk menjalani kehidupan seperti yang mereka tonton di sinetron yang serba wah. Kehidupan keluarga yang ada dalam sinetron seperti dalam mimpi. Di tengah krisis ekonomi dan politik yang melanda, kemewahan dalam sinetron menjadi hal yang biasa. Keluarga yang kaya raya, figur yang cantik dan tampan, perusahaan milik keluarga, rumah mewah, mobil mewah, baju mahal, belanja berlebihan, restoran mewah, handphone merupakan atribut visual yang seolah menjadi keharusan.
Parahnya lagi, masyarakat kita hanya senang bermimpi. Jarang ada yang benar – benar berusaha untuk mewujudkan mimpinya. Mereka inginnya ada seorang ibu peri dan, sim salabim, semua masalah selesai tanpa harus bekerja lagi dan mereka bisa hidup enak. Sayangnya, di kehidupan nyata tidak ada Ibu peri nan murah hati. Kita harus bekerja untuk bisa mendapatkan apa yang kita inginkan.
·          Sinetron Remaja

Tayangan sinetron prime – time biasanya didomisasi oleh sinetron remaja yang bercerita tentang kehidupan anak SMP atau SMA atau mahasiswa. Seringkali di sinetron remaja tokoh utamanya hanya menghabiskan waktunya di sekolah atau kampus untuk pacaran atau berkelahi dengan temannya. Tidak pernah ada visualisasi bahwa si tokoh sedang belajar atau berorganisasi.
Belum lagi para tokoh wanitanya mengenakan rok seragam sekolah yang dimodifikasi menjadi 5 cm diatas lutut, seragam yang sangat ketat, rambut dibuat menjadi 10 kepangan serta pengggunaan aksesoris ataupun make up berlebihan. Tokoh laki – lakinya berambut gondrong atau rambutnya dibuat mencuat ke atas, mengenakan aksesori berlebihan seperti rantai, merokok disekolah dan melecehkan guru serta teman wanitanya.
            Apa jadinya bila kalangan remaja Indonesia benar – benar mencontoh hal yang dilakukan para aktor – aktris sebayanya itu? Sekolah di Indonesia rata – rata mempunyai peraturan ketat mengenai seragam dan perilaku disekolah. Bila anak sekolah mencoba pergi kesekolahnya dengan meniru dandanan aktor itu, penulis yakin dia tidak akan diperbolehkan masuk ke sekolah.
            Belum lagi cerita sinetron remaja yang hanya berisi kegiatan dugem atau clubbing, jalan – jalan di mall, pacaran melampaui batas, pemakaian narkoba serta merokok. Hal ini tidak mendidik sama sekali. Anak sekolah berkewajiban untuk belajar bukannya melakukan kegiatan hedonisme dan melalaikan kewajibannya.  
Tidak heran bila angka kehamilan diluar nikah oleh anak sekolah, angka kriminalitas yang dilakukan remaja, angka remaja pecandu narkoba dan lain - lain meningkat pesat. Salah satu penyebabnya adalah sinetron yang mengajarkan hal yang tidak layak. Masyarakat sendiri perasaannya semakin tumpul karena sering melihat kejadian serupa di sinetron.
Alangkah baiknya bila sinetron remaja memberikan cerita yang lebih membumi. Tidak melulu soal dugem atau tidur bersama saat masih pacaran. Remaja masih mencari jati dirinya dan mudah dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Alangkah buruk bila remaja sampai meniru perilaku aktor pujaannya di sinetron remaja yang tidak bermutu.

  • Sinetron Religi

Sinetron religi ini sebenarnya memiliki tujuan yang baik, yakni menyadarkan masyarakat Indonesia untuk tidak berbuat dosa dan mendekatkan diri kepada penciptanya. Konon, beberapa sinetron itu benar-benar digali dari kisah nyata kehidupan. Ia bukan hasil rekayasa yang fiktif. Bukan hasil olah imajinasi sang penulis naskah dan sang sutradara.
Sayangnya yang ditontonkan justru hal yang aneh dan bersifat mistis bukannya religius. Orang yang jahat akan mati secara tragis, seperti jenazahnya tertolak bumi; dari kuping mereka keluar jangkrik; mati muda tersambar petir; dan meninggal dunia lalu menjadi pocong atau hantu yang menakutkan. Sinetron religius itu seakan hendak mempertontonkan bahwa demikianlah siksa yang akan diterima orang-orang yang menyangkal orang tua dan memprotes titah Tuhan.
            Sayangnya akibat dari sinetron ini adalah masyarakat bukan menjadi takut akan Tuhan melainkan takut akan ditolak bumi saat meninggal atau azab aneh lainnya. Sangat disayangkan bila persepsi atau tujuan masyarakat untuk berdoa sudah melenceng dari arah yang seharusnya.
            Sudah saatnya para pemuka agama bertindak untuk merevisi sinetron mistik ini. Para anggota MUI sudah mengecam sinetron religi yang membawa nama Islam namun justru bertentangan dengan apa yang diajarkan di agama. Sayangnya masih ada saja beberapa pemuka agama yang malah mengiklankan sinetron atau berkhotbah diakhir sinetron. Hal ini membentuk pemikiran masyarakat bahwa sinetron ini memang benar karena ahli agama saja mendukung.
            Jangan lagi menakut – nakuti masyarakat dengan hal gaib. Berikan saja contoh seorang yang memang taat beragama memulai usaha dari bawah dan sukses. Saatnya memberi harapan pada masyarakat bahwa sukses itu bukan impian tapi mampu diraih oleh siapa saja.




Nilai Moral dalam Sinetron Indonesia

            Bisa dibilang hampir tidak ada nilai moral yang ditampilkan dalam sinetron Indonesia. Kalaupun ada sifatnya sangat klise dan diceritakan melalui hal yang tidak masuk akal. Memang hampir pada semua sinema, baik buatan Hollywood, Bollywood maupun Indonesia, selalu berakhir happy – ending atau yang baik selalu menang. Namun pada sinetron Indonesia, nilai ini disajikan secara berlebihan. Mulai dari Ibu tiri yang memukuli dan memaki anaknya hingga si anak menangis namun pada akhirnya si Ibu tiri dipenjara dan si anak hidup bahagia. Pada kenyataannya hampir tidak ada Ibu tiri yang bersifat seperti itu. Kalaupun jahat, tidak sampai memukuli dan memaki. Lagipula tidak mungkin si anak tiri diam saja dan hanya menangis saat disiksa. Bisa dibilang hal ini sangat membodohi masyarakat Indonesia untuk berserah kepada nasib, tidak berusaha untuk berjuang mengubahnya.
            Dalam sinetron sering kali ditampilkan stereotype wanita dan lelaki yang sama dan seringkali merendahkan wanita. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang lemah, cengeng, tertindas, tidak mandiri dan tergantung laki-laki. Kecengengan perempuan ini ditampakkan dengan banyaknya adegan menangis yang hampir merupakan adegan wajib bagi pemeran utama wanita di sinetron. Perempuan juga hampir selalu diposisikan dalam ruang yang terbatas yaitu ruang domestik. Perempuan yang berada di sektor publik hanya digambarkan bekerja di kantor sebagai status saja, sementara ceritanya masih berkutat pada masalah cinta maupun ruang domestiknya.
Bila hal ini dibiarkan saja, bisa – bisa nilai emansipasi yang telah ditanamkan Ibu R.A. Kartini akan musnah. Wanita sekarang sudah banyak yang sukses, tidak lagi bergantung pada suaminya. Namun bisa – bisa remaja putri sekarang tidak berusaha menjadi wanita karir yang sukses. Yang diinginkan adalah menjadi secantik mungkin dan mencari calon suami kaya. Sekali lagi, ini adalah pembodohan besar - besaran terhadap wanita Indonesia.  
            Sementara lelaki selalu digambarkan sukses, kaya raya dan bisa dengan mudahnya berganti istri maupun pacar. Belum lagi seringnya para lelaki itu melecehkan dan menghina para wanita yang seharusnya mereka lindungi. Adegan pemerkosaan, penculikan serta kekerasan dalam rumah tangga seolah menjadi adegan wajib dalam sebuah sinetron. Secara tidak langsung, masyarakat akan diajarkan untuk berpendapat bahwa segala kekerasan terhadap wanita adalah hal yang biasa, bukannya sesuatu yang harus ditindak secara serius. Tidak mengherankan bila angka kriminalitas terhadap wanita meningkat tinggi. Wanita harusnya belajar giat supaya tidak dibodohi oleh sinetron maupun lelaki.
            Hedonisme adalah kegiatan hura – hura yang sangat tidak cocok dengan budaya Indonesia. Namun sepertinya hal ini dilakukan dalam setiap sinetron. Berpesta hingga malam di klub, membeli barang mewah dan lainnya. Bahkan dalam sinetron religi yang seharusnya menjadi panutan, nilai hedonisme ini masih sering ditampilkan. Apakah pantas untuk menampilkan hal yang tidak bisa dijangkau oleh masyarakat Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan namun notabene adalah penikmat sinetron? Sudah saatnya sinetron menyajikan realita bukan sekedar mimpi belaka.
            Tidak semua sinetron buruk. Pernah pula ada sinetron berkualitas yang membumi serta sesuai dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat kita. Ambil contoh sinetron “Si Doel Anak Sekolahan” yang mendidik masyarakat untuk tetap bersekolah dengan segala keterbatasan yang ada. Atau sinetron “Keluarga Cemara” yang bercerita tentang perjuangan sebuah keluarga dari kaya lalu tiba – tiba jatuh miskin. Tokoh si Abah dalam sinetron ini mengajarkan banyak hal yang patut dicontoh masyarakat Indonesia dalam kehidupan seperti ketabahan, tanggung jawab, kerja keras, dan lain – lain. Belum lagi nilai kebersamaan serta pentingnya keluarga yang menjadi sorotan utama sinetron ini. Sayangnya, penayangannya tidak lagi diperpanjang karena alasan rating.
            Lalu masih ada pula sinetron yang benar – benar digarap secara serius dengan pemain yang berkualitas pula semacam Dunia Tanpa Koma (DTK). Dengan alur cerita cepat namun tetap menghadirkan dialog cerdas, DTK seolah menjadi oase di tengah gersangnya gurun sinetron Indonesia. Namun entah kenapa sinetron ini hanya disambut hangat di awalnya. Lalu selama masa penayangannya pun jumlah penonton menurun. Hal ini patut disayangkan karena seharusnya sinetron mendidik macam DTK inilah yang ditonton oleh masyarakat Indonesia.
           


Sifat Sinetron

©      Money – oriented (atau Rating - oriented )
Tujuan komersial dibuatnya sebuah sinetron adalah rating atau dipenuhi iklan saat jeda. Hal ini mendorong para produser sinetron untuk memotong biaya pembuatan, memperpanjang cerita hingga melakukan apa saja untuk memperbesar keuntungan serta revenue yang diterima. Hal ini wajar secara prinsip ekonomi namun yang dilakukan para produser sudah pada taraf merugikan konsumennya. Masyarakat kita berhak untuk mendapatkan tayangan bermutu namun kita dipaksa untuk mengkonsumsi sinetron karena tidak ada hiburan lain yang bisa dijangkau oleh sebagian besar masyarakat kita.

©      Berkepanjangan (atau Dipanjang – panjangkan)
Dibuatnya sinetron menjadi berpuluh-puluh episode kebanyakan karena tujuan komersial semata-mata. Produser rela memperpanjang cerita sinetron sehingga merusak jalan cerita sebenarnya. Apa saja akan dilakukan para produser ini supaya buatannya tetap dikonsumsi dan menepati peringkat puncak. Sejauh ini rekor sinetron terpanjang dipegang oleh sinetron Tersanjung garapan Multivision Plus yang sudah mencapai 356 episode, dengan masa tayang 6 tahun 11 bulan (1998–2005)

©      Penuh hal yang tidak realistis bahkan menjurus mistis
Seperti yang sudah dibahas di atas, sinetron Indonesia hanya menyajikan hal yang tidak sesuai dengan realita yang dialami masyarakat kita. Selain tidak realistis, hal paling populer yang ditampilkan dalam sinetron belakangan ini adalah hal mistik. Mulai dari segala macam siluman dan hantu, hewan jadi – jadian hingga perjalanan ke alam gaib yang penulis yakin hanya pernah dialami segelintir masyarakat Indonesia. Nilai moral sudah tidak diindahkan dan sekarang para produser mencoba untuk melanggar nilai religius melalui hal yang mereka sebut sinetron religi.
©      Tidak berkualitas
Sinetron sekarang dibuat dengan budget serendah mungkin. Caranya dengan melibatkan sutradara tidak berpengalaman, penulis scenario karbitan serta aktor – aktris yang tidak bisa berakting. Para pesinetron sekarang sepertinya hanya bermodal tampang ganteng atau cantik tanpa kualitas berakting yang memadai. Akting yang ditampilkan kaku serta hanya menghapal skenario. Skenario yang ditulis sendiri tidak cerdas, dengan tata bahasa yang kacau, mencampur adukkan bahasa gaul remaja dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sejauh ini hanya sinetron DTK yang benar – benar mementingkan kualitas akting, penyutradaraan hingga penulisan skenario dalam setiap episodenya.

©      Plagiat
Sudah bukan rahasia lagi bahwa produser sangat butuh membuat sinetron baru hingga memutuskan untuk melakukan copy – paste dari tayangan luar negeri. Sejauh ini sudah ada ± 32 sinetron yang dibuat dengan menjiplak tayangan luar negeri mulai dari Korea, Jepang, Taiwan hingga film Hollywood. Penjiplakan ini dibuat secara terang – terangan mulai dari blocking tiap adegan hingga scenario terjemahan aslinya. Hampir tidak ada hal yang diubah kecuali akting pesinetron Indonesia yang kaku dan menurunkan kualitas tayangan aslinya. Menjiplak jelas lebih murah daripada memproduksi sendiri. Memang menjiplak tidak melibatkan unsur kreativitas, idealisme, risiko pasar, dan pengorbanan waktu dan tenaga yang begitu besar. Namun rupanya para produser ini tidak punya rasa malu dengan selalu menampilkan tulisan “cerita ini adalah fiktif atau karangan. Apabila terdapat kesamaan nama, tokoh, atau alur cerita adalah kebetulan belaka” pada ending credit sinetron jiplakan. Daftar lengkap 32 sinetron jiplakan bisa dilihat pada halaman setelah kesimpulan.



Sifat Masyarakat Indonesia

            Masyarakat Indonesia adalah pemimpi. Sayangnya jarang ada yang mau berusaha untuk meraih mimpi itu. Hal ini diperparah dengan tayangan sinetron yang menjual kemewahan serta gaya hidup hedonis yang tidak mampu dicapai sebagian besar masyarakat Indonesia. Jarang ada cerita sinetron yang benar – benar mencerminkan kehidupan masyarakat Indonesia sebenarnya. Sehingga yang bisa kita lakukan hanya bermimpi melihat kekayaan yang ditampilkan tanpa menjadikannya motivasi untuk juga bisa menjadi kaya suatu hari nanti.
            Sifat lainnya adalah belum bisa membedakan antara realita dengan khayalan. Penonton terlalu terseret dan menikmati cerita seakan cerita itu "menyentuh" subjek atau aktor langsung. Empati atau kebencian yang datang langsung tertimpa pada pesinetron bukan pada peran yang dia mainkan. Peleburan antara aktor dan tokoh yang dia perankan terjadi, tak ada lagi jarak yang tegas. Contoh konkrit adalah pengalaman keseharian yang acap diterima pesinetron saat berjumpa penggemarnya. Ada yang kerap dimaki – maki karena memerankan mertua atau Ibu tiri jahat. Celakanya, untuk kasus semacam ini, banyak pesinetron yang merasa bangga dan mengatakan hal itu terjadi karena "Menyatunya saya dengan karakter yang saya mainkan" atau "Keberhasilan saya menjiwai peran". Padahal antara karakter di sinetron dengan keseharian aktor yang sesungguhnya sangatlah berbeda. Namun sayangnya masyarakat kita terlanjur dibodohi sehingga menganggap keduanya adalah hal yang sama.
Masyarakat Indonesia secara umum belum bisa menilai mutu / kualitas suatu tayangan dengan akurat. Menurut survey AC Nielsen pada periode 10 - 16 Desember 2006, sepuluh peringkat teratas ternyata dihuni oleh tayangan sinetron. Tayangan sinetron (drama series) juga mendominasi daftar tersebut dengan 43%. Bandingkan dengan tayangan berita yang hanya 2%. Artinya masyarakat kita jauh lebih suka menonton sinetron yang tidak mendidik daripada berita yang sarat informasi berguna. Betapa menyedihkannya fakta ini. Tidaklah heran bila SDM Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di Asia apalagi di dunia.


Kesimpulan

          Tayangan yang mendominasi layar kaca televisi kita sekarang adalah sinetron. Hampir semua slot prime –time diisi sinetron. Dan sinetron ini sendiri terbukti telah berhasil menarik hati pemirsa Indonesia. Dari hasil survey AC Nielsen, 10 peringkat pertama tayangan yang paling diminati adalah sinetron. Dari 100 peringkat, 43 posisi ditempati sinetron.
            Hal ini bisa berguna bagi masyarakat kita bila sinetron berisi hal yang mendidik serta memuat pesan moral. Namun nyatanya ada banyak hal yang ditampilkan dalam sinetron yang tidak sesuai dengan nilai moral serta religius bangsa Indonesia. Mulai dari hedonisme, kemewahan berlebihan, hal mistik hingga kekerasan.
            Sayangnya kebanyakan penikmat sinetron adalah kaum yang kurang mendapat pendidikan seperti pembantu dan ibu rumah tangga sehingga mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang dibidihi oleh para produser. Hal ini bila dibiarkan akan menurunkan kualitas serta mentalitas bangsa.
            Hal ini diperburuk dengan rendahnya kualitas sinetron yang didukung SDM yang tidak berpengalaman, sifat para produser yang money – oriented hingga penjiplakan.
            Seharusnya para produser mulai membuat sinetron yang membumi, tidak sekedar bermimpi namun juga membuat masyarakat terpacu untuk mencapai mimpi itu. Seperti kisah sukses seseorang yang memulai dari bawah secara detail namun juga tidak muluk.
            Masyarakat kita selama ini sudah mau dibodohi oleh sinetron. Sudah saatnya masyarakat diberi alternative lain selain sinetron yang lebih bermutu dan mendidik. Masyarakat juga harus sadar untuk mulai membedakan antara realita dengan gambar di layar televisinya.

Daftar Sinetron Jiplakan

1.                  2 Hati (Snow Angel)
2.                  Benar-Benar Cinta (Devil Beside You)
3.                  Benci Bilang Cinta (Goong/Princess Hours)
4.                  Benci Jadi Cinta (My Girl)
5.                  Berani Tampil Beda (The Magicians of Love/Ai Qing Mo Fa Shi)
6.                  Bintang (Huan Zhu Ge Ge)
7.                  Bukan Diriku (Anything for You)
8.                  Buku Harian Nayla (Ichi Rittoru No Namida/1 Litre of Tears)
9.                  Cincin (Beautiful Days)
10.              Cinta Remaja (My Sassy Girl Choon Hyang)
11.              Cowok Impian (It Started With a Kiss)
12.              Darling (My Name is Kim Sam Soon)
13.              Dua Hati Satu Cinta (Qin Shen Shen Yu Meng Meng)
14.              I Love You, Boss! (Bright Girl’s Success Story)
15.              Intan (Be Strong Geum Soon)
16.              Janji Jaya (My Name is Kim Sam Soon)
17.              Katakan Kau Mencintaiku (Sad Love Song)
18.              Kawin Muda (My Little Bride)
19.              Liontin (Glass Shoes)
20.              Pacarku Besar Sekali (My Name is Kim Sam Soon)
21.              Pangeran Penggoda (Devil Beside You)
22.              Pengantin Remaja (My Little Bride)
23.              Rahasia Pelangi (Love Apart a Moment)
24.              Sumpeh Gue Sayang Loe (Smiling Pasta)
25.              Siapa Takut Jatuh Cinta (Meteor Garden)
26.              Wulan (Term of Endearment)
27.              Impian Cinderella (Prince Who Turns into Frogs)
28.              Kau Masih Kekasihku (At the Dolphin Bay)
29.              Penyihir Cinta (Magician of Love)
30.              Putri Kembar (100% Senorita / Twins)
31.              Sissy, Putri Duyung (Aquamarine)
32.              Idola (High School Musical)

   Daftar Pustaka

http://nofieiman.com/2007/01/sinetron-indonesia-dan-pembodohan/

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog Archive

Blogroll

Ini adalah aneka tugas kuliah yang saya kerjakan dan saya dapatkan saat kuliah Manajemen tahun 2006 hingga lulus. Hampir sepuluh tahun yang lalu. Koreksilah dahulu, cocokkan dulu dengan bahasannya dan jangan asal kopi-paste, karena bisa saja edisi bukunya berbeda sehingga soal-soalnya berbeda dan akhirnya jawabannya juga berbeda. Adanya gini, jangan minta lebih. Kalau mau perfect ya kerjakan sendiri. Tugas-tugas saya ini hanya sebagai penunjang yang fungsinya supporting, bukan sebagai tulang punggungnya. Gunakan dengan bijak, semoga bermanfaat.

About