Pages

Senin, 01 September 2008

Ringkasan Manajemen Keuangan 1 : Sumber Dana

Macam-Macam Sumber Dana
®  Modal Asing
            - Berbagai Jenis hutang
®  Modal Sendiri
            - Saham
®  Laba yang ditanam kembali
Optimasi Modal
Kegunaan:
            Untuk menentukan apakah sebaiknya mengambil kredit jangka pendek atau jangka panjang
Faktor-faktor yang diperhatikan dalam menentukan jangka waktu kredit
®  Bunga kredit jangka pendek
®  Bunga kredit jangka panjang
®  Bunga simpanan bank
®  Jangka waktu pemakian modal
®  Jangka kritis
            jangka waktu dimana penggunaan modal asing jangka pendek biayanya (beban bungtanya) sama besar dengan apabila perusahaan menggunakan modal asing jangka panjang
 





X         = Jangka kritis
Kpj      = Bunga kredit jangka panjang
Kpd     = Bunga kredit jangka pendek
BS       = Bunga simpanan di bank
Keberlakuan rumus:
Kpd > Kpj > Bs
Kreteria-kreteria yang bisa dipakai untuk menentukan jangka waktu kredit
®  Jangka Kritis
            Jangka waktu Penggunaan modal lebih lama daripada jangka kritisnya, maka lebih menguntungkan menggunakan kredit jangka panjang. Sebaliknya apabila jangka waktu penggunaan modal lebih pendek daripada jangka kritisnya, maka lebih menguntungkan menggunakan kredit jangka pendek
®  Beban Bunga
            Beban bunga yang lebih rendah yang dipilih
Contoh:
            Sebuah perusahaan membutuhkan tambahan dana sebesar Rp. 10.000.000,00 untuk jangka waktu 150 hari (5 bulan). Bunga kredit jangka panjang 15% per tahun; bunga kredit jangka pendek 18% dan bunga simpanan bank sebesar 12% per tahun.

Pertanyaan:
            Manakah yang lebih baik bagi perusahaan, menggunakan kredit jangka pendek atau kredit jangka panjang?
 




 







Jangka waktu pemakaian lebih panjang dari jangka kritis
®  Jangka waktu pemakaian 210 hari
®  Jangka waktu kritis 6 bulan
Rentabilitas
            Kemampuanmenghasilkan laba dari sejumlah dana yang dipakai untuk menhasilkan laba tersebut.

Macam Rentabilitas:
®  Rentabilitas Ekonomis
®  Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas Ekonomis
Merupakan kemampuan untuk menghasilkan laba dari keseluruhan modal, baik modal asing maupun modal sendiri, yang di gunakan untuk menghasilkan laba tersebut.
 






Rentabilitas Modal Sendiri
Merupakan kemampuan untuk menghasilkan laba dari sejumlah modal sendiri yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut
 



Keterangan:
RMS = Rentabilitas modal sendiri
Lb     = Laba bersih (sesudah bunga dan pajak)
MS = Modal sendiri (modal saham)
Kreteria yang dapat dipakai untuk mengambil keputusan
®  Apabila RE< bunga modal Asing, maka lebih baik menggunakan modal sendiri
®  Apabila RE> bunga modal asing, maka lebih baik menggunakan modal asing.
Contoh:
PT. Tsunami pada tahun 1979 telah memiliki modal sebesar Rp 20.000.000 yang terdiri dari atas Rp 10.000.000 sebagai modal sendiri dan Rp 10.000.000 sebagai modal asing. Tahun 1980 perusahaan merencanakan akan memperluas usahanya. Untuk itu diperlukan modal tambahan sebesar Rp 10.000.000 dengan harapan laba dapat meningkat menjadi Rp 4.500.000
Pertanyaan:
Dari sumber manakah tambahan modal akan diambil bilamana diketahui bunga modal asing 12% dan pajak perseroan 45%
Jawab :

Rabu, 16 Juli 2008

Pengaruh Budaya Terhadap Organisasi Perusahaan

Abstrak
Budaya memang sangat berpengaruh pada organisasi.Bila penerapannya baik dan benar akan meningkatkan kinerja karyawan sehingga perusahaan akan mencapai target yang diharapkan atau nilai perusahaan akan meningkat.Namun bila terjadi salah penerapan maka bisa dipastikan perusahaan tersebut akan mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan organisasinya.Hal ini dikarenakan budaya tersebut dapat memotivasi karyawan atau sebagai pengikat dalam pencapaian kinerja optimal.Peran pemimpin sangat diperlukan dalam mensosialisasikan budaya dan juga memberi pemahaman kepada karyawan tentang pendeskripsian tugas-tugasnya.Hal ini dilakukan agar karyawan dapat termotivasi dalam pelaksanaan tugas yang diberikan oleh perusahaan.

Kata kunci: budaya, motivasi, kinerja

I Pendahuluan
Indonesia dikenal dengan semboyan Bhineka tunggal ika.Semboyan itu memang benar-benar mewakili keragaman budaya yang ada dinegara ini.Kebudayaan dapat dilihat dari perilakunya yang dapat dibedakan dengan kepribadiannya karena kepribadian adalah latar belakang perilaku yang ada dalam individu(soekanto,1990,hal 171-5).

Namun bagaimana jika unsur budaya masuk kedalam lingkungan organisasi perusahaan?Menurut Richard(2002,hal87-95) budaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan organisasi karena merupakan bagian dari lingkungan internal tentunya selain karyawan dan manajemen.Masih menurut Richard,konsep budaya membantu para manajer memahami aspek-aspek kehidupan organisasi yang rumit dan tersembunyi.

Setiap individu memiliki karakteristik tertentu, organisasi juga berada pada lingkungan yang berbeda-beda, maka sebagai akibatnya adalah terjadinya perbedaan budaya(Tayeb,1998 dalam jusuf,2006).Perbedan-perbedaan inilah yang kiranya menarik untuk dipelajari.
Nah, apakah perbedaan budaya ini bisa mendorong atau justru merobohkan keberlangsungan organisasi?Untuk itu kerangka berfikir dari essay ini adalah pada bagian awal akan dibahas mengenai pengertian budaya pada organisasi,peranan manajerial dalam budaya organisasi akan mengisi pembahasan berikutnya,dilanjutkan uraian mengenai pengaruh kekuatan budaya,dan pembahasan akan ditutup pada kesimpulan yang terdapat di akhir tulisan ini.


II.                Pengertian budaya  pada organisasi

Para ahli telah banyak mendefinisikan budaya diantaranya adalah E.B.taylor(1871,dalam soekanto,1990 171-5) menurutnya kebudayaan adalah keseluruhan yang didalamnya terdapat pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan serta kebiasaan diri masyarakat.Lain lagi dengan selo dkk(dalam soekanto, 1990 171-5)”kebudayaan adalah semua hasil karya , rasa, dan cipta masyarakat”.Pengertian-pengertian diatas hanya mencakup budaya dalam arti luas.

Adapun pengertian budaya pada organisasi menurut Daft(2002:106) adalah nilai-nilai yang dapat dipelajari dalam organisasi.Budiyono(2003) dalam penelitiannya menyebutkan budaya pada organisasi itu adalah nilai-nilai penting yang dimiliki anggota organisasi sebagai pegangan organisasi .Dari kesemuanya dapat kita simpulakan bahwa budaya pada organisasi adalah segala sesuatu yang dapat dipelajari berdasarkan kesepakatan bersama antar anggota yaitu nilai-nilai dalam organisasi yang dipelajari dan dipahami sebagai pedoman sehari-hari untuk mencapai tujuan organisasi.

Budaya organisasi muncul dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah struktur organisasi, jenis organisasi, kebiasaan-kebiasaan dalam organisasi yang ada dikarenakan adanya sejarah perusahaan, serta faktor kepemimpinan.Namun demikian, sebenarnya diawal berdirinya sebuah perusahaan, sengaja atau tidak pendiri perusahaan sudah meletakkan dasar budaya organisasi(firman,2004).Hal ini dikarenakan adanya aturan-aturan serta kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan pendiri perusahaan pada saat perusahaan mulai berjalan.Tidak lain tujuan dari aturan-aturan serta kewajiban-kewajiban itu adalah utuk menyarankan anggota organisasi agar tetap terfokus pada tujuan organisasi.Tanpa adanya ketetapan itu, pelanggaran atau bahkan kegagalan pencapaian tujuan organisasi akan terjadi sebagai akibatnya.

Budaya organisasi perlu beradaptasi terhadap laju pertumbuhan organisasi(firman, 2004).Tentu saja, bayangkan bila perusahaan terus menerapkan budaya lama yang sudah usang dan tidak sesuai jaman.contohnya penggunaan struktur organisasi atau bahkan pemberlakuan keputusan otoriter yang mungkin saja kurang cocok dengan gaya berfikir  para anggota perusahaan .Selain itu perusahaan merugi karena ide-ide segar yang seharusnya dapat dikembangkan perusahaan jadi tidak berguna bahkan dalam jangka panjang hal itu bisa mematikan kreatifitas.

Ada yang disebut dengan budaya positif.Budaya ini berisi nilai tantangan agar memiliki keunggulan bersaing.Kriteria budaya positif diantaranya adalah bukan hanya berupa mission statement jadi harus ada visi yang jelas.Kedua, nilai organisasi harus sesuai dengan tujuan organisasi.Ketiga, setiap karyawan memiliki nilai yang sama  tingginya.Keempat, budaya yang berlaku bersifat adaptable sehingga mudah menyesuaikan diri(sadri&lees, 2001 dalam Irianto, 2006).


II. Peranan manajerial dalam budaya organisasi

Keadaan telah berubah tenaga kerja kini cenderung lebih susah diatur seperti tenaga kerja generasio lalu .Titik pekerjaan berubah dari tenaga manual dan clerical ke knowledge-worker.Knowledge-worker cenderung kurang suka bila dipimpin secara otoriter(tarumingkeng, 2000).Oleh karena itu pihak manajemen harus cepat tanggap terhadap perubahan ini.

Disinilah peran penting manajer  terlihat.Bukan hanya sebagai misi untuk mencapai kinerja tertentu.Tapi bagaimana caranya  agar dapat membentuk budaya positif bagi karyawan .Blake&mouton(1964;1968) telah memperkenalkan “The managerial grid, sebagai alternatif bagi manajer untuk bisa mencapai produksi melalui bawahan, menentukan prilaku yang dipersyaratkan mengubah gaya kepemimpinan sesuai kebutuhan dan untuk mengubah budaya organisasi demi kebaikan”(dalam dongoran, 2004).Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa pencapaian produksi harus bisa seimbang dengan prilaku yang ditampakkan sebagai wujud kepemimpinan sehingga bawahan tidak merasa pekerjaannya sebagai suatu kewajiban yang memaksa/menekan mereka tetapi sebagai suatu hal yang bernilai bila dikejakan dengan baik.
Pembentukan budaya tidak bisa lepas dari peranan pemimpin.Pemimpin membentuk budaya dengan cara merencanakan/memantau kegiatan karyawan dengan kata lain pemimpin harus memperhatikan kinerja karyawan.Yang kedua adalah pemimpin harus bereaksi kritis artinya emosionalitas lingkungan dapat meningkatkan potensi untuk mempelajari nilai-nilai perusahaan.pemimpin juga haus memberikan teladan/contoh terhadap karyawan melalui tindakan mereka sundry.Alokasi bentuk penghargaan seperti peningkatan upah/promosi juga sangat berpengaruh (schein,1992 dalam yukl,1998,300-1).

faktor kepemimpinan ini dinilai berhasil karena para atasan diperhatikan oleh bawahan.Bawahan akan mempelajari nilai-nilai dalam perusahaan dengan melihat perilaku atasan seerta imbalan yang akan mereka dapat (daft,2002,115).

Namun dalam uraian diatas kepemimpinan bukanlah faktor utama dalam penentuan budaya perusahaan.Faktor lain yang berpengaruh yaitu sosialisasi budaya perusahaan serta perancangan sistem dan struktur yang sesuai dengan budaya perusahaan.wigjoseptina (2006) menyatakan bahwa sosialisdasi budaya perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan penghayatan budaya, pelayanan yang baik kepada konsumen, kreatifitas dan kerjasama dalam tim.Penyediaan sarana yang digunakan untuk memperlancar pelaksanaan budaya perusahaan.

III.             Pengaruh kekuatan budaya

Budaya-budaya positif bila diterapkan dengan baik dan benar tentu akan berdampak baik bagi karyawan maupun seluruh elemen perusahaan.Karyawan bisa bekerja dengan kebersamaan yang artinya nilai produktifitas akan naik.Oleh karena itu perusahaan harus menciptakan budaya perusahaan yang lebih baik untuk mempertahankan produktifitas karyawan (budiyono, 2003).

Penerapan pemahaman karyawan terhadap budaya p            erusahaan menempati kedudukan penting.Pemahaman ini merupakan pendeskripsian tugas-tugas yang jelas yang diberikan perusahaan.Apabila karyawan diberikan pemahaman secara rinci apa-apa yang harus dilakukan maka setiap karyawan akan termotivasi dan bersemangat untuk melakukan setiap tugas yang diberikan perusahaan. Semakin tinggi pemahaman tentang budaya maka semakin tinggi pula kinerja karyawan (Firman, 2004)

Kekuatan budaya perusahaan memotivasi karyawan untuk bekerja dalam tim yang kompak.Secara tidak langsung budaya ini dapat menjadi tali pengikat karyawan.Ikatan karyawan sangat berguna untuk meningkatkan kinerjanya.

Wigjoseptina (2006) menyatakan bahwa kekuatan budaya perusahaan dapat membuat karyawan bergerak menuju satu tujuan yang sama, memotivasi serta memberikan struktur dan kontrol yang diperlukan tanpa birokrasi atau aturan formal.Artinya kerjasama yang bagus akan mendorong karyawan dalam pencapaian target perusahaan tanpa paksaaan(otoriter)dari atasan sebagai ikatan atasan-bawahan tapi lebih kepada kepuasan kerja.Sehingga nilai perusahaan dapat tercapai secara maksimal.

 Dengan adanya budaya organisasi yang kuat dan sehat disetiap perusahaan akan berdampak positif diperusahaan yang dapat difungsikan sebagai tuntutan yang mengikat karyawan karena diformulasikan secara formal kedalam berbagai peraturan dan ketentuan perusahaan.Dengan demikian perusahaan akan mengalami peningkatan produktivitas dan kinerja.

Seperti yang sudah dibahas pada bagian kedua, salah satu ciri budaya positif adalah adaptable (mudah menyesuaikan diri), untuk menghasilkan kinerja yang tinggi sifat adaptable ini sangat diperlukan dalam penerapan budaya organisasi.Perusahaan selalu berinteraksi dengan lingkungan.hal inilah yang menyebabkan terjadinya pengembangan organisasi maka nilai-nilai tertentu yang dirasa kurang sesuai perlu untuk dirubah.

IV.            Kesimpulan

Budaya pada organisasi adalah segala sesuatu yang dapat dipelajari berdasarkan kesepakatan bersama yaitu nilai-nilai dalam organisasi yang dapat dipelajari dan dipahami sebagai pedoman sehari-hari untuk mencapai tujuan organisasi.Budaya organisasi dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain struktur organisasi, jenis organisasi, kebiasaan-kebiasaan dalam organisasi, serta faktor kepemimpinan.Peranan pemimpin dalam pembentukan budaya sangat penting.Yakni bagaimana caranya agar dapat membentuk budaya positif bagi karyawan.Faktor kepemimpinan dinilai efektif karena para atasan lebih mendapat perhatian dari bawahan.meskipun demikian faktor lain yang berpengaruh yaitu sosialisasi budaya perusahaan serta perancangan sistem dan struktur yang sesuai dengan budaya perusahaan.Kekuatan budaya perusahaan memotivasi karyawan untuk bekerja dalam tim yang kompak.Secara tidak langsung budaya ini dapat menjadi tali pengikat karyawan.Ikatan karyawan sangat berguna untuk meningkatkan kinerjanya. Kerjasama yang bagus akan mendorong karyawan dalam pencapaian target perusahaan tanpa paksaaan (otoriter) dari atasan sebagai ikatan atasan-bawahan tapi lebih kepada kepuasan kerja.Sehingga nilai perusahaan dapat tercapai secara maksimal.Tak hanya itu  pemimpin juga harus bisa mengkomunikasikan budaya positif, budaya yang dinilai sebagai budaya kuat dan sehat yang dapat diterapkan diperusahaan.
  
Referensi

Richard L.daft, 2002, Manajemen, Edisi 5, Erlangga, Jakarta

Soekanto, Soeryono, 1990, Sosiologi:suatu pengantar, PT.Raja grafindo persada, Jakarta

Budiyono, 2003, pengaruh budaya perusahaan terhadap produktifitas kerja karyawan pada perusahaan mebel lindah pasuruan jawa timur, JIPTUMM dept.of management, <www.librarygunadarma.ac.id>

Cita Wigjoseptina, 2006,  pengukuran kekuatan budaya  perusahaan dan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya , digilib ITB , <http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&node=4503>

Firman, 2004, Dalam interaksi organisasi(sebagai sistem terbuka)dengan lingkungan , acrobat distiller 5.0 windows , <http://www.adobe.com/acrobat/>

Rudy C Tarumingkeng , Kuliah Perdana Manajemen Sumber Daya Manusia, Program Pasca Sarjana – Magister Manajemen, Universitas Kristen Krida Wacana, 14 Februari 2000. Antologi UKRIDA 7:1-9 (2000).
<www.tumoutou.net/strat_psdm.htm>

Yukl, Gary, 1994, kepemimpinan dalam organisasi, prentice hall, New Jersey

Dongoran, Johnson, 2004, siklus hidup organisasi dan gaya kepemimpinan, dian ekonomi, jurnal ekonomi dan bisnis, vol X.no 1 hal 129-57

Junaedi, Sulyana  dan Fandi tjiptono, 2003, pengaruh perilaku pemimpin terhadap inspirasi, kekayaan dan pemberdayaan bawahan:suatu model kepemimpinan transformasional, jurnal riset ekonomi(ISEI), vol 3 no 2 hal 181-96


Irianto, Jusuf, 2006, peran budaya organisasi & komitmen organisasional dalam upaya pencapaian kinerja optimal, vol XVI NO 2 hal 82-91

Senin, 03 Maret 2008

Resume Manajemen Operasi : JIT IN SERVICES


            Many JIT techniques have been successfully applied by service firms. Just as in manufacturing, the suitability of each technique and the corresponding work steps depends on the characteristics of the firm’s markets, production and equipment technology, skill sets, and corporate culture.
            Here are 10 of the more successful applications.
Organize Problem Solving Groups
Many corporations are extending their quality circles from manufacturing into their service operations.
Upgrade Housekeeping
Good housekeeping means more than winning the clean broom award. It means that only the necessary items are kept in a work area, that there is a place for everything, and that everything is clean and in a constant state of readiness. Their dedication to housekeeping has meant that service processes work better, the attitude of continuous improvement is easier to develop, and customer perceive that they are receiving better service.
Upgrade Quality
Quality doesn’t mean producing the best; it means consistently producing products and services that give the customers their money’s worth. The only cost-effective way to improve quality is to develop reliable process capabilities. Process quality is quality at the source—it guarantees first-time production of consistent and uniform products and services.
Clarify Process Flows
Clarification of flows, based on JIT themes, can dramatically improve the process performance.
Revise Equipment and Process Technologies
Revising technologies involves evaluation of the equipment and processes for their ability to meet the process requirements, to process consistently within tolerance, and to fit the scale and capacity of the work group.
Level the Facility Load
Service firms synchronize production with demand. They have developed unique approaches to leveling demand so they can avoid making customers wait for service.
Eliminate Unnecessary Activities
A step that does not add value is a candidate for elimination. A step that does add value may be a candidate for reengineering to improve the process consistency or to reduce the time to perform the tasks.
Reorganize Physical Configuration
Introduce Demand-Pull Scheduling    
Due to the nature of service production and consumption, demand-pull (customer-driven) scheduling is necessary for operating a service business.
Develop Supplier Networks
The term supplier networks in the JIT context refers to the cooperative association of suppliers and customers working over the long term for mutual benefit.

Kamis, 21 Februari 2008

MAKALAH IsBD : KELUAR DARI OPEC

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh swt, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Indonesia dalam Globalisasi “. Dalam makalah ini penulis membahas  dampak globalisasi terhadap bahasa dan kebudayaan Indonesia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, serta sebagai sumbangsih pemikiran terhadap pudarnya kebudayaan oleh globalisasi yang seharusnya menjadi pandangan hidup orang Indonesia. Dan semoga makalah ini dapat menjadi sebuah pijakan berpikir untuk perubahan kearah yang lebih baik.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung hingga terselesaikannya penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Namun, besar harapan kami agar tulisan ini diterima dan nantinya bermanfaat oleh semua pihak.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.



Surabaya,  Mei 2008

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
         Setiap bangsa di dunia memiliki ciri khas dan pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain. Pandangan hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan bermasyarakat. Karena manusia adalah makhluk social, pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang, Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini , seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya.
         Berbeda dengan bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidup pada suatu asas cultural yang melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai cultural yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan hasil karya bangsa Indonesia itu sendiri yang menggambarkan keragaman suku yang ada di Indonesia ini sesuai dengan pancasila sila ke-3 yang berbunyi “persatuan Indonesia” .
   Keragaman ini tidak lantas membuat bangsa Indonesia menjadi terpecah belah, namun malah sebaliknya. Terdapatnya banyak perbedaan di Indonesia malah membuat bangsa ini menjadikan perbedaan tersebut sebagai alat pemersatu. Hal ini di perkuat dengan adanya semboyan “bhinneka tunggal ika” yang mempunyai makna “berbeda-beda tetapi tetap satu jua”.
         Sejalan dengan perkembangan zaman, kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa terhindar dari pengaruh arus globalisasi yang sudah mendunia ini. Kemajuan teknologi semakin berkembang dan canggih yang dapat mempermudah penyampaian informasi tanpa batas, sehingga kebudayaan dari luar mudah masuk dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat sehingga semakin lama kebudayaan bangsa sendiri semakin terabaikan.
Hal ini diperkuat oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan generasi muda khususnya, yang kebanyakan kurang mencintai budaya dan bahasa nasional. Mereka beranggapan bahwa dengan memakai produk asing dan menggunakan bahasa asing akan menimbulkan kebanggaan tersendiri dan memperoleh pengakuan dunia modern. Dengan banyak nya generasi muda saat ini yang banyak meniru perilaku bangsa luar dan mengabaikan budaya Indonesia, bukan tidak mungkin suatu saat nanti budaya bangsa lama kelamaan akan hanya menjadi sebuah kenangan saja.
1.2.   Rumusan masalah
1.      Mengapa merk dan gaya berpakaian luar negeri lebih diminati oleh sebagian besar orang Indonesia ?
2.      Mengapa kebanyakan orang Indonesia lebih bangga menggunakan bahasa inggris dari pada bahasa Indonesia ?
1.3.   Tujuan Penulisan

1.4.   Manfaat penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa tahu dan sadar bahwa globalisasi memberikan dampak yang buruk jika tidak didahului dengan rasa cinta tanah air

2. Bagi masyarakat
Agar masyarakat menyadari bahwa memaknai globalisasi tidak hanya terbatas pada budaya dan bahasa, tetapi masih banyak hal lain yang kita adopsi di negara kita,teknologi misalnya, tanpa harus meninggalkan bahasa dan budayanya sendiri.

BAB II
                               PEMBAHASAN

OPEC sebenarnya sebuah organisasi bergengsi ketika OPEC mampu mengendalikan harga minyak dengan kuotanya, namun saat ini OPEC sepertinya tidak banyak mempengaruhi harga minyak. Juga ketika Indonesia sudah menjadi net importir Indonesia masih tercatat sebagai anggota OPEC. Tetapi, menjadi net exportir bukanlah syarat keanggotaan OPEC. Jadi sepertinya asalkan anggotanya masih mengeksport minyak maka bisa menjadi anggota. Indonesia saat ini pun sebenarnya juga masih mengeksport minyak namun juga mengimpor minyak, baik dalam bentuk minyak mentah maupun BBM (refined).
OPEC merupakan kartel negara-negara yang menginginkan harga minyak tetap tinggi, sehingga posisi Indonesia yang juga sekaligus mengimpor minyak, malah berdampak negatif.
Indonesia terikat kewajiban membayar iuran cukup besar yang dikaitkan dengan volume produksi minyak. Meski Indonesia juga mendapat keuntungan ketika melakukan negosiasi dengan anggota OPEC lainnya. Namun mengkhawatirkan rencana tersebut merupakan upaya pemerintah mengalihkan perhatian publik dari isu kenaikan harga BBM. Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang mempertimbangkan keluar dari keanggotaan OPEC.
Indonesia kini tidak lagi murni mengekspor minyak, tetapi juga negara pengimpor minyak dalam jumlah cukup besar. Rencana keluar dari OPEC merupakan keputusan rapat kabinet di Kantor Presiden yang juga mengambil keputusan akan menaikkan harga BBM bersubsidi secara terbatas.
Namun, Indonesia mempertimbangkan kembali menjadi anggota OPEC, setelah produksi minyak meningkat dalam beberapa tahun mendatang.
Pokok masalahnya adalah warga Indonesia itu tidak mau diajak maju dan tidak mau berkorban sedikit saja seperti persoalan pembagian gas gratis. Tinggal beli kompor sama gas 15000 tiap minggu saja tidak mau padahal pendapatannya akan meningkat karena menggunakan kompor gas karena lebih cepat matang bagi yang jualan gorengan atau masakan lain. Kembali ke permasalahan semula, memang subsidi minyak harus dikurangi atau mungkin dihilangkan karena itu akan membuat negara makin miskin saja.Yang harus dilakukan pemerintah sekarang adalah mengurangi rasa sayang yang berlebihan kepada rakyatnya dengan menaikkan harga minyak semaksimal mungkin atau paling tidak mengurangi subsidi BBM karena negara kita perlu uang untuk membuka sesuatu yang spesial di mata dunia seperti pembutan pesawat terbang jadi Indonesia tidak perlu impor pesawat lagi dari luar.
Sebaiknya tidak keluar karena apa?
1. Indonesia mendapat keuntungan di OPEC untuk impor minyak karena negosiasi bisa lebih mudah
2. Indonesia masih berpeluang untuk meningkatkan produksi minyak
3. Indonesia sudah mendapat status anggota penuh, jika misal keluar dari keanggotaan OPEC untuk kembali masuk akan susah.
4. Isu keluar dari OPEC sebenarnya hanya cara pemerintah untuk mengalihkan isu kenaikan BBM
Indonesia saat ini memang sedang kesulitan berat dalam pengelolaan sumberdaya energi. Saat ini kebutuhan energi didalam negeri hampir 40% masih didominasi oleh minyak bumi. Sedangkan sisa lainnya dipenuhi dari batubara (yang mulai meningkat sejak 1980an), Gas lebih banyak dijual karena biasanya gas itu dijual dengan sistem kontrak. Karena sistem kontrak ini, maka harga gas tidak bisa serta-merta naik seperti harga minyak.
Harga minyak yang saat ini disekitar 120USD/barrel sudah tidak realistis. Karena harga minyak saat ini pun sudah menggunakan “future trading” atau sistem ijon. Membeli untuk kebutuhan tiga bulan mendatang. Dan karena “ketakutan” tidak mendapat jatah di masa mendatang inilah yang menyebabkan harga minyak menanjak. Demikian juga dengan batubara yang ikutan melonjak. Tapi lagi-lagi gas yang menjadi andalan eksport Indonesia tidak bisa menolong kenaikan harga energi ini.
Fluktuasi harga minyak saat ini banyak yang menduga akibat beberapa faktor antara ain supply minyak yang terganggu akibat produksi Shell di Nigeria, nilai US dollar yang melemah, serta kebutuhan (demand) dimasa mendatang yang tidak pasti atau keraguan mendapatkan pasokan energi primer.


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
3.2 Saran

BAB II
PEMBAHASAN

Seperti telah diuraikan dalam bab pendahuluan sebelumnya, globalisasi memiliki dampak yang sangat luas sekali dan berpengaruh tidak hanya pada satu atau dua bidang saja. Dampak globalisasi dapat berpengaruh dalam berbagai bidang, misalnya dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas.
Dalam bab ini yang akan dibahas adalah dampak dari globalisasi terhadap budaya dan bahasa, yaitu sejauh mana globalisasi ini mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia berkaitan dengan dua hal tersebut. Dalam pembahasan mengenai kedua ruang lingkup permasalahan dari dampak globalisasi, yaitu budaya dan bahasa, penulis mengambil satu contoh  untuk masing-masing permasalahan.
Untuk pembahasan mengenai dampak globalisasi terhadap budaya, penulis mengambil contoh penggunaan merek dagang luar negeri yang lebih banyak diminati oleh masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Sedangkan untuk pembahasan mengenai dampak globalisasi terhadap bahasa, penulis mengambil contoh bahasa Inggris yang sekarang ini semakin banyak digemari oleh generasi muda bangsa ini untuk dipelajari dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Pembahasan lebih lanjut tentang permasalahan tersebut akan dijelaskan dalam bab ini.

Globalisasi dan budaya
Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
   Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain merupakan salah satu ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan. Mode merupakan salah satu poin yang berkembang sangat pesat dan dapat dilihat secara kasat mata di Indonesia yang merupakan negara dengan aliran informasi tinggi sebagai sarana penyalur globalisasi.

·               Budaya berpakaian masyarakat Indonesia jaman dahulu
Kebaya adalah blus tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia dan Malaysia yang terbuat dari bahan tipis yang dikenakan dengan sarung, batik, atau pakaian rajutan tradisional lainnya seperti songket dengan motif warna-warni. Dipercaya kebaya berasal dari Tiongkok ratusan tahun yang lalu. Lalu menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Setelah akulturasi yang berlangsung ratusan tahun, pakaian itu diterima di budaya dan norma setempat.
Sebelum 1600, di Pulau Jawa, kebaya adalah pakaian yang hanya dikenakan keluarga kerajaan di sana. Selama masa kendali Belanda di pulau itu, wanita-wanita Eropa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi. Selama masa ini, kebaya diubah dari hanya menggunakan barang tenunan mori menggunakan sutera dengan sulaman warna-warni.
·               Pengaruh globalisasi terhadap fashion Indonesia
Seiring berkembangnya zaman dan semakin pesatnya pesat dan cepatnya pertumbuhan globalisasi di Indonesia, pakaian adat Indonesia tidak lagi digemari oleh masyarakat Indonesia. Fashion dunia saat ini sedang trend sebagai imbas globalisasi yang begitu cepatnya berputar dalam masyarakat Indoneia, inilah penyebab utama semakin tersisihnya kebaya dan batik sebagai pakaian tradisional Indonesia. Merek-merek luar negeri lebih dominan dan lebih di gemari oleh konsumen pakaian dalam dunia fashion daripada merek dalam negeri. Merek luar seakan memiliki prestige tersendiri bagi si pemakai. Sungguh ironi bagi Indonesia yang memiliki begitu banyak keanekaragaman budaya serta banyaknya penduduk yang seharusnya dapat menjadi sumber kreativitas yang tak terbatas.
Penampilan menyiratkan kepribadian bisa dijadikan ungkapan yang tidak asing di telinga tetapi memang tidak selamanya benar. Segala aktifitas kehidupan manusia menjadi obyek fashion mengingat pakaian dan perlengkapanya sudah menjadi kebutuhan mendasar sejak manusia dilahirkan bahkan bisa menjadi simbol identitas. Merek luar yang lebih popular di kalangan Indonesia pun lama-kelamaan akan menjadi gaya hidup yang dapat menggerus rasa nasionalisme dan kebanggaan akan budaya Indonesia. Oleh karena itu, penjualan produk dalam negeri pun menurun.
     Alasan-alasan mengapa masyrakat Indonesia lebih menyukai produk serta merek luar negeri adalah:
1.   Otak masyarakat sudah terkontaminasi dengan pikiran bahwa merek Indonesia itu jelek, merek luar lebih bagus mutunya daripada merek lokal. Mutu pakaian Indonesia sangat kalah jauh dibanding merek dalam negeri. Padahal, merek-merek luar itu sebenarnya dibuat dan diolah di Indonesia, baru dikirim ke luar untuk diberi merek.
2.   Harga merek luar dan merek lokal bersaing ketat sedangkan mutu merek lokal sangat rendah. Sehingga masyarakat berpikir lebih baik membeli merek luar yang terjamin mutunya dengan harga yang relatif sama dengan merek lokal yang bersifat mudah rusak dan sementara. Indonesia tidak memiliki strategi harga pasar.
3.   Merek luar biasanya dikaitkan dengan harga yang melambung tinggi, sehingga hanya orang-orang dengan berpenghasilan tinggi saja yang mampu membeli merek luar tersebut. Hal inilah yang menimbulkan prestige luar biasa pada siapa saja yang menggunakan merek luar. Padahal, banyak merek luar yang telah dibajak pedagang lokal untuk meningkatkan penjualan.
4.   Tidak ada proteksi merek lokal oleh pemerintah Indonesia. Pembajakan sendiri telah menjadi budaya di Indonesia. Tidak hanya merek luar saja yang dibajak, merek lokal pun juga telah dibajak oleh pihak tak bertanggung jawab. Bagaimana kita mau berkembang jika merek lokal buatan anak negeri saja juga dibajak. Padahal, merek lokal itulah yang nantinya menjadi ikon yang mengingatkan kita kepada bangsa Indonesia.
5.   Tidak banyak merek-merek fesyen yang dikhususkan untuk anak-anak hadir di Indonesia. Apalagi yang desainnya dibuat oleh perancang lokal. Kebanyakan merek pakaian anak memang berasal dari mancanegara. Untuk urusan ini, Indonesia tampaknya memang tertinggal. Padahal, banyak perancang lokal berprestasi dan ikut ajang fesyen internasional. Masalahnya, desainer umumnya fokus pada kebutuhan orang dewasa. Padahal, peluang memasarkan produk, termasuk dengan target market anak-anak, terbuka lebar di negara dengan penduduk banyak seperti Indonesia.
6.   Pemikiran bahwa pemakaian kain batik, kebaya, serta pakaian adat lainnya dianggap ketinggalan jaman serta pemakainnya yang tidak praktis serta tidak nyaman. Kurangnya inovasi di fashion Indonesia telah mengurangi minat konsumen untuk membeli pakaian yang mencerminkan budaya Indonesia.
Globalisasi dan Bahasa
Bahasa adalah sebuah alat bagi manusia untuk bisa berinteraksi (komunikasi) dengan manusia yang lain. Bahasa menunjukkan pula ciri suatu bangsa dan budaya di sebuah negara. Seiring perkembangan hidup manusia yang bergerak ke arah yang lebih maju, bahasa secara langsung akan ikut berkembang mengikuti perkembangan hidup manusia sesuai dengan kebutuhan manusia itu sendiri.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional telah menyemangati para pejuang kemerdekaan dalam menyalakan api perjuangan. Bahasa Indonesia mampu menyatukan berbagai kelompok etnis yang berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasa dalam satu kesatuan bangsa. Semangat itu telah menjiwai para pejuang pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta. Dalam Sumpah Pemuda itu dinyatakan pengakuan terhadap satu tanah air dan satu bangsa Indonesia, serta menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Pernyataan ketiga itu mengandung makna: (1) pengutamaan bahasa Indonesia di atas kepentingan bahasa-bahasa lain dan (2) memberi peluang penggunaan bahasa asing untuk keperluan tertentu.
Kita ketahui bersama-sama bahwasanya saat ini kondisi masyarakat Indonesia maupun dunia sudah memasuki apa yang disebut era globalisasi. Pengertian globalisasi adalah proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat. Termasuk di dalamnya "keharusan" semua bangsa di dunia hanya menggunakan satu bahasa universal yaitu bahasa Inggris. Artinya, bahwa secara implisit proses globalisasi akan membuat dunia menjadi seragam dan menghapus identitas maupun jati diri suatu bangsa. Kebudayaan lokal termasuk bahasa nasional (Indonesia) akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya global.
Bahasa Indonesia yang berposisi sebagai bahasa nasional sangat berperan penting dalam menentukan perkembangan bahasa itu sendiri. Namun, realita yang ada saat ini mengimperatifkan kenyataan perkembangan bahasa nasional di Indonesia, tingkat pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari semakin menunjukkan kemunduran. Hal ini disebabkan selain tingkat pemahaman yang kurang terhadap bahasa Indonesia, mayoritas masyarakat lebih memilih menggunakan bahasa asing (khususnya bahasa Inggris) untuk digunakan dalam tuturan sehari-hari. Penggunaan bahasa asing makin mendesak ruang penggunaan bahasa Indonesia. Kebanggaan masyarakat akan bahasa Indonesia sebagai lambang jati diri bangsa telah memudar di sebagian anggota masyarakat dan era globalisasi perlahan-lahan akan mengikis kecintaan masyarakat terhadap bahasa Indonesia. Sebagai contoh: sering kita lihat anak muda Indonesia lebih suka mengucapkan mal (baca : mol), daripada pusat perbelanjaan. Mereka berpandangan bahwa di era globalisasi, memakai bahasa asing dalam tuturan sehari-hari lebih menjanjikan, prestisius (keren), dan menguntungkan dalam segi ekonomi.
Hal ini juga dibuktikan dengan banyaknya fenomena-fenomena negatif yang masih terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia antara lain sebagai berikut :
a. Banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan bangga kemahirannya menggunakan bahasa Inggris, walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
b. Banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing (Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang apabila tidak menguasai bahasa Indonesia.
c. Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
d. Banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai daripada yang lain karena telah menguasai bahasa asing (Inggris) dengan fasih, walaupun penguasaan bahasa Indonesianya kurang sempurna.
Tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia terletak di tangan pemakai bahasa Indonesia sendiri. Baik buruknya dan maju mundurnya bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku sebagai warga negara Indonesia yang baik. Setiap warga negara Indonesia harus bersama-sama berperan serta dalam membina dan mengembangkan bahasa Indonesia itu ke arah yang positif. Usaha-usaha ini, antara lain dengan meningkatkan kedisiplinan berbahasa Indonesia pada era globalisasi ini, yang sangat ketat dengan persaingan di segala sektor kehidupan. Maju bahasa, majulah bangsa. Kacau bahasa, kacau pulalah bangsa. Keadaan ini harus disadari benar oleh setiap warga negara Indonesia sehingga rasa tanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia akan tumbuh dengan subur di sanubari setiap pemakai bahasa Indonesia. Rasa cinta terhadap bahasa Indonesia pun akan bertambah besar dan bertambah mendalam. Sudah barang tentu, ini semuanya merupakan harapan bersama, harapan setiap orang yang mengaku berbangsa Indonesia.
Oleh karena itu, selain peran aktif dari penutur dengan terus menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, peran yang sangat penting dalam mengantisipasi musnahnya bahasa Indonesia adalah pemerintah. Dalam hal ini, kebijakan-kebijakan strategis pemerintah terhadap upaya pelestarian bahasa-bahasa nasional di Indonesia, menjadi kata kuncinya. Sebagai pengatur regulasi, pemerintah harus bisa memopulerkan kembali pemakaian bahasa nasional kepada masyarakat penuturnya. Salah satu upaya menjaga agar bahasa Indonesia tidak tergeser oleh bahasa-bahasa asing (khususnya bahasa Inggris) ialah pengukuhan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat pendukungnya, yaitu di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Upaya menanamkan rasa kecintaan terhadap bahasa kebangsaan itu, antara lain, dilakukan melalui peningkatan mutu kampanye “penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar” ke seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi di tiap daerah-daerah. Pemerintah juga terus melakukan pengajaran kepada masyarakat tentang bahasa Indonesia karena pengajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan penguatan identitas lokal dan melindungi budaya-budaya daerah serta mengembangkan dan meningkatkan konsep pluralisme serta toleransi masyarakat. Sehingga, bahasa Indonesia akan mampu menjadi bahasa pengantar perdagangan bebas di bumi Indonesia pada era globalisasi. Upaya perluasan penggunaan bahasa Indonesia ke luar masyarakat Indonesia merupakan langkah memperbaiki citra Indonesia di dunia internasional melalui peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing yang pada gilirannya akan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa perhubungan luas di dunia internasional.

Minggu, 10 Februari 2008

Tugas Pengantar Manajemen : Etika Bisnis Perusahaan di Maskapai Penerbangan Garuda

Sarana transportasi memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari karena selain mempermudah kita dalam berpergian ke suatu tempat serta dapat menghemat waktu dibandingkan berjalan kaki. Tetapi bukan hanya hal positif yang kita dapat tetapi juga dampak negatif, misalnya untuk masalah keamanan.
            Memang pemerintah khusus membentuk badan KNKT (Komite Nasional Keselamatan Tranportasi) tetapi itu saja tidak menjamin para penumpang akan selamat hingga ditujuan. Akhir-akhir ini kita sering mendengar tentang kecelakaan yang sumbernya adalah alat trasportasi, tidak membedakan antara darat, laut, dan udara semua memiliki probabilitas yang sama untuk terjadinya kecelakaan.

Mengapa kita memilih transportasi udara dengan maskapai pesawat Garuda?
            Karena pesawat terbang selain cenderung eksklusif serta memiliki kenyamanan lebih, juga mempunyai tingkat keamanan yang seharusnya lebih dibandingkan dengan alat transportasi lain. Tetapi pada kenyataannya justru berita terkini menyampaikan bahwa pesawat memiliki resiko yang lebih tinggi dari tingkat keamanan. Dibawah ini adalah salah satu kasus yang kami angkat.

Contoh Kasus :
Musibah terbakarnya pesawat garuda Boing 737-400 yang terjadi di Bandara Adisucipto, Jogjakarta, tanggal 7 Maret 2007 dan menewaskan 21 orang, diduga karena pilot error. Kecelakaan yang menimpa pesawat jurusan Jakarta - Jogjakarta dengan nomor penerbangan GA 200 itu seakan melengkapi musibah transportasi di Indonesia

Kronologis kejadian:
Dialami garuda terjadi sekitar pukul 06.55, ketika landing di Bandara Adisucipto. Dari informasi yang telah ada, pesawat yang dipiloti kapten M. Marwoto Komar itu terlihat oleh ketika masih diudara. Begitu menyentuh landasan, ban depan pesawat pecah dan keluar percikan api. Selain itu, pesawat sempat memantul 3 kali hingga akhirnya berhenti di area persawahan dusun Bakungan, sekitar 300 m dari ujung landasan. Begitu pesawat mulai terbakar, para penumpang langsung berhamburan keluar dari pintu darurat mencoba menyelamatkan diri.
Pembahasan
            Pada contoh kasus diatas banyak pihak - pihak yang terkait salah satunya adalah pilot, karena nyawa dari ratusan penumpang ada di kedua tangannya. Menurut informasi yang dihimpun serta dipublikasikan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebutkan bahwa pilot M. Marwoto Komar pingsan sesaat setelah pesawat mendarat. Pilot baru sadar saat pramugari mengingatkan beliau agar segera keluar dari pesawat yang mulai terbakar. Faktor lain yang menguatkan dugaan human error adalah pernyataan dari Meteorologi Lanud Adisucipto bahwa saat pesawat Garuda Boeing 737 – 400 GA 200 akan mendarat, cuaca dinyatakan clear. Tidak ada tanda- tanda angin yang membahayakan penerbangan ataupun turbulence (turbulensi) atau windshear (angin gunting). Turbulence dikenal sebagai puntiran angin yang mampu membabat pesawat saat di udara.
            Pernyataan yang dikeluarkan oleh Kapten Subakir juga menunjukan hasil yang sama dengan Badan Meteorologi Adisucipto. Data prakiraan cuaca dari Automatic Terminal Information Service (ATIS) di Jogja saat kejadian menunjukan cuaca cerah. Perubahan cuaca selalu dideteksi setiap waktu dan dilaporkan setiap setengah jam sekali dalam bentuk flight document melalui tower. Peristiwa kecelakaan diyakini bukan disebabkan oleh angin. Kondisi angin saat itu adalah 05,05 persen , dengan kecepatan 5 knot. Selain itu juga tidak ada kontak serius mengenai trouble pesawat antara pilot dengan pihak Air Traffic Control (ATC).
            Tanggung jawab para pilot serta awak pesawat pun boleh diragukan. Diberitakan bahwa pilot serta seluruh awak pesawat selamat karena berhasil keluar sesaat setelah pesawat terbanting. Mereka meninggalkan penumpang yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya di dalam pesawat yang akan segera meledak.                

Tanggung jawab sosial

            Sekarang mari kita kembali pada masalah tanggung jawab sosial. Pada satu sisi, konsep dari tanggung jawab sosial perusahaan, seperti etika, mudah dipahami. Artinya menjadi sebuah perusahaan yang baik. Definisi formal dari tanggung jawab sosial (social responbility) adalah kewajiban manajemen untuk membuat pilihan dan mengambil tindakan yang berperan dalam mewujudkan kesejahteraan dan masyarakat.
           
Pihak – pihak yang berkepentingan  terhadap organisasi
            Organisasi – organisasi maju memandang lingkungan internal dan eksternal sebagai suatu keragaman pihak – pihak yang berkepentingan ( stakeholders)
            Pihak – pihak berkepentingan lainnya adalah pemerintah dan masyarakat. Hampir semua perusahaan muncul hanya dengan anggaran dasar yang layak serta lisensi dan beroperasi dengan dibatasi oleh undang – undang keselamatan, persyaratan perlindungan lingkungan dan undang – undang serta peraturan lain dalam sektor pemerintah.

  • Tanggung jawab ekonomi
Kriteria pertama dari tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab ekonomi (economic responbilities) adalah unit ekonomi dasar masyarakat. Tanggung jawabnya adalah menghasilkan barang dan jasa yang diinginkan masyarakat dan memaksilkan laba bagi pemiliknya serta pemegang saham.

  • Tanggung jawab etika
            Tanggung jawab etika (etical responsibilities) meliputi perilaku yang tidak perlu disusun dalam undang – undang dan boleh tidak melayani kepentingan ekonomi  langsung perusahaan. Untuk menjadi etis, para pembuat keputusan organisasi harus bertindak atas dasar kesetaraan, keadilan, dan tidak memihak, menghormati hak –hak individu, dan memberikan perlakuan yang berbeda hanya jika relevan dengan tugas dan tujuan organisai. Perilaku yang tidak etis timbul ketika keputusan memungkinkan individu atau perusahaan mendapat keuntungan dengan mengorbankan masyarakat.

Tindakan perusahaan terhadap tuntutan sosial :

1.      Obstruktif
Perusahaan yang menerapkan respon obstruktif menolak semua tanggung jawab, menolak keabsahaan dari bukti – bukti pelanggaran dan memunculkan upaya – upaya untuk merintangi penyelidikan. Perusahaan itu membangun pertahanan di sekelilingnya, menentang semua bukti dan meyakinkan publik bahwa produk itu aman dan efektif. Perusahaan juga tidak melakukan usaha untuk menanggapi investigasi.

2.      Defensif
Perusahaan mengakui beberapa kesalahan yang berkaitan dengan keterlanjuran atau kelalaian. Perusahaan memangkas kerugiannya dengan mempertahankan dirinya, tetapi tidak obstruktif

3.      Akomodatif
Perusahaan menerima tanggung jawab sosial atas tindakannya, meskipun mungkin hal itu dilakukan karena tekanan eksternal. Perusahaan yang menerapkan tindakan ini mencoba untuk memenuhi tanggung jawab ekonomi, legal dan etika

4.      Proaktif
Perusahaan memimpin penyelesaian masalah – masalah sosial.

Solusi

Garuda Indonesia Airways (GIA) telah mengambil tindakan ekonomi serta etika. Tanggung jawabnya ditunjukkan dari tindakan sebagai berikut :
  • Tanggung jawab ekonomi
    • Menyantuni ahli waris korban yang meninggal dunia sebesar 21 orang sebesar Rp. 650.000.000,-
    • Menanggung biaya perawatan korban yang terluka
  • Tanggung jawab etika
    • Pemuatan iklan permintaan maaf dan turut berduka cita sebesar setengah halaman di sebagian Koran kota besar
    • Permintaan maaf sang pilot pesawat naas tersebut di stasiun – stasiun televisi nasional
    • Pemeriksaan ulang kelaikan seluruh pesawat maskapai Garuda

Selain itu, sifat yang diambil Garuda dalam mengatasi masalah ini adalah akomodatif karena memang Garuda telah memenuhi tanggung jawab ekonomi, legal dan etika seperti yang telah dijelaskan diatas. Namun kebijakan ini diambil Garuda setelah derasnya cacian serta tuntutan para keluarga penumpang pesawat.
Sebaiknya semua kecelakaan ini menyadarkan pemerintah Indonesia untuk segera memperbaiki system penerbangan di Indonesia. Semua low – cost carrier harus diperiksa. Apakah tindakan efisiensi mereka sudah berdampak terlalu jauh pada keselamatan penumpang. Sejauh ini, maskapai Garuda lah yang dinyatakan terbaik karena mengenakan harga tertinggi. Namun setelah peristiwa jatuhnya GA 200, sepertinya bepergian dengan pesawat terbang sudah dihapus dari pikiran sebagian masyarakat Indonesia. Apabila yang dianggap terbaik ternyata jatuh pula, bagaimana dengan para maskapai very – low – cost carrier lainnya?

Setidaknya audit terhadap 22 freight carrier di Indonesia telah cukup membawa bukti.  Kini saatnya pemerintah untuk bertindak. Tidak hanya maskapainya saja, namun juga seluruh awak penerbangan dan juga masyarakat sendiri.
 

Blogroll

Ini adalah aneka tugas kuliah yang saya kerjakan dan saya dapatkan saat kuliah Manajemen tahun 2006 hingga lulus. Hampir sepuluh tahun yang lalu. Koreksilah dahulu, cocokkan dulu dengan bahasannya dan jangan asal kopi-paste, karena bisa saja edisi bukunya berbeda sehingga soal-soalnya berbeda dan akhirnya jawabannya juga berbeda. Adanya gini, jangan minta lebih. Kalau mau perfect ya kerjakan sendiri. Tugas-tugas saya ini hanya sebagai penunjang yang fungsinya supporting, bukan sebagai tulang punggungnya. Gunakan dengan bijak, semoga bermanfaat.

About