Pages

Kamis, 21 Februari 2008

MAKALAH IsBD : KELUAR DARI OPEC

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh swt, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Indonesia dalam Globalisasi “. Dalam makalah ini penulis membahas  dampak globalisasi terhadap bahasa dan kebudayaan Indonesia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, serta sebagai sumbangsih pemikiran terhadap pudarnya kebudayaan oleh globalisasi yang seharusnya menjadi pandangan hidup orang Indonesia. Dan semoga makalah ini dapat menjadi sebuah pijakan berpikir untuk perubahan kearah yang lebih baik.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung hingga terselesaikannya penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Namun, besar harapan kami agar tulisan ini diterima dan nantinya bermanfaat oleh semua pihak.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.



Surabaya,  Mei 2008

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
         Setiap bangsa di dunia memiliki ciri khas dan pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain. Pandangan hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan bermasyarakat. Karena manusia adalah makhluk social, pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang, Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini , seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya.
         Berbeda dengan bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidup pada suatu asas cultural yang melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai cultural yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan hasil karya bangsa Indonesia itu sendiri yang menggambarkan keragaman suku yang ada di Indonesia ini sesuai dengan pancasila sila ke-3 yang berbunyi “persatuan Indonesia” .
   Keragaman ini tidak lantas membuat bangsa Indonesia menjadi terpecah belah, namun malah sebaliknya. Terdapatnya banyak perbedaan di Indonesia malah membuat bangsa ini menjadikan perbedaan tersebut sebagai alat pemersatu. Hal ini di perkuat dengan adanya semboyan “bhinneka tunggal ika” yang mempunyai makna “berbeda-beda tetapi tetap satu jua”.
         Sejalan dengan perkembangan zaman, kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa terhindar dari pengaruh arus globalisasi yang sudah mendunia ini. Kemajuan teknologi semakin berkembang dan canggih yang dapat mempermudah penyampaian informasi tanpa batas, sehingga kebudayaan dari luar mudah masuk dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat sehingga semakin lama kebudayaan bangsa sendiri semakin terabaikan.
Hal ini diperkuat oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan generasi muda khususnya, yang kebanyakan kurang mencintai budaya dan bahasa nasional. Mereka beranggapan bahwa dengan memakai produk asing dan menggunakan bahasa asing akan menimbulkan kebanggaan tersendiri dan memperoleh pengakuan dunia modern. Dengan banyak nya generasi muda saat ini yang banyak meniru perilaku bangsa luar dan mengabaikan budaya Indonesia, bukan tidak mungkin suatu saat nanti budaya bangsa lama kelamaan akan hanya menjadi sebuah kenangan saja.
1.2.   Rumusan masalah
1.      Mengapa merk dan gaya berpakaian luar negeri lebih diminati oleh sebagian besar orang Indonesia ?
2.      Mengapa kebanyakan orang Indonesia lebih bangga menggunakan bahasa inggris dari pada bahasa Indonesia ?
1.3.   Tujuan Penulisan

1.4.   Manfaat penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa tahu dan sadar bahwa globalisasi memberikan dampak yang buruk jika tidak didahului dengan rasa cinta tanah air

2. Bagi masyarakat
Agar masyarakat menyadari bahwa memaknai globalisasi tidak hanya terbatas pada budaya dan bahasa, tetapi masih banyak hal lain yang kita adopsi di negara kita,teknologi misalnya, tanpa harus meninggalkan bahasa dan budayanya sendiri.

BAB II
                               PEMBAHASAN

OPEC sebenarnya sebuah organisasi bergengsi ketika OPEC mampu mengendalikan harga minyak dengan kuotanya, namun saat ini OPEC sepertinya tidak banyak mempengaruhi harga minyak. Juga ketika Indonesia sudah menjadi net importir Indonesia masih tercatat sebagai anggota OPEC. Tetapi, menjadi net exportir bukanlah syarat keanggotaan OPEC. Jadi sepertinya asalkan anggotanya masih mengeksport minyak maka bisa menjadi anggota. Indonesia saat ini pun sebenarnya juga masih mengeksport minyak namun juga mengimpor minyak, baik dalam bentuk minyak mentah maupun BBM (refined).
OPEC merupakan kartel negara-negara yang menginginkan harga minyak tetap tinggi, sehingga posisi Indonesia yang juga sekaligus mengimpor minyak, malah berdampak negatif.
Indonesia terikat kewajiban membayar iuran cukup besar yang dikaitkan dengan volume produksi minyak. Meski Indonesia juga mendapat keuntungan ketika melakukan negosiasi dengan anggota OPEC lainnya. Namun mengkhawatirkan rencana tersebut merupakan upaya pemerintah mengalihkan perhatian publik dari isu kenaikan harga BBM. Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang mempertimbangkan keluar dari keanggotaan OPEC.
Indonesia kini tidak lagi murni mengekspor minyak, tetapi juga negara pengimpor minyak dalam jumlah cukup besar. Rencana keluar dari OPEC merupakan keputusan rapat kabinet di Kantor Presiden yang juga mengambil keputusan akan menaikkan harga BBM bersubsidi secara terbatas.
Namun, Indonesia mempertimbangkan kembali menjadi anggota OPEC, setelah produksi minyak meningkat dalam beberapa tahun mendatang.
Pokok masalahnya adalah warga Indonesia itu tidak mau diajak maju dan tidak mau berkorban sedikit saja seperti persoalan pembagian gas gratis. Tinggal beli kompor sama gas 15000 tiap minggu saja tidak mau padahal pendapatannya akan meningkat karena menggunakan kompor gas karena lebih cepat matang bagi yang jualan gorengan atau masakan lain. Kembali ke permasalahan semula, memang subsidi minyak harus dikurangi atau mungkin dihilangkan karena itu akan membuat negara makin miskin saja.Yang harus dilakukan pemerintah sekarang adalah mengurangi rasa sayang yang berlebihan kepada rakyatnya dengan menaikkan harga minyak semaksimal mungkin atau paling tidak mengurangi subsidi BBM karena negara kita perlu uang untuk membuka sesuatu yang spesial di mata dunia seperti pembutan pesawat terbang jadi Indonesia tidak perlu impor pesawat lagi dari luar.
Sebaiknya tidak keluar karena apa?
1. Indonesia mendapat keuntungan di OPEC untuk impor minyak karena negosiasi bisa lebih mudah
2. Indonesia masih berpeluang untuk meningkatkan produksi minyak
3. Indonesia sudah mendapat status anggota penuh, jika misal keluar dari keanggotaan OPEC untuk kembali masuk akan susah.
4. Isu keluar dari OPEC sebenarnya hanya cara pemerintah untuk mengalihkan isu kenaikan BBM
Indonesia saat ini memang sedang kesulitan berat dalam pengelolaan sumberdaya energi. Saat ini kebutuhan energi didalam negeri hampir 40% masih didominasi oleh minyak bumi. Sedangkan sisa lainnya dipenuhi dari batubara (yang mulai meningkat sejak 1980an), Gas lebih banyak dijual karena biasanya gas itu dijual dengan sistem kontrak. Karena sistem kontrak ini, maka harga gas tidak bisa serta-merta naik seperti harga minyak.
Harga minyak yang saat ini disekitar 120USD/barrel sudah tidak realistis. Karena harga minyak saat ini pun sudah menggunakan “future trading” atau sistem ijon. Membeli untuk kebutuhan tiga bulan mendatang. Dan karena “ketakutan” tidak mendapat jatah di masa mendatang inilah yang menyebabkan harga minyak menanjak. Demikian juga dengan batubara yang ikutan melonjak. Tapi lagi-lagi gas yang menjadi andalan eksport Indonesia tidak bisa menolong kenaikan harga energi ini.
Fluktuasi harga minyak saat ini banyak yang menduga akibat beberapa faktor antara ain supply minyak yang terganggu akibat produksi Shell di Nigeria, nilai US dollar yang melemah, serta kebutuhan (demand) dimasa mendatang yang tidak pasti atau keraguan mendapatkan pasokan energi primer.


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
3.2 Saran

BAB II
PEMBAHASAN

Seperti telah diuraikan dalam bab pendahuluan sebelumnya, globalisasi memiliki dampak yang sangat luas sekali dan berpengaruh tidak hanya pada satu atau dua bidang saja. Dampak globalisasi dapat berpengaruh dalam berbagai bidang, misalnya dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas.
Dalam bab ini yang akan dibahas adalah dampak dari globalisasi terhadap budaya dan bahasa, yaitu sejauh mana globalisasi ini mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia berkaitan dengan dua hal tersebut. Dalam pembahasan mengenai kedua ruang lingkup permasalahan dari dampak globalisasi, yaitu budaya dan bahasa, penulis mengambil satu contoh  untuk masing-masing permasalahan.
Untuk pembahasan mengenai dampak globalisasi terhadap budaya, penulis mengambil contoh penggunaan merek dagang luar negeri yang lebih banyak diminati oleh masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Sedangkan untuk pembahasan mengenai dampak globalisasi terhadap bahasa, penulis mengambil contoh bahasa Inggris yang sekarang ini semakin banyak digemari oleh generasi muda bangsa ini untuk dipelajari dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Pembahasan lebih lanjut tentang permasalahan tersebut akan dijelaskan dalam bab ini.

Globalisasi dan budaya
Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
   Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain merupakan salah satu ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan. Mode merupakan salah satu poin yang berkembang sangat pesat dan dapat dilihat secara kasat mata di Indonesia yang merupakan negara dengan aliran informasi tinggi sebagai sarana penyalur globalisasi.

·               Budaya berpakaian masyarakat Indonesia jaman dahulu
Kebaya adalah blus tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia dan Malaysia yang terbuat dari bahan tipis yang dikenakan dengan sarung, batik, atau pakaian rajutan tradisional lainnya seperti songket dengan motif warna-warni. Dipercaya kebaya berasal dari Tiongkok ratusan tahun yang lalu. Lalu menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Setelah akulturasi yang berlangsung ratusan tahun, pakaian itu diterima di budaya dan norma setempat.
Sebelum 1600, di Pulau Jawa, kebaya adalah pakaian yang hanya dikenakan keluarga kerajaan di sana. Selama masa kendali Belanda di pulau itu, wanita-wanita Eropa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi. Selama masa ini, kebaya diubah dari hanya menggunakan barang tenunan mori menggunakan sutera dengan sulaman warna-warni.
·               Pengaruh globalisasi terhadap fashion Indonesia
Seiring berkembangnya zaman dan semakin pesatnya pesat dan cepatnya pertumbuhan globalisasi di Indonesia, pakaian adat Indonesia tidak lagi digemari oleh masyarakat Indonesia. Fashion dunia saat ini sedang trend sebagai imbas globalisasi yang begitu cepatnya berputar dalam masyarakat Indoneia, inilah penyebab utama semakin tersisihnya kebaya dan batik sebagai pakaian tradisional Indonesia. Merek-merek luar negeri lebih dominan dan lebih di gemari oleh konsumen pakaian dalam dunia fashion daripada merek dalam negeri. Merek luar seakan memiliki prestige tersendiri bagi si pemakai. Sungguh ironi bagi Indonesia yang memiliki begitu banyak keanekaragaman budaya serta banyaknya penduduk yang seharusnya dapat menjadi sumber kreativitas yang tak terbatas.
Penampilan menyiratkan kepribadian bisa dijadikan ungkapan yang tidak asing di telinga tetapi memang tidak selamanya benar. Segala aktifitas kehidupan manusia menjadi obyek fashion mengingat pakaian dan perlengkapanya sudah menjadi kebutuhan mendasar sejak manusia dilahirkan bahkan bisa menjadi simbol identitas. Merek luar yang lebih popular di kalangan Indonesia pun lama-kelamaan akan menjadi gaya hidup yang dapat menggerus rasa nasionalisme dan kebanggaan akan budaya Indonesia. Oleh karena itu, penjualan produk dalam negeri pun menurun.
     Alasan-alasan mengapa masyrakat Indonesia lebih menyukai produk serta merek luar negeri adalah:
1.   Otak masyarakat sudah terkontaminasi dengan pikiran bahwa merek Indonesia itu jelek, merek luar lebih bagus mutunya daripada merek lokal. Mutu pakaian Indonesia sangat kalah jauh dibanding merek dalam negeri. Padahal, merek-merek luar itu sebenarnya dibuat dan diolah di Indonesia, baru dikirim ke luar untuk diberi merek.
2.   Harga merek luar dan merek lokal bersaing ketat sedangkan mutu merek lokal sangat rendah. Sehingga masyarakat berpikir lebih baik membeli merek luar yang terjamin mutunya dengan harga yang relatif sama dengan merek lokal yang bersifat mudah rusak dan sementara. Indonesia tidak memiliki strategi harga pasar.
3.   Merek luar biasanya dikaitkan dengan harga yang melambung tinggi, sehingga hanya orang-orang dengan berpenghasilan tinggi saja yang mampu membeli merek luar tersebut. Hal inilah yang menimbulkan prestige luar biasa pada siapa saja yang menggunakan merek luar. Padahal, banyak merek luar yang telah dibajak pedagang lokal untuk meningkatkan penjualan.
4.   Tidak ada proteksi merek lokal oleh pemerintah Indonesia. Pembajakan sendiri telah menjadi budaya di Indonesia. Tidak hanya merek luar saja yang dibajak, merek lokal pun juga telah dibajak oleh pihak tak bertanggung jawab. Bagaimana kita mau berkembang jika merek lokal buatan anak negeri saja juga dibajak. Padahal, merek lokal itulah yang nantinya menjadi ikon yang mengingatkan kita kepada bangsa Indonesia.
5.   Tidak banyak merek-merek fesyen yang dikhususkan untuk anak-anak hadir di Indonesia. Apalagi yang desainnya dibuat oleh perancang lokal. Kebanyakan merek pakaian anak memang berasal dari mancanegara. Untuk urusan ini, Indonesia tampaknya memang tertinggal. Padahal, banyak perancang lokal berprestasi dan ikut ajang fesyen internasional. Masalahnya, desainer umumnya fokus pada kebutuhan orang dewasa. Padahal, peluang memasarkan produk, termasuk dengan target market anak-anak, terbuka lebar di negara dengan penduduk banyak seperti Indonesia.
6.   Pemikiran bahwa pemakaian kain batik, kebaya, serta pakaian adat lainnya dianggap ketinggalan jaman serta pemakainnya yang tidak praktis serta tidak nyaman. Kurangnya inovasi di fashion Indonesia telah mengurangi minat konsumen untuk membeli pakaian yang mencerminkan budaya Indonesia.
Globalisasi dan Bahasa
Bahasa adalah sebuah alat bagi manusia untuk bisa berinteraksi (komunikasi) dengan manusia yang lain. Bahasa menunjukkan pula ciri suatu bangsa dan budaya di sebuah negara. Seiring perkembangan hidup manusia yang bergerak ke arah yang lebih maju, bahasa secara langsung akan ikut berkembang mengikuti perkembangan hidup manusia sesuai dengan kebutuhan manusia itu sendiri.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional telah menyemangati para pejuang kemerdekaan dalam menyalakan api perjuangan. Bahasa Indonesia mampu menyatukan berbagai kelompok etnis yang berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasa dalam satu kesatuan bangsa. Semangat itu telah menjiwai para pejuang pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta. Dalam Sumpah Pemuda itu dinyatakan pengakuan terhadap satu tanah air dan satu bangsa Indonesia, serta menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Pernyataan ketiga itu mengandung makna: (1) pengutamaan bahasa Indonesia di atas kepentingan bahasa-bahasa lain dan (2) memberi peluang penggunaan bahasa asing untuk keperluan tertentu.
Kita ketahui bersama-sama bahwasanya saat ini kondisi masyarakat Indonesia maupun dunia sudah memasuki apa yang disebut era globalisasi. Pengertian globalisasi adalah proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat. Termasuk di dalamnya "keharusan" semua bangsa di dunia hanya menggunakan satu bahasa universal yaitu bahasa Inggris. Artinya, bahwa secara implisit proses globalisasi akan membuat dunia menjadi seragam dan menghapus identitas maupun jati diri suatu bangsa. Kebudayaan lokal termasuk bahasa nasional (Indonesia) akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya global.
Bahasa Indonesia yang berposisi sebagai bahasa nasional sangat berperan penting dalam menentukan perkembangan bahasa itu sendiri. Namun, realita yang ada saat ini mengimperatifkan kenyataan perkembangan bahasa nasional di Indonesia, tingkat pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari semakin menunjukkan kemunduran. Hal ini disebabkan selain tingkat pemahaman yang kurang terhadap bahasa Indonesia, mayoritas masyarakat lebih memilih menggunakan bahasa asing (khususnya bahasa Inggris) untuk digunakan dalam tuturan sehari-hari. Penggunaan bahasa asing makin mendesak ruang penggunaan bahasa Indonesia. Kebanggaan masyarakat akan bahasa Indonesia sebagai lambang jati diri bangsa telah memudar di sebagian anggota masyarakat dan era globalisasi perlahan-lahan akan mengikis kecintaan masyarakat terhadap bahasa Indonesia. Sebagai contoh: sering kita lihat anak muda Indonesia lebih suka mengucapkan mal (baca : mol), daripada pusat perbelanjaan. Mereka berpandangan bahwa di era globalisasi, memakai bahasa asing dalam tuturan sehari-hari lebih menjanjikan, prestisius (keren), dan menguntungkan dalam segi ekonomi.
Hal ini juga dibuktikan dengan banyaknya fenomena-fenomena negatif yang masih terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia antara lain sebagai berikut :
a. Banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan bangga kemahirannya menggunakan bahasa Inggris, walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
b. Banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing (Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang apabila tidak menguasai bahasa Indonesia.
c. Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
d. Banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai daripada yang lain karena telah menguasai bahasa asing (Inggris) dengan fasih, walaupun penguasaan bahasa Indonesianya kurang sempurna.
Tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia terletak di tangan pemakai bahasa Indonesia sendiri. Baik buruknya dan maju mundurnya bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku sebagai warga negara Indonesia yang baik. Setiap warga negara Indonesia harus bersama-sama berperan serta dalam membina dan mengembangkan bahasa Indonesia itu ke arah yang positif. Usaha-usaha ini, antara lain dengan meningkatkan kedisiplinan berbahasa Indonesia pada era globalisasi ini, yang sangat ketat dengan persaingan di segala sektor kehidupan. Maju bahasa, majulah bangsa. Kacau bahasa, kacau pulalah bangsa. Keadaan ini harus disadari benar oleh setiap warga negara Indonesia sehingga rasa tanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia akan tumbuh dengan subur di sanubari setiap pemakai bahasa Indonesia. Rasa cinta terhadap bahasa Indonesia pun akan bertambah besar dan bertambah mendalam. Sudah barang tentu, ini semuanya merupakan harapan bersama, harapan setiap orang yang mengaku berbangsa Indonesia.
Oleh karena itu, selain peran aktif dari penutur dengan terus menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, peran yang sangat penting dalam mengantisipasi musnahnya bahasa Indonesia adalah pemerintah. Dalam hal ini, kebijakan-kebijakan strategis pemerintah terhadap upaya pelestarian bahasa-bahasa nasional di Indonesia, menjadi kata kuncinya. Sebagai pengatur regulasi, pemerintah harus bisa memopulerkan kembali pemakaian bahasa nasional kepada masyarakat penuturnya. Salah satu upaya menjaga agar bahasa Indonesia tidak tergeser oleh bahasa-bahasa asing (khususnya bahasa Inggris) ialah pengukuhan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat pendukungnya, yaitu di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Upaya menanamkan rasa kecintaan terhadap bahasa kebangsaan itu, antara lain, dilakukan melalui peningkatan mutu kampanye “penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar” ke seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi di tiap daerah-daerah. Pemerintah juga terus melakukan pengajaran kepada masyarakat tentang bahasa Indonesia karena pengajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan penguatan identitas lokal dan melindungi budaya-budaya daerah serta mengembangkan dan meningkatkan konsep pluralisme serta toleransi masyarakat. Sehingga, bahasa Indonesia akan mampu menjadi bahasa pengantar perdagangan bebas di bumi Indonesia pada era globalisasi. Upaya perluasan penggunaan bahasa Indonesia ke luar masyarakat Indonesia merupakan langkah memperbaiki citra Indonesia di dunia internasional melalui peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing yang pada gilirannya akan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa perhubungan luas di dunia internasional.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogroll

Ini adalah aneka tugas kuliah yang saya kerjakan dan saya dapatkan saat kuliah Manajemen tahun 2006 hingga lulus. Hampir sepuluh tahun yang lalu. Koreksilah dahulu, cocokkan dulu dengan bahasannya dan jangan asal kopi-paste, karena bisa saja edisi bukunya berbeda sehingga soal-soalnya berbeda dan akhirnya jawabannya juga berbeda. Adanya gini, jangan minta lebih. Kalau mau perfect ya kerjakan sendiri. Tugas-tugas saya ini hanya sebagai penunjang yang fungsinya supporting, bukan sebagai tulang punggungnya. Gunakan dengan bijak, semoga bermanfaat.

About