PROFIL JAKOB OETAMA
Nama Jakob Oetama mungkin
tidak terlalu banyak dikenal orang. Namun sesungguhnya dialah orang dibalik
koran Kompas, majalah Bobo, Hai dan Kawanku, percetakan dan penerbitan
Gramedia, stasiun televisi TV7 (yang sekarang menjadi Trans7) serta semua anak
perusahaan didalam Kompas – Gramedia Group. Beliau adalah pemimpin umum harian Kompas, presiden
direktur sekaligus CEO Kelompok Kompas Gramedia. Bahkan ada yang mengidentikkan
Jakob Oetama dengan harian Kompas. Hal ini memang lumrah, karena ia salah satu pendiri
harian tersebut bersama alm. P.K. Ojong.
Ketika pertama kali usaha harian Kompas ini dirintis, Jakob Oetama lebih
disiapkan sebagai pemimpin redaksi sementara P.K Ojong sebagai pemimpin
perusahaan. Wafatnya P.K. Ojong pada 1980-an membuat ia harus segera mengambil
alih tampuk kepemimpinan perusahaan.
Sebagai pengusaha, Jakob Oetama sukses menaikkan KKG menjadi kerajaan
bisnis pers terbesar di Indonesia. Memang tidak semua media di bawah KKG
menghasilkan pundi-pundi uang berlimpah. Tulang punggung KKG di luar penerbitan
buku ialah Kompas. Meski ia menolak disebut kapitalis, bisnisnya terus merambah
berbagai lini. Penerbitan pers, jaringan toko buku Gramedia, hotel (Grahawita
Santika), penyiaran radio (Radio Sonora), kertas tisu (PT Graha Kerindo) dan
masih banyak lagi. Total ada 42 anak perusahaan yang bernaung di bawah payung
KKG. Total omzet KKG pada 2001 saja diperkirakan mencapai lebih dari Rp 1,05
triliun.
Peran Jakob Oetama di Kompas lebih dari sekedar pemimpin. Hingga sekarang
dia masih aktif menulis beberapa kolom, menawarkan soal untuk dimuat di koran
serta menggelindingkan opini publik. Kontribusi pemikirannya di Kompas masih
dominan. Pengaruhnya terlihat dari pameo ” Jakob Oetama adalah Kompas dan
Kompas adalah Jakob Oetama”. Tak heran Kompas menjadi koran terbesar di
Indonesia. Kompas telah menjadi surat kabar yang saat ini bertiras lebih dari
500 ribu eksemplar.
Jakob Oetama lahir di Borobudur, 27 September 1931. Setelah lulus Guru Sejarah B-1 (1956), lalu melanjutkan studi di
Jurusan Jurnalisme Akademi Jurnalistik Jakarta dan lulus tahun 1959. Pendidikan
terakhir mantan guru sejarah SLTP dan SMU di Jakarta itu di Jurusan Publisistik
Fisipol UGM.
Pengalaman kerjanya di
bidang jurnalisme dimulai dari editor majalah Penabur, Ketua Editor majalah
bulanan Intisari, Ketua Editor harian Kompas, Pemimpin Umum/Redaksi Kompas, dan
Presiden Direktur Kelompok Kompas-Gramedia.
Sejumlah karya tulis
Jakob Oetama, antara lain, Kedudukan dan Fungsi Pers dalam Sistem Demokrasi
Terpimpin, yang merupakan skripsi di Fisipol UGM tahun 1962, Dunia Usaha dan
Etika Bisnis (Penerbit Buku Kompas, 2001), serta Berpkir Ulang tentang
Keindonesiaan (Penerbit Buku Kompas, 2002).
Jakob Oetama juga berkiprah dalam berbagai organisasi dalam maupun luar
negeri. Beberapa diantaranya pernah menjadi Sekretaris Jenderal Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI), Anggota DPR Utusan Golongan Pers, Pendiri dan Anggota
Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia, Anggota Dewan Penasihat PWI, Anggota
Dewan Federation Internationale Des Editeurs De Journaux (FIEJ), Anggota
Asosiasi International Alumni Pusat Timur Barat Honolulu, Hawai, Amerika
Serikat, dan Ketua Bidang Organisasi dan Manajemen Serikat Penerbit Surat
Kabar. (SIG)
Berbagai macam penghargaan telah diperolehnya antara lain dari majalah
bisnis Swa sebagai CEO of the year pada tahun 2003 dan 2004 serta gelar Doktor
Honoris Causa di bidang komunikasi dari Universitas Gadjah Mada pada Kamis 17
April 2003. Gelar ini diberikan atas dasar bahwa beliau adalah salah satu
raksasa jurnalis di negeri ini yang menawarkan jurnalisme damai dan berhasil
membuka horizon pers yang benar-benar modern, bertanggung jawab, nonpartisan,
dan memiliki perspektif jauh ke depan.
GAYA
KEPEMIMPINAN JAKOB OETAMA
Ada satu falsafah yang selalu dipegang Jakob Oetama dalam menjalankan
perusahaannya, khususnya dalam memperlakukan karyawannya. Dalam memberdayakan
karyawannya, Jakob Oetama menerapkan falsafah We do care. Manajemen,
menurut dia, wajib seoptimal mungkin menerapkan falsafah We do care sebagai
wujud kewajiban perusahaan atas hak karyawan.
Sebagai wujud falsafah ini, ia mengaku selalu berupaya peduli atas segala
kebutuhan karyawannya. "Kita harus tahu apa yang diinginkan oleh karyawan.
Dengan kepedulian, berarti kita menghargai keberadaan mereka. Jangan hanya
memperlakukan mereka sebagai mesin penghasil uang," katanya. Tak heran,
Jakob begitu memperhatikan kesejahteraan karyawan. "Imbalan yang pas
sesuai dengan beban kerjanya akan membuat karyawan lebih termotivasi bekerja
dengan lebih baik," jelasnya.
Menciptakan perusahaan yang adil, makmur, dan merata bagi seluruh karyawan
adalah cita –citanya. Jakob Oetama sangat peduli atas masalah hak karyawan,
seperti gaji dan tunjangan supaya karyawan KKG hidup lebih layak. Saking
pedulinya, khususnya di level bawah atau staf, Jakob Oetama lebih dulu
membuatkan perumahan bagi karyawan level bawah. Sementara itu, karyawan di level
manajemen menengah atas belakangan.
Bagi Jakob, menyejahterakan karyawan itu kewajiban perusahaan. Menurut dia,
dengan tingkat kesejahteraan yang baik, karyawan pun akan termotivasi
memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Mereka juga menjadi loyal. Jakob
Oetama bangga bahwa turn over karyawan di perusahaannya relatif kecil. Prosentasenya
hanya sekitar 5%, termasuk yang terendah di perindustrian Indonesia, khususnya
pada masa seperti ini.
Jakob dikenal luas sebagai orang bersahaja. Memanusiakan manusia, begitulah
filosofi Jakob Oetama. "Saya sosok yang I do care," ungkapnya. Ia tak
pernah memandang level karyawan. Siapa pun disapanya. Siapa pun dijenguknya
kalau mendapatkan musibah, semisal keluarganya sakit atau meninggal. Perhatian
dan kepedulian Jakob setali tiga uang dengan perilakunya yang santun, bahkan
kerap dinilai oleh karyawannya kelewat santun. Di lingkungan KKG, Jakob dikenal
sebagai pribadi yang menjaga perilaku. Ia bahkan takut menginjak kaki orang
lain, takut menyinggung orang lain.
Perilakunya yang santun tak jarang malah justru menjadi bumerang bagi
perusahaan. Saat Jakarta-Jakarta, Tiara, dan Raket harus ditutup, Jakob tak
mengambil langkah pemutusan hubungan kerja (PHK). Karyawannya disalurkan ke
unit bisnis lain atau ke media lain di bawah payung KKG. Padahal, SDM di unit
tersebut sejatinya sudah pas. Akhirnya unit bisnis itu menjadi tidak produktif.
Dalam perjalanannya, PHK akhirnya diberlakukan bagi karyawan Raket. Itu pun
berkat desakan karyawan. Imbalan pesangon yang sangat besar -- untuk ukuran
media baru dan tengah collaps -- lantas diberikan Jakob.
Perhatiannya sering kali ditunjukkan lewat menyapa semua karyawan yang
kebetulan berpapasan dengannya, atau memberikan bantuan bagi karyawan yang baru
tertimpa musibah, atau memberikan kartu ulang tahun bagi stafnya yang berulang
tahun, bahkan tak jarang beliau menyambangi percetakan harian Kompas pada dini
hari hanya untuk mengecek.
Falsafah leadership yang dianutnya ialah falsafah ”ngemong”. Arti ngemong
baginya itu menggerakkan, mengajak, memotivasi, menyemangati, menjelaskan, dan
bagaimana melakukan komunikasi. Di matanya, kunci keberhasilannya ialah
berkomunikasi dengan seluruh karyawan dari semua level. "Komunikasi itu
sangat penting," katanya. Bentuk komunikasi sederhana yang dianutnya ialah
sekadar menyapa karyawan. Kedengaran simpel memang, namun terbukti efektif.
Secara berkala, ia mengadakan pertemuan dengan direktur seluruh unit
bisnis. Pertemuan resmi ia dengan seluruh karyawan KKG dilakukan setiap acara
syukuran tahunan yang jatuh pada Januari. Menurut dia, acara tersebut sangat
ditunggu-tunggu seluruh karyawan KKG karena pada pertemuan itu sudah menjadi
kebiasaannya untuk mengumumkan kenaikan gaji.
Untuk mengomunikasikan visi, misi, dan garis besar kebijakan perusahaan
kepada seluruh karyawan, KKG memiliki pedoman baku perusahaan, yang seluruh
karyawan wajib mematuhinya. Ini termasuk melalui sharing knowledge dan
experience dengan pegawai yang dilakukan lewat pertemuan rutin, baik langsung
di depan karyawan, lewat forum karyawan, atau acara lain.
Guna mempercepat pencapaian visi dan misi, Jakob Oetama menekankan kerja
sama tim. Tim kerja yang solid dan baik memudahkan dan mempercepat pencapaian
visi dan misi yang ingin dicapai perusahaan. Adanya tim kerja membuat dirinya
bisa lebih memobilisasi karyawannya dengan segala kelebihan di bidangnya. Ia
sadar bahwa perusahaan ini memiliki keragaman keahlian. Perusahaan ini
memerlukan keahlian di berbagai bidang agar bisa tetap jalan.
Dengan beragam SDM yang memiliki beragam keahlian, latar belakang, dan
budaya, Jakob Oetama memilih melakukan pendekatan kultural. Melalui pendekatan
ini, ia berusaha memahami dan mengerti bagaimana sifat, karakter, dan perilaku
karyawannya yang datang dari latar belakang yang berbeda-beda. Meskipun berbeda,
Jakob Oetama menginginkan ada kultur yang berlaku umum bagi seluruh karyawan di
dalam ruang lingkup KKG yaitu budaya kerja tim yang harus terus-menerus dibina
dan dibangun. Lewat tim, berarti ada komitmen bersama yang patut disepakati
bersama. Sebagai pucuk kepemimpinan yang menaungi kemajemukan, ia berupaya
seadil mungkin memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh karyawan untuk
maju dalam konteks demi kemajuan perusahaan.
Jakob Oetama berupaya menyelaraskan penerapan sistem manajemen bisnis yang
baku dengan suasana kekeluargaan. Menurut dia, kelugasan sikap, ketelitian,
kedetilan, dan ketepatan waktu, serta perhitungan eksak sangat diperlukan dalam
bisnis. Dalam pandangannya, suasana kekeluargaan dan keharmonisan penting bagi
kemajuan bisnis. Beliau sejak awal berusaha betul
menerapkan dan menjalankan Good Corporate Governance (GCG). GCG, menurut dia,
diperlukan untuk menyeimbangkan antara kepentingan bisnis dengan bentuk
manajemen kekeluargaan. Sebagai pemimpin tertinggi, ia selalu menjaga agar
tidak ada kebocoran dalam hal keuangan perusahaan.
Untuk menciptakan SDM
yang berintegritas, kompeten, dan accountable, Jakob Oetama berusaha
menjalankan nilai-nilai yang disepakati bersama sehingga dirinya dapat menjadi
sosok yang patut disegani dan dihormati oleh karyawannya. Sebagai pemimpin, ia
mengaku berusaha untuk selalu sejujur dan selurus mungkin dalam menjalankan
bisnisnya.
ANALISA GAYA KEPEMIMPINAN
1.
Kekuatan Legitimasi
Berasal
dari posisi manajemen formal dalam sebuah organisasi serta otoritas yang
diberikan padanya. Jakob Oetama adalah salah satu perintis KKG sehingga dia
layak memimpin perusahaan ini serta memiliki otoritas penuh dalam KKG.
2.
Kekuatan Penghargaan
Berasal
dari otoritas untuk memberi penghargaan kepada orang lain. Jakob Oetama sering
memberi penghargaan dalam bentuk sapaan, ucapan selamat, bantuan hingga
kenaikan gaji maupun promosi secara adil untuk memotivasi karyawan KKG
3.
Kekuatan Koersif
Berasal
dari otoritas untuk merekomendasikan hukuman. Mungkin inilah salah satu
kekuatan Jakob Oetama yang paling tidak sering digunakan. Pegawai yang harusnya
di - PHK malah dipindah ke unit lain yang sudah penuh.
4.
Kekuatan Keahlian
Berasal
dari pengetahuan khusus atau keterampilan tugas. Jakob Oetama sebagai pendiri
Kompas serta pemegang gelar doktor honoris causa di bidang komunikasi tentunya
sudah sangat paham seluk – beluk dunia pers di Indonesia. Belum lagi
keterampilannya untuk memotivasi dan memanage karyawan sehingga tingkat turn –
over karyawannya termasuk rendah.
5.
Kekuatan Referensi
Berasal dari kemampuan untuk
menghormati bawahan terlebih dahulu sehingga mereka menyukai pemimpinnya. Jakob
Oetama sudah menunjukkan bahwa dia care kepada semua karyawannya tanpa kecuali
sehingga bawahan mengagumi dan respek kepadanya.
Dari semua gaya kepemimpinan yang
ditunjukkan oleh Jakob Oetama, hal ini mencirikan bahwa dia adalah seorang pemimpin
demokratis yaitu pemimpin yang mendelegasikan otoritas kepada orang lain,
mendorong partisipasi dan mengandalkan kekuatan keahlian dan referensi untuk
mengatur bawahan.
Dari
studi Blake dan Mouton, University
of Texas , menghasilkan
teori kepemimpinan dua dimensi yang disebut Leadership Grid yang mengukur
perhatian pemimpinnya pada bawahannya dan pada produksi. Menurut kelompok kami,
gaya
kepemimpinan Jakob Oetama adalah Country – Club Management (posisi 1,9)
dimana dia memberikan perhatian penuh kepada kebutuhan karyawanuntuk membina
hubungan yang harmonis dengan karyawannyasehingga menciptakan kenyaman dalam
bekerja.
Menurut teori kontinjensi Fiedler, Jakob
Oetama adalah relationship – oriented leader dimana ia berorientasi pada
hubungan antar personal dengan bawahannya. Ada tiga elemen yang bisa digunakan
untuk menganalisis situasi kepemimpinan dalam suatu perusahaan yaitu
1.
Hubungan
pemimpin – anggota
2.
Struktur
tugas
3.
Kekuatan
jabatan
Kombinasi dari tiga karakteristik situasional tersebut menghasilkan 8 macam
situasi. Analisa kelompok kami, situasi yang ada di Kompas Group adalah situasi
1 yang ditandai dengan Hubungan pemimpin – anggota yang baik dan saling
menghormati, Struktur tugas yang didefinisikan dengan jelas dan eksplisit,
hingga kekuatan jabatan bagi pemimpin tinggi untuk merencanakan, mengarahkan
hingga mengevaluasi kerja bawahannya.
0 komentar:
Posting Komentar