Abstrak
Budaya memang sangat berpengaruh
pada organisasi.Bila penerapannya baik dan benar akan meningkatkan kinerja
karyawan sehingga perusahaan akan mencapai target yang diharapkan atau nilai
perusahaan akan meningkat.Namun bila terjadi salah penerapan maka bisa
dipastikan perusahaan tersebut akan mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan
organisasinya.Hal ini dikarenakan budaya tersebut dapat memotivasi karyawan
atau sebagai pengikat dalam pencapaian kinerja optimal.Peran pemimpin sangat
diperlukan dalam mensosialisasikan budaya dan juga memberi pemahaman kepada
karyawan tentang pendeskripsian tugas-tugasnya.Hal ini dilakukan agar karyawan
dapat termotivasi dalam pelaksanaan tugas yang diberikan oleh perusahaan.
Kata kunci: budaya, motivasi, kinerja
I Pendahuluan
Namun bagaimana
jika unsur budaya masuk kedalam lingkungan organisasi perusahaan?Menurut
Richard(2002,hal87-95) budaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan organisasi
karena merupakan bagian dari lingkungan internal tentunya selain karyawan dan
manajemen.Masih menurut Richard,konsep budaya membantu para manajer memahami
aspek-aspek kehidupan organisasi yang rumit dan tersembunyi.
Setiap individu
memiliki karakteristik tertentu, organisasi juga berada pada lingkungan yang
berbeda-beda, maka sebagai akibatnya adalah terjadinya perbedaan
budaya(Tayeb,1998 dalam jusuf,2006).Perbedan-perbedaan inilah yang kiranya
menarik untuk dipelajari.
Nah, apakah
perbedaan budaya ini bisa mendorong atau justru merobohkan keberlangsungan
organisasi?Untuk itu kerangka berfikir dari essay ini adalah pada bagian awal
akan dibahas mengenai pengertian budaya pada organisasi,peranan manajerial
dalam budaya organisasi akan mengisi pembahasan berikutnya,dilanjutkan uraian
mengenai pengaruh kekuatan budaya,dan pembahasan akan ditutup pada kesimpulan
yang terdapat di akhir tulisan ini.
II.
Pengertian
budaya pada organisasi
Adapun
pengertian budaya pada organisasi menurut Daft(2002:106) adalah nilai-nilai
yang dapat dipelajari dalam organisasi.Budiyono(2003) dalam penelitiannya
menyebutkan budaya pada organisasi itu adalah nilai-nilai penting yang dimiliki
anggota organisasi sebagai pegangan organisasi .Dari kesemuanya dapat kita
simpulakan bahwa budaya pada organisasi adalah segala sesuatu yang dapat
dipelajari berdasarkan kesepakatan bersama antar anggota yaitu nilai-nilai
dalam organisasi yang dipelajari dan dipahami sebagai pedoman sehari-hari untuk
mencapai tujuan organisasi.
Budaya
organisasi muncul dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah struktur
organisasi, jenis organisasi, kebiasaan-kebiasaan dalam organisasi yang ada
dikarenakan adanya sejarah perusahaan, serta faktor kepemimpinan.Namun
demikian, sebenarnya diawal berdirinya sebuah perusahaan, sengaja atau tidak pendiri
perusahaan sudah meletakkan dasar budaya organisasi(firman,2004).Hal ini
dikarenakan adanya aturan-aturan serta kewajiban-kewajiban yang telah
ditetapkan pendiri perusahaan pada saat perusahaan mulai berjalan.Tidak lain
tujuan dari aturan-aturan serta kewajiban-kewajiban itu adalah utuk menyarankan
anggota organisasi agar tetap terfokus pada tujuan organisasi.Tanpa adanya
ketetapan itu, pelanggaran atau bahkan kegagalan pencapaian tujuan organisasi
akan terjadi sebagai akibatnya.
Budaya
organisasi perlu beradaptasi terhadap laju pertumbuhan organisasi(firman,
2004).Tentu saja, bayangkan bila perusahaan terus menerapkan budaya lama yang
sudah usang dan tidak sesuai jaman.contohnya penggunaan struktur organisasi
atau bahkan pemberlakuan keputusan otoriter yang mungkin saja kurang cocok
dengan gaya berfikir para anggota
perusahaan .Selain itu perusahaan merugi karena ide-ide segar yang seharusnya
dapat dikembangkan perusahaan jadi tidak berguna bahkan dalam jangka panjang
hal itu bisa mematikan kreatifitas.
II. Peranan manajerial dalam budaya
organisasi
Keadaan telah
berubah tenaga kerja kini cenderung lebih susah diatur seperti tenaga kerja
generasio lalu .Titik pekerjaan berubah dari tenaga manual dan clerical ke knowledge-worker.Knowledge-worker
cenderung kurang suka bila dipimpin secara otoriter(tarumingkeng, 2000).Oleh
karena itu pihak manajemen harus cepat tanggap terhadap perubahan ini.
Disinilah peran
penting manajer terlihat.Bukan hanya
sebagai misi untuk mencapai kinerja tertentu.Tapi bagaimana caranya agar dapat membentuk budaya positif bagi
karyawan .Blake&mouton(1964;1968) telah memperkenalkan “The managerial grid, sebagai alternatif
bagi manajer untuk bisa mencapai produksi melalui bawahan, menentukan prilaku
yang dipersyaratkan mengubah gaya kepemimpinan sesuai kebutuhan dan untuk mengubah
budaya organisasi demi kebaikan”(dalam dongoran, 2004).Dari uraian diatas dapat
kita ambil kesimpulan bahwa pencapaian produksi harus bisa seimbang dengan
prilaku yang ditampakkan sebagai wujud kepemimpinan sehingga bawahan tidak
merasa pekerjaannya sebagai suatu kewajiban yang memaksa/menekan mereka tetapi
sebagai suatu hal yang bernilai bila dikejakan dengan baik.
Pembentukan
budaya tidak bisa lepas dari peranan pemimpin.Pemimpin membentuk budaya dengan
cara merencanakan/memantau kegiatan karyawan dengan kata lain pemimpin harus
memperhatikan kinerja karyawan.Yang kedua adalah pemimpin harus bereaksi kritis
artinya emosionalitas lingkungan dapat meningkatkan potensi untuk mempelajari
nilai-nilai perusahaan.pemimpin juga haus memberikan teladan/contoh terhadap
karyawan melalui tindakan mereka sundry.Alokasi bentuk penghargaan seperti
peningkatan upah/promosi juga sangat berpengaruh (schein,1992 dalam
yukl,1998,300-1).
faktor
kepemimpinan ini dinilai berhasil karena para atasan diperhatikan oleh bawahan.Bawahan
akan mempelajari nilai-nilai dalam perusahaan dengan melihat perilaku atasan
seerta imbalan yang akan mereka dapat (daft,2002,115).
Namun dalam
uraian diatas kepemimpinan bukanlah faktor utama dalam penentuan budaya
perusahaan.Faktor lain yang berpengaruh yaitu sosialisasi budaya perusahaan
serta perancangan sistem dan struktur yang sesuai dengan budaya
perusahaan.wigjoseptina (2006) menyatakan bahwa sosialisdasi budaya perusahaan
mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan penghayatan budaya, pelayanan
yang baik kepada konsumen, kreatifitas dan kerjasama dalam tim.Penyediaan
sarana yang digunakan untuk memperlancar pelaksanaan budaya perusahaan.
III.
Pengaruh
kekuatan budaya
Budaya-budaya
positif bila diterapkan dengan baik dan benar tentu akan berdampak baik bagi
karyawan maupun seluruh elemen perusahaan.Karyawan bisa bekerja dengan
kebersamaan yang artinya nilai produktifitas akan naik.Oleh karena itu
perusahaan harus menciptakan budaya perusahaan yang lebih baik untuk
mempertahankan produktifitas karyawan (budiyono, 2003).
Penerapan
pemahaman karyawan terhadap budaya p erusahaan
menempati kedudukan penting.Pemahaman ini merupakan pendeskripsian tugas-tugas
yang jelas yang diberikan perusahaan.Apabila karyawan diberikan pemahaman secara
rinci apa-apa yang harus dilakukan maka setiap karyawan akan termotivasi dan
bersemangat untuk melakukan setiap tugas yang diberikan perusahaan. Semakin
tinggi pemahaman tentang budaya maka semakin tinggi pula kinerja karyawan (Firman,
2004)
Kekuatan budaya
perusahaan memotivasi karyawan untuk bekerja dalam tim yang kompak.Secara tidak
langsung budaya ini dapat menjadi tali pengikat karyawan.Ikatan karyawan sangat
berguna untuk meningkatkan kinerjanya.
Wigjoseptina (2006)
menyatakan bahwa kekuatan budaya perusahaan dapat membuat karyawan bergerak
menuju satu tujuan yang sama, memotivasi serta memberikan struktur dan kontrol
yang diperlukan tanpa birokrasi atau aturan formal.Artinya kerjasama yang bagus
akan mendorong karyawan dalam pencapaian target perusahaan tanpa
paksaaan(otoriter)dari atasan sebagai ikatan atasan-bawahan tapi lebih kepada
kepuasan kerja.Sehingga nilai perusahaan dapat tercapai secara maksimal.
Dengan adanya budaya organisasi yang kuat dan
sehat disetiap perusahaan akan berdampak positif diperusahaan yang dapat
difungsikan sebagai tuntutan yang mengikat karyawan karena diformulasikan
secara formal kedalam berbagai peraturan dan ketentuan perusahaan.Dengan
demikian perusahaan akan mengalami peningkatan produktivitas dan kinerja.
Seperti yang sudah
dibahas pada bagian kedua, salah satu ciri budaya positif adalah adaptable (mudah menyesuaikan diri),
untuk menghasilkan kinerja yang tinggi sifat adaptable ini sangat diperlukan dalam penerapan budaya
organisasi.Perusahaan selalu berinteraksi dengan lingkungan.hal inilah yang
menyebabkan terjadinya pengembangan organisasi maka nilai-nilai tertentu yang
dirasa kurang sesuai perlu untuk dirubah.
IV.
Kesimpulan
Budaya pada
organisasi adalah segala sesuatu yang dapat dipelajari berdasarkan kesepakatan
bersama yaitu nilai-nilai dalam organisasi yang dapat dipelajari dan dipahami
sebagai pedoman sehari-hari untuk mencapai tujuan organisasi.Budaya organisasi
dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain struktur organisasi, jenis
organisasi, kebiasaan-kebiasaan dalam organisasi, serta faktor kepemimpinan.Peranan
pemimpin dalam pembentukan budaya sangat penting.Yakni bagaimana caranya agar
dapat membentuk budaya positif bagi karyawan.Faktor kepemimpinan dinilai
efektif karena para atasan lebih mendapat perhatian dari bawahan.meskipun
demikian faktor lain yang berpengaruh yaitu sosialisasi budaya perusahaan serta
perancangan sistem dan struktur yang sesuai dengan budaya perusahaan.Kekuatan
budaya perusahaan memotivasi karyawan untuk bekerja dalam tim yang
kompak.Secara tidak langsung budaya ini dapat menjadi tali pengikat
karyawan.Ikatan karyawan sangat berguna untuk meningkatkan kinerjanya. Kerjasama
yang bagus akan mendorong karyawan dalam pencapaian target perusahaan tanpa
paksaaan (otoriter) dari atasan sebagai ikatan atasan-bawahan tapi lebih kepada
kepuasan kerja.Sehingga nilai perusahaan dapat tercapai secara maksimal.Tak
hanya itu pemimpin juga harus bisa
mengkomunikasikan budaya positif, budaya yang dinilai sebagai budaya kuat dan
sehat yang dapat diterapkan diperusahaan.
Referensi
Richard L.daft, 2002, Manajemen, Edisi 5, Erlangga, Jakarta
Soekanto, Soeryono, 1990, Sosiologi:suatu pengantar, PT.Raja
grafindo persada, Jakarta
Budiyono, 2003, pengaruh budaya perusahaan terhadap
produktifitas kerja karyawan pada perusahaan mebel lindah pasuruan jawa timur,
JIPTUMM dept.of management, <www.librarygunadarma.ac.id>
Cita Wigjoseptina, 2006, pengukuran
kekuatan budaya perusahaan dan
identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya , digilib ITB , <http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&node=4503>
Firman, 2004, Dalam interaksi organisasi(sebagai sistem
terbuka)dengan lingkungan , acrobat distiller 5.0 windows , <http://www.adobe.com/acrobat/>
Rudy C Tarumingkeng , Kuliah
Perdana Manajemen Sumber Daya Manusia, Program Pasca Sarjana – Magister
Manajemen, Universitas Kristen Krida Wacana, 14 Februari 2000. Antologi UKRIDA
7:1-9 (2000).
<www.tumoutou.net/strat_psdm.htm>
Yukl, Gary, 1994, kepemimpinan dalam organisasi, prentice
hall, New Jersey
Dongoran, Johnson, 2004, siklus hidup organisasi dan gaya kepemimpinan, dian
ekonomi, jurnal ekonomi dan bisnis, vol X.no 1 hal 129-57
Junaedi, Sulyana dan Fandi tjiptono, 2003, pengaruh perilaku pemimpin terhadap
inspirasi, kekayaan dan pemberdayaan bawahan:suatu model kepemimpinan
transformasional, jurnal riset ekonomi(ISEI), vol 3 no 2 hal 181-96
Irianto, Jusuf, 2006, peran
budaya organisasi & komitmen organisasional dalam upaya pencapaian kinerja
optimal, vol XVI NO 2 hal 82-91
0 komentar:
Posting Komentar