BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Munculnya pesaing-pesaing baru dalam ekonomi global
telah mengubah paradigma pengusaha, dari product-oriented
ke arah market-oriented. Kepuasan
pelanggan menjadi makna baru bagi perusahaan. Tampilan luar sebuah perusahaan,
produk, gaya
manajemen, cara kerja, sistem, dan prosedur mengalami perombakan.
Untuk membuktikan dirinya memerhatikan kepuasan
pelanggan, awalnya sebuah perusahaan berupaya memperbaiki produk, pelayanan,
dan inovasi melalui continuous
improvement serta breakthrough
strategies. Cara ini menghasilkan konsep yang dikenal dengan nama Total Quality Management (TQM) dan Business Process Reengineering. Namun
perusahaan menemukan fakta bahwa kegagalan atau juga keberhasilan program-program
tadi sangat ditentukan faktor manusia (human
factor) seperti:
- Keterampilan
- Sikap, dan
- Budaya Organisasi
Tantangan yang dihadapi untuk memenuhi komitmennya pada
pelanggan telah pula menuntut perusahaan untuk melakukan perluasan dan
pendalaman terhadap seperangkat keterampilan yang hard (teknologi) serta soft
(interpersonal dan komunikasi) secara seimbang, meliputi manajemen informasi,
sumber-sumber daya, hubungan antarmanusia, serta pengembangan diri.
Keterampilan dasar seluruh karyawan diperkuat meliputi keterampilan membaca,
menulis, berhitung, dan yang paling penting adalah "kemampuan untuk
terus-menerus belajar sepanjang hidup" (ability to learn continuously throughout life). Oleh karena itulah,
agar perusahaan dan organisasi lainnya dapat memaksimalkan keterampilan SDM
para karyawannya serta dapat bertahan hidup, perlu untuk diterapkannya konsep
Learning Organization pada setiap sendi yang ada di perusahaan dan organisasi
tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1. Definisi Learning
Organization
Organisasi pembelajaran dipandang sebagai tanggapan atas
makin meningkatnya dinamika dan unpredictable-nya
lingkungan bisnis. Ada
beberapa definisi tentang Learning
Organization sebagai berikut:
·
"Inti organisasi pembelajaran adalah kemampuan organisasi untuk
memanfaatkan kapasitas mental dari semua anggotanya guna menciptakan sejenis
proses yang akan menyempurnakan organisasi" (Nancy Dixon, 1994).
·
"Organisasi belajar adalah tempat orang-orangnya secara
terus-menerus mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan hasil yang
benar-benar mereka inginkan, dengan pola-pola pikir baru dan berkembang
dipupuk, aspirasi kelompok diberi kebebasan, dan orang-orang secara
terus-menerus belajar mempelajari (learning
to learn) sesuatu secara bersama" (Peter
Senge, 1990).
·
"Organisasi belajar adalah organisasi yang di dalamnya terdapat
sistem, mekanisme, dan proses, yang digunakan secara kontinu oleh
anggota-anggotanya guna meningkatkan kapabilitas sehingga mampu mencapai
sasaran pribadinya dan komunitas tempat dia berpartisipasi" (David J. Skyrme).
Istilah organisasi pembelajaran sebagian berasal dari
gerakan “In Search of Excellence” dan
selanjutnya digunakan oleh Garrat. Namun Geoffrey Holland selanjutnya
menyatakan bahwa “jika kita mau bertahan
hidup secara individual atau sebagai perusahaan, ataupun sebagai bangsa kita
harus menciptakan tradisi perusahaan pembelajaran.” Statement-nya ini mengacu pada usaha mencari contoh-contoh praktek
terbaik sehingga organisasi pembelajar bisa dijiplak dan diperbanyak.
Kondisi ini justru menyebabkan perusahaan-perusahaan
berusaha mencari contoh dari perusahaan yang berhasil. Dengan kata lain mereka
berusaha mencari organisasi yang paling sempurna untuk dicontoh tanpa menyadari
bahwa tidak ada bentuk organisasi yang seperti itu.
Dengan suatu proses kajian literatur, wawancara dan
investigasi lain maka Pedler, Boydell dan Burgoyne mendefinisikan organisasi
pembelajaran sebagai berikut:
“Sebuah organisasi yang
memfasilitasi pembelajaran dari seluruh anggotanya dan secara terus menerus
mentransformasi diri.”
Pedler, dkk menekankan sifat dua sisi dari defenisi
tersebut. Suatu perusahaan pembelajar bukan organisasi yang semata-mata
mengikuti banyak pelatihan. Perlunya pengembangan ketrampilan individu tertanam
dalam konsep, setara dan merupakan bagian dari kebutuhan akan pembelajaran
organisasi.
Menurut Pedler, dkk suatu organisasi pembelajaran adalah
organisasi yang:
1.
Mempunyai suasana dimana anggota-anggotanya secara individu
terdorong untuk belajar dan mengembangkan potensi penuh mereka;
2.
Memperluas budaya belajar ini sampai pada pelanggan, pemasok dan
stakeholder lain yang signifikan;
3.
Menjadikan strategi pengembangan sumber daya manusia sebagai pusat
kebijakan bisnis;
4.
Berada dalam proses transformasi organisasi secara terus menerus
Tujuan proses transformasi ini, sebagai aktivitas
sentral, adalah agar perusahaan mampu mencari secara luas ide-ide baru,
masalah-masalah baru dan peluang-peluang baru untuk pembelajaran, dan mampu
memanfaatkan keunggulan kompetitif dalam dunia yang semakin kompetitif.
Peter Sange mengatakan sebuah organisasi pembelajaran
adalah organisasi “yang terus menerus
memperbesar kemampuannya untuk menciptakan masa depannya” dan berpendapat
mereka dibedakan oleh lima
disiplin, yaitu:
·
penguasaan pribadi,
·
model mental
·
visi bersama
·
pembelajaran tim
·
pemikiran sistem.
Lundberg menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu
kegiatan bertujuan yang diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan ketrampilan
dan pengetahuan serta aplikasinya. Menurutnya pembelajaran organisasi adalah:
1.
Tidaklah semata-mata jumlah
pembelajaran masing-masing anggota.
2.
Pembelajaran itu membangun
pemahaman yang luas terhadap keadaan internal maupun eksternal melalui
kegiatan-kegiatan dan sistem-sistem yang tidak tergantung pada anggota-anggota
tertentu.
3.
Pembelajaran tidak hanya
tentang penataan kembali atau perancangan kembali unsur-unsur organisasi.
4.
Pembelajaran lebih merupakan
suatu bentuk meta-pembelajaran yang mensyaratkan pemikiran kembali pola-pola
yang menyambung dan mempertautkan potongan-potongan sebuah organisasi dan juga
mempertautkan pola-pola dengan lingkungan yang relevan.
5.
Pembelajaran organisasi adalah
suatu proses yang seolah-oleh mengikat beberapa sub-proses, misalnya perhatian,
penafsiran, pencarian, pengungkapan dan penemuan, pilihan, pengaruh dan
penilaian.
6.
Pembelajaran organisasi
mencakup baik unsur kognitif, misalnya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki
bersama oleh para anggota organisasi maupun kegiatan organisasi yang
berulang-ulang, misalnya rutinitas dan perbaikan tindakan. Ada proses yang sah dan tanpa henti untuk
memunculkan ke permukaan dan menguji praktek-praktek organisasi serta
penjelasan yang menyertainya. Dengan demikian organisasi pembelajar ditandai
dengan pengertian kognitif dan perilaku.
Tokoh lain yang memberikan defenisi mengenai organisasi
pembelajaran adalah John Farago & David Skyrme. Dalam salah satu tulisan
mereka mengatakan bahwa:
“Learning Organizations
are those that have in place systems, mechanism and processes, that are used to
continually enhance their capabilities to achieve sustainable objectives for
themselves and the communities in which they participate.”
Dari uraian di atas dapat dicatat butir-butir berikut
ini, yaitu bahwa organisasi pembelajaran adalah:
1.
Adaptif terhadap lingkungan
eksternalnya;
2.
Secara terus menerus menunjang
kemampuan untuk berubah;
3.
Mengembangkan baik pembelajaran
individual maupun kolektif;
4.
Menggunakan hasil pembelajaran
untuk mencapai hasil yang lebih baik;
Dari uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa organisasi pembelajaran adalah organisasi
yang secara terus menerus dan terencana memfasilitasi anggotanya agar mampu
terus menerus berkembang dan mentransformasi diri baik secara kolektif maupun
individual dalam usaha mencapai hasil yang lebih baik dan sesuai dengan
kebutuhan yang dirasakan bersama antara organisasi dan individu di dalamnya.
Beberapa pokok pikiran penting yang mencirikan organisasi belajar
adalah:
·
Menyesuaikan diri pada
lingkungan eksternal.
·
Terus-menerus meningkatkan
kapabilitas untuk berubah.
·
Mengembangkan kemampuan belajar
secara individual dan kolektif.
·
Mengaplikasikan hasil belajar
untuk mencapai tujuan yang lebih baik lagi.
2.2. Karakteristik Learning
Organization
Megginson dan Pedler memberikan sebuah panduan mengenai
konsep organisasi pembelajaran, yaitu:
“Suatu ide atau metaphor
yang dapat bertindak sebagai bintang penunjuk. Ia bisa membantu orang berpikir
dan bertindak bersama menurut apa maksud gagasan semacam ini bagi mereka
sekarang dan di masa yang akan datang. Seperti halnya semua visi, ia bisa
membantu menciptakan kondisi dimana sebagian ciri-ciri organisasi pembelajar
dapat dihasilkan”.
Kondisi-kondisi tersebut adalah:
1.
Strategi pembelajaran.
2.
Pembuatan kebijakan
partisipatif.
3.
Pemberian informasi (yaitu
teknologi informasi digunakan untuk menginformasikan dan memberdayakan orang
untuk mengajukan pertanyaan dan mengambil keputusan berdasarkan data-data yang
tersedia).
4.
Akuntansi formatif (yaitu
sistem pengendalian disusun untuk membantu belajar dari keputusan).
5.
Pertukaran internal.
6.
Kelenturan penghargaan.
7.
Struktur-struktur yang
memberikan kemampuan.
8.
Pekerja lini depan sebagai
penyaring lingkungan.
9.
Pembelajaran antarperusahaan.
10.
Suasana belajar.
11.
Pengembangan diri bagi semua
orang.
Meskipun melakukan semua hal di atas, tidak otomatis
suatu organisasi menjadi organisasi pembelajar. Perlu dipastikan bahwa
tindakan-tindakan tidak dilakukan hanya berdasarkan kebutuhan.
Tindakan-tindakan tersebut harus ditanamkan, sehingga menjadi cara kerja
sehari-hari yang rutin dan normal. Strategi pembelajaran bukan sekedar strategi
pengembangan sumber daya manusia.
Dalam organisasi pembelajar, pembelajaran menjadi inti
dari semua bagian operasi, cara berperilaku dan sistem. Mampu melakukan
transformasi dan berubah secara radikal adalah sama dengan perbaikan yang
berkelanjutan.
Schein mengemukakan karakteristik organisasi pembelajar
sebagai berikut:
1.
Dalam hubungan dengan
lingkungan maka organisasi bersifat lebih dominan dalam menjalin hubungan.
2.
Manusia hendaknya berperilaku
proaktif.
3.
Manusia pada dasarnya adalah
makhluk yang baik.
4.
Manusia pada dasarnya dapat
diubah.
5.
Dalam hubungan antar manusia,
individualisme dan kolektivisme sama-sama penting.
6.
Dalam hubungan atasan-bawahan
kesejawatan atau partisipatif dan otoritatif atau paternalistik sama-sama
pentingnya.
7.
Orientasi waktu lebih
berorientasi pada masa depan yang pendek.
8.
Untuk penghitungan waktu lebih
digunakan satuan waktu yang medium.
9.
Jaringan informasi dan
komunikasi berkesinambungan secara lengkap.
10.
Orientasi hubungan dan
orientasi tugas sama-sama pentingnya.
11.
Perlunya berpikir secara sistematis.
Farago dan Skyrme mengatakan bahwa organisasi
pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
Berorientasi pada masa depan
dan hal-hal yang sifatnya eksternal atau di luar dari diri organisasi;
2.
Arus dan pertukaran informasi
yang jelas dan bebas;
3.
Adanya komitmen untuk belajar
dan usaha individu untuk mengembangkan diri;
4.
Memberdayakan dan meningkatkan
individu-individu di dalam organisasi;
5.
Mengembangkan iklim keterbukaan
dan rasa saling percaya;
6.
Belajar dari pengalaman;
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik dari organisasi pembelajaran adalah keyakinan bahwa individu
adalah proaktif untuk meningkatkan keinginan diri, berusaha maju dan terus
belajar dengan menciptakan iklim organisasi yang terbuka dan arus informasi
yang jelas.
2.3. Tipe-Tipe Learning
Organization
Organisasi belajar lebih dari sekadar pelatihan (training). Pelatihan membantu seseorang mengembangkan
keterampilan dalam bidang pekerjaan tertentu, sedangkan organisasi belajar
mengembangkan keterampilan sekaligus pengetahuan pada tingkat yang lebih
tinggi. Ada 4
tipe pembelajaran yang dikembangkan dalam organisasi belajar.
1.
Mempelajari fakta-fakta,
pengetahuan, proses, dan prosedur. Diaplikasikan pada situasi buruk yang telah
diketahui.
2.
Mempelajari keterampilan kerja
baru yang bisa ditransfer ke situasi lain. Diaplikasikan pada situasi baru yang
memerlukan perubahan. Membawa pakar dari luar organisasi merupakan cara yang
bermanfaat.
3.
Belajar beradaptasi.
Diaplikasikan pada situasi yang lebih dinamis, perlu dikembangkan cara
pemecahan masalah. Percobaan (eksperimen) dan menarik pelajaran dari kegagalan
dan keberhasilan organisasi lain merupakan cara pembelajaran yang tepat.
4.
Belajar mempelajari sesuatu. Di
sini kita bicarakan inovasi dan kreativitas; merancang masa depan, tidak
sekadar beradaptasi. Jika organisasi sudah mencapai tingkat ini, yang dijadikan
sasaran bukan hanya pada organisasi, melainkan juga pada semangat industrial.
Keempat tipe pembelajaran tersebut dapat diaplikasikan
ke tiga tingkat peserta belajar yaitu:
·
Individu (untuk diri seseorang
dalam organisasi)
·
Kelompok (untuk sekumpulan
orang dalam suatu organisasi)
·
Organisasi (untuk seluruh isi
organisasi)
2.4. Manfaat dari Learning
Organization
Art Kleiner penyusun buku "Fifth Discipline Fieldbook" mengutarakan bahwa gagasan
organisasi belajar perlu disebarluaskan guna mencapai kinerja tinggi dan
memenangkan persaingan, hubungan dengan pelanggan lebih baik, menghindari
penurunan, memperbaiki kualitas, memunculkan inovasi, memenuhi kebutuhan
pribadi dan spiritual, meningkatkan kemampuan kita dalam mengelola perubahan,
bisa saling memahami, memperluas batasan-batasan, memperoleh kebebasan, dan
menghargai saling ketergantungan.
Komentar-komentar lain tentang organisasi belajar adalah:
·
lebih menyenangkan (fun)
bekerja pada organisasi yang menerapkam konsep organisasi belajar.
·
organisasi belajar memberikan
harapan kepada anggotanya untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
·
organisasi belajar merupakan
tempat bermain bagi gagasan kreatif.
·
organisasi belajar merupakan
tempat aman untuk berani mengambil risiko dengan gagasan dan perilaku baru.
·
dalam organisasi belajar setiap
pendapat anggota dihargai dan siapa pun bisa berpendapat, tanpa dibatasi oleh
posisinya dalam organisasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
·
Berbagai pengamat menguraikan
bahwa ekonomi global yang kini terjadi merupakan satu bentuk transisi ke
"ekonomi pengetahuan" atau "masyarakat informasi". Peran
pengetahuan atau modal intelektual dalam dunia bisnis semakin dibutuhkan dan dirasakan
terus meningkat. Nilai dari perusahaan berteknologi tinggi bukan lagi terletak
pada kekayaan fisik yang bisa diukur oleh para akuntan, melainkan pada hal-hal
yang tidak bisa diraba, yaitu pengetahuan.
·
Tahun-tahun belakang ini makin
diakui bahwa pengetahuan merupakan faktor krusial dalam produksi. Pengetahuan
dan human capital adalah jantung dari
agenda ekonomi dunia. Pada level mikro (organisasi perusahaan) konsep learning organization dan knowledge management menjadi semakin dikenal dan diaplikasikan oleh banyak perusahaan.
·
Organisasi pembelajaran adalah
organisasi yang secara terus menerus dan terencana memfasilitasi anggotanya
agar mampu terus menerus berkembang dan mentransformasi diri baik secara
kolektif maupun individual dalam usaha mencapai hasil yang lebih baik dan
sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan bersama antara organisasi dan individu
di dalamnya.
·
Karakteristik dari organisasi
pembelajaran adalah keyakinan bahwa individu adalah proaktif untuk meningkatkan
keinginan diri, berusaha maju dan terus belajar dengan menciptakan iklim
organisasi yang terbuka dan arus informasi yang jelas.
·
Ada 4 tipe
pembelajaran yang dikembangkan dalam organisasi belajar.
1.
Mempelajari fakta-fakta,
pengetahuan, proses, dan prosedur. Diaplikasikan pada situasi buruk yang telah
diketahui.
2.
Mempelajari keterampilan kerja
baru yang bisa ditransfer ke situasi lain. Diaplikasikan pada situasi baru yang
memerlukan perubahan. Membawa pakar dari luar organisasi merupakan cara yang
bermanfaat.
3.
Belajar beradaptasi.
Diaplikasikan pada situasi yang lebih dinamis, perlu dikembangkan cara
pemecahan masalah. Percobaan (eksperimen) dan menarik pelajaran dari kegagalan
dan keberhasilan organisasi lain merupakan cara pembelajaran yang tepat.
4.
Belajar mempelajari sesuatu. Di
sini kita bicarakan inovasi dan kreativitas merancang masa depan, tidak sekadar
beradaptasi. Jika organisasi sudah mencapai tingkat ini, yang dijadikan sasaran
bukan hanya pada organisasi, melainkan juga pada semangat industrial.
DAFTAR REFERENSI
0 komentar:
Posting Komentar