Latar Belakang Masalah
Sinetron
atau sinema elektronik adalah fenomena khas dalam pertelevisian Indonesia .
Program acara televisi yang sama dengan soap opera ini lahir tahun 1980-an di
TVRI (Televisi Republik Indonesia ).
Stasiun televisi milik pemerintah yang tidak menerima iklan ini adalah
satu-satunya stasiun televisi yang ada saat
itu.
Sinetron semakin
berkembang bersamaan dengan hadirnya lima
stasiun televisi swasta di Indonesia
: RCTI, SCTV, TPI, ANTV dan Indosiar
awal tahun 1990-an. Saat itu terdapat regulasi yang mengharuskan setiap
stasiun televisi memproduksi program lokal lebih banyak dibandingkan program
non lokal. Sinetron menjadi unggulan
program lokal dan merajai prime time hampir semua stasiun televisi.
Perang sinetron antar
stasiun televisi untuk merebut perhatian pemirsa televisi dimulai. Tak heran
jika yang berlaku kemudian adalah sistem rating. Semakin tinggi rating
diperoleh, semakin banyak penontonnya, maka semakin tinggi pemasukan iklannya.
Kondisi ini menguntungkan stasiun televisi, rumah produksi maupun
pengiklan. Oleh karena itu, sinetron
yang sukses secara komersial seringkali memunculkan sekuel berikutnya. Seperti
‘Si Doel Anak Sekolahan’ maupun ‘Tersanjung’ yang diproduksi hingga 5 sekuel.
Meskipun tidak berarti yang sukses di pasaran adalah yang baik mutunya.
Akibat pendewaan terhadap
rating inilah kemudian muncul produksi sinetron kejar tayang. Produksi
dilakukan secara cepat untuk mengantisipasi rating. Kualitas sinetron pun
akhirnya diabaikan. Apalagi sebagian besar waktu prime time dikuasai melalui
sistem blocking time oleh production house besar seperti Multivision dan
Starvision sehingga keinginan mengisi space yang sudah dibeli lebih penting
dibandingkan menjaga kualitas sinetron.
Semua hal ini
mencerminkan kemunduran besar – besaran di masyarakat Indonesia .
Masyarakat dicekoki dengan hal yang tidak realistis bahkan menjurus ke arah
mistik. Hal ini sangat mempengaruhi mentalitas orang Indonesia menjadi semakin hedonis,
mistis bahkan cenderung malas karena berharap ada seorang Ibu peri penyelamat
yang tiba – tiba muncul untuk menyelesaikan masalahnya sehingga bekerja tidaklah
diperlukan lagi.
Pembahasan
Sinetron
adalah akronim dari sinema elektronik. Menurut penulis Arswendo Atmowiloto, sinema
elektronik adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Sinetron
pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai
dengan konflik. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali dengan
perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter khas masing-masing. Berbagai
karakter yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga
sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat bahagia maupun
sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh penulis skenario
Yang
sering ditampilkan dalam sinetron Indonesia adalah kisah cinta segi –
tiga, perbutan harta warisan, anak yang ditindas ibu tirinya, menantu wanita
yang ditindas mertuanya. Stereotipe cerita ini sangat tidak mencerminkan
realita yang benar – benar terjadi di masyarakat kita.
Sayangnya masyarakat Indonesia tidak
sadar bahwa mereka sedang dibodohi secara besar- besaran oleh para production
house itu. Lebih lagi, sinetron ditonton mayoritas oleh kalangan kurang
terpelajar seperti ibu-ibu rumah tangga, atau pembantu yang butuh waktu lama
untuk menyadari bahwa mereka sedang dibodohi dengan impian kalangan atas.
Mereka yang biasanya
hidup susah menjadi bermimpi untuk menjalani kehidupan seperti yang mereka
tonton di sinetron yang serba wah. Kehidupan keluarga yang ada dalam sinetron
seperti dalam mimpi. Di tengah krisis ekonomi dan politik yang melanda,
kemewahan dalam sinetron menjadi hal yang biasa. Keluarga yang kaya raya, figur
yang cantik dan tampan, perusahaan milik keluarga, rumah mewah, mobil mewah,
baju mahal, belanja berlebihan, restoran mewah, handphone merupakan atribut
visual yang seolah menjadi keharusan.
Parahnya lagi, masyarakat
kita hanya senang bermimpi. Jarang ada yang benar – benar berusaha untuk
mewujudkan mimpinya. Mereka inginnya ada seorang ibu peri dan, sim salabim,
semua masalah selesai tanpa harus bekerja lagi dan mereka bisa hidup enak.
Sayangnya, di kehidupan nyata tidak ada Ibu peri nan murah hati. Kita harus
bekerja untuk bisa mendapatkan apa yang kita inginkan.
·
Sinetron Remaja
Tayangan sinetron prime –
time biasanya didomisasi oleh sinetron remaja yang bercerita tentang kehidupan
anak SMP atau SMA atau mahasiswa. Seringkali di sinetron remaja tokoh utamanya
hanya menghabiskan waktunya di sekolah atau kampus untuk pacaran atau berkelahi
dengan temannya. Tidak pernah ada visualisasi bahwa si tokoh sedang belajar
atau berorganisasi.
Belum lagi para tokoh
wanitanya mengenakan rok seragam sekolah yang dimodifikasi menjadi 5 cm diatas
lutut, seragam yang sangat ketat, rambut dibuat menjadi 10 kepangan serta
pengggunaan aksesoris ataupun make up berlebihan. Tokoh laki – lakinya berambut
gondrong atau rambutnya dibuat mencuat ke atas, mengenakan aksesori berlebihan
seperti rantai, merokok disekolah dan melecehkan guru serta teman wanitanya.
Apa
jadinya bila kalangan remaja Indonesia
benar – benar mencontoh hal yang dilakukan para aktor – aktris sebayanya itu? Sekolah
di Indonesia rata – rata mempunyai peraturan ketat mengenai seragam dan
perilaku disekolah. Bila anak sekolah mencoba pergi kesekolahnya dengan meniru
dandanan aktor itu, penulis yakin dia tidak akan diperbolehkan masuk ke
sekolah.
Belum
lagi cerita sinetron remaja yang hanya berisi kegiatan dugem atau clubbing,
jalan – jalan di mall, pacaran melampaui batas, pemakaian narkoba serta
merokok. Hal ini tidak mendidik sama sekali. Anak sekolah berkewajiban untuk
belajar bukannya melakukan kegiatan hedonisme dan melalaikan kewajibannya.
Tidak heran bila angka
kehamilan diluar nikah oleh anak sekolah, angka kriminalitas yang dilakukan
remaja, angka remaja pecandu narkoba dan lain - lain meningkat pesat. Salah
satu penyebabnya adalah sinetron yang mengajarkan hal yang tidak layak.
Masyarakat sendiri perasaannya semakin tumpul karena sering melihat kejadian
serupa di sinetron.
Alangkah baiknya bila
sinetron remaja memberikan cerita yang lebih membumi. Tidak melulu soal dugem
atau tidur bersama saat masih pacaran. Remaja masih mencari jati dirinya dan
mudah dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Alangkah buruk bila remaja sampai meniru
perilaku aktor pujaannya di sinetron remaja yang tidak bermutu.
- Sinetron Religi
Sinetron religi ini
sebenarnya memiliki tujuan yang baik, yakni menyadarkan masyarakat Indonesia untuk
tidak berbuat dosa dan mendekatkan diri kepada penciptanya. Konon, beberapa
sinetron itu benar-benar digali dari kisah nyata kehidupan. Ia bukan hasil
rekayasa yang fiktif. Bukan hasil olah imajinasi sang penulis naskah dan sang
sutradara.
Sayangnya yang
ditontonkan justru hal yang aneh dan bersifat mistis bukannya religius. Orang
yang jahat akan mati secara tragis, seperti jenazahnya tertolak bumi; dari
kuping mereka keluar jangkrik; mati muda tersambar petir; dan meninggal dunia
lalu menjadi pocong atau hantu yang menakutkan. Sinetron religius itu seakan
hendak mempertontonkan bahwa demikianlah siksa yang akan diterima orang-orang
yang menyangkal orang tua dan memprotes titah Tuhan.
Sayangnya
akibat dari sinetron ini adalah masyarakat bukan menjadi takut akan Tuhan
melainkan takut akan ditolak bumi saat meninggal atau azab aneh lainnya. Sangat
disayangkan bila persepsi atau tujuan masyarakat untuk berdoa sudah melenceng
dari arah yang seharusnya.
Sudah
saatnya para pemuka agama bertindak untuk merevisi sinetron mistik ini. Para anggota MUI sudah mengecam sinetron religi yang
membawa nama Islam namun justru bertentangan dengan apa yang diajarkan di
agama. Sayangnya masih ada saja beberapa pemuka agama yang malah mengiklankan
sinetron atau berkhotbah diakhir sinetron. Hal ini membentuk pemikiran
masyarakat bahwa sinetron ini memang benar karena ahli agama saja mendukung.
Jangan
lagi menakut – nakuti masyarakat dengan hal gaib. Berikan saja contoh seorang
yang memang taat beragama memulai usaha dari bawah dan sukses. Saatnya memberi
harapan pada masyarakat bahwa sukses itu bukan impian tapi mampu diraih oleh
siapa saja.
Nilai Moral dalam Sinetron Indonesia
Bisa
dibilang hampir tidak ada nilai moral yang ditampilkan dalam sinetron Indonesia .
Kalaupun ada sifatnya sangat klise dan diceritakan melalui hal yang tidak masuk
akal. Memang hampir pada semua sinema, baik buatan Hollywood , Bollywood maupun Indonesia ,
selalu berakhir happy – ending atau yang baik selalu menang. Namun pada
sinetron Indonesia ,
nilai ini disajikan secara berlebihan. Mulai dari Ibu tiri yang memukuli dan
memaki anaknya hingga si anak menangis namun pada akhirnya si Ibu tiri
dipenjara dan si anak hidup bahagia. Pada kenyataannya hampir tidak ada Ibu
tiri yang bersifat seperti itu. Kalaupun jahat, tidak sampai memukuli dan
memaki. Lagipula tidak mungkin si anak tiri diam saja dan hanya menangis saat
disiksa. Bisa dibilang hal ini sangat membodohi masyarakat Indonesia untuk
berserah kepada nasib, tidak berusaha untuk berjuang mengubahnya.
Dalam
sinetron sering kali ditampilkan stereotype wanita dan lelaki yang sama dan
seringkali merendahkan wanita. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang lemah,
cengeng, tertindas, tidak mandiri dan tergantung laki-laki. Kecengengan
perempuan ini ditampakkan dengan banyaknya adegan menangis yang hampir merupakan
adegan wajib bagi pemeran utama wanita di sinetron. Perempuan juga hampir
selalu diposisikan dalam ruang yang terbatas yaitu ruang domestik. Perempuan
yang berada di sektor publik hanya digambarkan bekerja di kantor sebagai status
saja, sementara ceritanya masih berkutat pada masalah cinta maupun ruang
domestiknya.
Bila hal ini dibiarkan
saja, bisa – bisa nilai emansipasi yang telah ditanamkan Ibu R.A. Kartini akan
musnah. Wanita sekarang sudah banyak yang sukses, tidak lagi bergantung pada
suaminya. Namun bisa – bisa remaja putri sekarang tidak berusaha menjadi wanita
karir yang sukses. Yang diinginkan adalah menjadi secantik mungkin dan mencari
calon suami kaya. Sekali lagi, ini adalah pembodohan besar - besaran terhadap
wanita Indonesia .
Sementara
lelaki selalu digambarkan sukses, kaya raya dan bisa dengan mudahnya berganti
istri maupun pacar. Belum lagi seringnya para lelaki itu melecehkan dan
menghina para wanita yang seharusnya mereka lindungi. Adegan pemerkosaan,
penculikan serta kekerasan dalam rumah tangga seolah menjadi adegan wajib dalam
sebuah sinetron. Secara tidak langsung, masyarakat akan diajarkan untuk
berpendapat bahwa segala kekerasan terhadap wanita adalah hal yang biasa,
bukannya sesuatu yang harus ditindak secara serius. Tidak mengherankan bila
angka kriminalitas terhadap wanita meningkat tinggi. Wanita harusnya belajar
giat supaya tidak dibodohi oleh sinetron maupun lelaki.
Hedonisme
adalah kegiatan hura – hura yang sangat tidak cocok dengan budaya Indonesia .
Namun sepertinya hal ini dilakukan dalam setiap sinetron. Berpesta hingga malam
di klub, membeli barang mewah dan lainnya. Bahkan dalam sinetron religi yang
seharusnya menjadi panutan, nilai hedonisme ini masih sering ditampilkan.
Apakah pantas untuk menampilkan hal yang tidak bisa dijangkau oleh masyarakat Indonesia yang
masih hidup di bawah garis kemiskinan namun notabene adalah penikmat sinetron? Sudah
saatnya sinetron menyajikan realita bukan sekedar mimpi belaka.
Tidak
semua sinetron buruk. Pernah pula ada sinetron berkualitas yang membumi serta
sesuai dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat kita. Ambil contoh sinetron
“Si Doel Anak Sekolahan” yang mendidik masyarakat untuk tetap bersekolah dengan
segala keterbatasan yang ada. Atau sinetron “Keluarga Cemara” yang bercerita tentang
perjuangan sebuah keluarga dari kaya lalu tiba – tiba jatuh miskin. Tokoh si
Abah dalam sinetron ini mengajarkan banyak hal yang patut dicontoh masyarakat Indonesia dalam
kehidupan seperti ketabahan, tanggung jawab, kerja keras, dan lain – lain.
Belum lagi nilai kebersamaan serta pentingnya keluarga yang menjadi sorotan
utama sinetron ini. Sayangnya, penayangannya tidak lagi diperpanjang karena
alasan rating.
Lalu
masih ada pula sinetron yang benar – benar digarap secara serius dengan pemain
yang berkualitas pula semacam Dunia Tanpa Koma (DTK). Dengan alur cerita cepat
namun tetap menghadirkan dialog cerdas, DTK seolah menjadi oase di tengah
gersangnya gurun sinetron Indonesia .
Namun entah kenapa sinetron ini hanya disambut hangat di awalnya. Lalu selama
masa penayangannya pun jumlah penonton menurun. Hal ini patut disayangkan
karena seharusnya sinetron mendidik macam DTK inilah yang ditonton oleh
masyarakat Indonesia .
Sifat Sinetron
©
Money – oriented (atau
Rating - oriented )
Tujuan komersial dibuatnya
sebuah sinetron adalah rating atau dipenuhi iklan saat jeda. Hal ini mendorong
para produser sinetron untuk memotong biaya pembuatan, memperpanjang cerita
hingga melakukan apa saja untuk memperbesar keuntungan serta revenue yang
diterima. Hal ini wajar secara prinsip ekonomi namun yang dilakukan para
produser sudah pada taraf merugikan konsumennya. Masyarakat kita berhak untuk
mendapatkan tayangan bermutu namun kita dipaksa untuk mengkonsumsi sinetron
karena tidak ada hiburan lain yang bisa dijangkau oleh sebagian besar
masyarakat kita.
©
Berkepanjangan (atau
Dipanjang – panjangkan)
Dibuatnya sinetron menjadi
berpuluh-puluh episode kebanyakan karena tujuan komersial semata-mata. Produser
rela memperpanjang cerita sinetron sehingga merusak jalan cerita sebenarnya.
Apa saja akan dilakukan para produser ini supaya buatannya tetap dikonsumsi dan
menepati peringkat puncak. Sejauh ini rekor sinetron terpanjang dipegang oleh
sinetron Tersanjung garapan Multivision Plus yang sudah mencapai 356 episode,
dengan masa tayang 6 tahun 11 bulan (1998–2005)
©
Penuh hal yang tidak
realistis bahkan menjurus mistis
Seperti yang sudah dibahas
di atas, sinetron Indonesia
hanya menyajikan hal yang tidak sesuai dengan realita yang dialami masyarakat
kita. Selain tidak realistis, hal paling populer yang ditampilkan dalam
sinetron belakangan ini adalah hal mistik. Mulai dari segala macam siluman dan
hantu, hewan jadi – jadian hingga perjalanan ke alam gaib yang penulis yakin
hanya pernah dialami segelintir masyarakat Indonesia . Nilai moral sudah tidak
diindahkan dan sekarang para produser mencoba untuk melanggar nilai religius
melalui hal yang mereka sebut sinetron religi.
©
Tidak berkualitas
Sinetron sekarang dibuat
dengan budget serendah mungkin. Caranya dengan melibatkan sutradara tidak
berpengalaman, penulis scenario karbitan serta aktor – aktris yang tidak bisa
berakting. Para pesinetron sekarang sepertinya
hanya bermodal tampang ganteng atau cantik tanpa kualitas berakting yang
memadai. Akting yang ditampilkan kaku serta hanya menghapal skenario. Skenario
yang ditulis sendiri tidak cerdas, dengan tata bahasa yang kacau, mencampur
adukkan bahasa gaul remaja dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sejauh
ini hanya sinetron DTK yang benar – benar mementingkan kualitas akting, penyutradaraan
hingga penulisan skenario dalam setiap episodenya.
©
Plagiat
Sudah bukan
rahasia lagi bahwa produser sangat butuh membuat sinetron baru hingga
memutuskan untuk melakukan copy – paste dari tayangan luar negeri. Sejauh ini
sudah ada ± 32 sinetron yang dibuat dengan menjiplak tayangan luar negeri mulai
dari Korea ,
Jepang , Taiwan hingga film Hollywood . Penjiplakan ini dibuat secara
terang – terangan mulai dari blocking tiap adegan hingga scenario terjemahan
aslinya. Hampir tidak ada hal yang diubah kecuali akting pesinetron Indonesia yang
kaku dan menurunkan kualitas tayangan aslinya. Menjiplak jelas lebih murah
daripada memproduksi sendiri. Memang menjiplak tidak melibatkan unsur
kreativitas, idealisme, risiko pasar, dan pengorbanan waktu dan tenaga yang
begitu besar. Namun rupanya para produser ini tidak punya rasa malu dengan
selalu menampilkan tulisan “cerita ini adalah fiktif atau karangan. Apabila
terdapat kesamaan nama, tokoh, atau alur cerita adalah kebetulan belaka” pada
ending credit sinetron jiplakan. Daftar lengkap 32 sinetron jiplakan bisa
dilihat pada halaman setelah kesimpulan.
Sifat Masyarakat Indonesia
Masyarakat
Indonesia
adalah pemimpi. Sayangnya jarang ada yang mau berusaha untuk meraih mimpi itu.
Hal ini diperparah dengan tayangan sinetron yang menjual kemewahan serta gaya hidup hedonis yang
tidak mampu dicapai sebagian besar masyarakat Indonesia . Jarang ada cerita
sinetron yang benar – benar mencerminkan kehidupan masyarakat Indonesia
sebenarnya. Sehingga yang bisa kita lakukan hanya bermimpi melihat kekayaan
yang ditampilkan tanpa menjadikannya motivasi untuk juga bisa menjadi kaya
suatu hari nanti.
Sifat
lainnya adalah belum bisa membedakan antara realita dengan khayalan. Penonton
terlalu terseret dan menikmati cerita seakan cerita itu "menyentuh"
subjek atau aktor langsung. Empati atau kebencian yang datang langsung tertimpa
pada pesinetron bukan pada peran yang dia mainkan. Peleburan antara aktor dan
tokoh yang dia perankan terjadi, tak ada lagi jarak yang tegas. Contoh konkrit
adalah pengalaman keseharian yang acap diterima pesinetron saat berjumpa
penggemarnya. Ada
yang kerap dimaki – maki karena memerankan mertua atau Ibu tiri jahat. Celakanya,
untuk kasus semacam ini, banyak pesinetron yang merasa bangga dan mengatakan hal
itu terjadi karena "Menyatunya saya dengan karakter yang saya
mainkan" atau "Keberhasilan saya menjiwai peran". Padahal antara
karakter di sinetron dengan keseharian aktor yang sesungguhnya sangatlah
berbeda. Namun sayangnya masyarakat kita terlanjur dibodohi sehingga menganggap
keduanya adalah hal yang sama.
Masyarakat Indonesia
secara umum belum bisa menilai mutu / kualitas suatu tayangan dengan akurat.
Menurut survey AC Nielsen pada periode 10 - 16 Desember 2006, sepuluh peringkat
teratas ternyata dihuni oleh tayangan sinetron. Tayangan sinetron (drama
series) juga mendominasi daftar tersebut dengan 43%. Bandingkan dengan tayangan
berita yang hanya 2%. Artinya masyarakat kita jauh lebih suka menonton sinetron
yang tidak mendidik daripada berita yang sarat informasi berguna. Betapa
menyedihkannya fakta ini. Tidaklah heran bila SDM Indonesia termasuk salah satu
yang terburuk di Asia apalagi di dunia.
Kesimpulan
Tayangan
yang mendominasi layar kaca televisi kita sekarang adalah sinetron. Hampir
semua slot prime –time diisi sinetron. Dan sinetron ini sendiri terbukti telah
berhasil menarik hati pemirsa Indonesia .
Dari hasil survey AC Nielsen, 10 peringkat pertama tayangan yang paling
diminati adalah sinetron. Dari 100 peringkat, 43 posisi ditempati sinetron.
Hal
ini bisa berguna bagi masyarakat kita bila sinetron berisi hal yang mendidik
serta memuat pesan moral. Namun nyatanya ada banyak hal yang ditampilkan dalam
sinetron yang tidak sesuai dengan nilai moral serta religius bangsa Indonesia .
Mulai dari hedonisme, kemewahan berlebihan, hal mistik hingga kekerasan.
Sayangnya
kebanyakan penikmat sinetron adalah kaum yang kurang mendapat pendidikan
seperti pembantu dan ibu rumah tangga sehingga mereka tidak menyadari bahwa
mereka sedang dibidihi oleh para produser. Hal ini bila dibiarkan akan
menurunkan kualitas serta mentalitas bangsa.
Hal
ini diperburuk dengan rendahnya kualitas sinetron yang didukung SDM yang tidak
berpengalaman, sifat para produser yang money – oriented hingga penjiplakan.
Seharusnya
para produser mulai membuat sinetron yang membumi, tidak sekedar bermimpi namun
juga membuat masyarakat terpacu untuk mencapai mimpi itu. Seperti kisah sukses
seseorang yang memulai dari bawah secara detail namun juga tidak muluk.
Masyarakat
kita selama ini sudah mau dibodohi oleh sinetron. Sudah saatnya masyarakat
diberi alternative lain selain sinetron yang lebih bermutu dan mendidik.
Masyarakat juga harus sadar untuk mulai membedakan antara realita dengan gambar
di layar televisinya.
Daftar Sinetron Jiplakan
1.
2 Hati (Snow Angel)
2.
Benar-Benar Cinta (Devil Beside
You)
3.
Benci Bilang Cinta
(Goong/Princess Hours)
4.
Benci Jadi Cinta (My Girl)
5.
Berani Tampil Beda (The
Magicians of Love/Ai Qing Mo Fa Shi)
6.
Bintang (Huan Zhu Ge Ge)
7.
Bukan Diriku (Anything for You)
8.
Buku Harian Nayla (Ichi Rittoru
No Namida/1 Litre of Tears)
9.
Cincin (Beautiful Days)
10.
Cinta Remaja (My Sassy Girl
Choon Hyang)
11.
Cowok Impian (It Started With a
Kiss)
12.
Darling (My Name is Kim Sam
Soon)
13.
Dua Hati Satu Cinta (Qin Shen
Shen Yu Meng Meng)
14.
I Love You, Boss! (Bright
Girl’s Success Story)
15.
Intan (Be Strong Geum Soon)
16.
Janji Jaya (My Name is Kim Sam
Soon)
17.
Katakan Kau Mencintaiku (Sad
Love Song)
18.
Kawin Muda (My Little Bride)
19.
Liontin (Glass Shoes)
20.
Pacarku Besar Sekali (My Name
is Kim Sam Soon)
21.
Pangeran Penggoda (Devil Beside
You)
22.
Pengantin Remaja (My Little
Bride)
23.
Rahasia Pelangi (Love Apart a
Moment)
24.
Sumpeh Gue Sayang Loe (Smiling
Pasta)
25.
Siapa Takut Jatuh Cinta (Meteor Garden )
26.
Wulan (Term of Endearment)
27.
Impian Cinderella (Prince Who
Turns into Frogs)
28.
Kau Masih Kekasihku (At the Dolphin Bay )
29.
Penyihir Cinta (Magician of
Love)
30.
Putri Kembar (100% Senorita / Twins)
31.
Sissy, Putri Duyung
(Aquamarine)
32.
Idola (High School Musical)
Daftar Pustaka
http://nofieiman.com/2007/01/sinetron-indonesia-dan-pembodohan/
0 komentar:
Posting Komentar