Pages

Minggu, 08 April 2007

Tugas Pengantar Manajemen : Profil Pemimpin Jakob Oetama

PROFIL JAKOB OETAMA

Nama Jakob Oetama mungkin tidak terlalu banyak dikenal orang. Namun sesungguhnya dialah orang dibalik koran Kompas, majalah Bobo, Hai dan Kawanku, percetakan dan penerbitan Gramedia, stasiun televisi TV7 (yang sekarang menjadi Trans7) serta semua anak perusahaan didalam Kompas – Gramedia Group. Beliau adalah pemimpin umum harian Kompas, presiden direktur sekaligus CEO Kelompok Kompas Gramedia. Bahkan ada yang mengidentikkan Jakob Oetama dengan harian Kompas. Hal ini memang lumrah, karena ia salah satu pendiri harian tersebut bersama alm. P.K. Ojong.
Ketika pertama kali usaha harian Kompas ini dirintis, Jakob Oetama lebih disiapkan sebagai pemimpin redaksi sementara P.K Ojong sebagai pemimpin perusahaan. Wafatnya P.K. Ojong pada 1980-an membuat ia harus segera mengambil alih tampuk kepemimpinan perusahaan.
Sebagai pengusaha, Jakob Oetama sukses menaikkan KKG menjadi kerajaan bisnis pers terbesar di Indonesia. Memang tidak semua media di bawah KKG menghasilkan pundi-pundi uang berlimpah. Tulang punggung KKG di luar penerbitan buku ialah Kompas. Meski ia menolak disebut kapitalis, bisnisnya terus merambah berbagai lini. Penerbitan pers, jaringan toko buku Gramedia, hotel (Grahawita Santika), penyiaran radio (Radio Sonora), kertas tisu (PT Graha Kerindo) dan masih banyak lagi. Total ada 42 anak perusahaan yang bernaung di bawah payung KKG. Total omzet KKG pada 2001 saja diperkirakan mencapai lebih dari Rp 1,05 triliun.
Peran Jakob Oetama di Kompas lebih dari sekedar pemimpin. Hingga sekarang dia masih aktif menulis beberapa kolom, menawarkan soal untuk dimuat di koran serta menggelindingkan opini publik. Kontribusi pemikirannya di Kompas masih dominan. Pengaruhnya terlihat dari pameo ” Jakob Oetama adalah Kompas dan Kompas adalah Jakob Oetama”. Tak heran Kompas menjadi koran terbesar di Indonesia. Kompas telah menjadi surat kabar yang saat ini bertiras lebih dari 500 ribu eksemplar.
Jakob Oetama lahir di Borobudur, 27 September 1931. Setelah lulus Guru Sejarah B-1 (1956), lalu melanjutkan studi di Jurusan Jurnalisme Akademi Jurnalistik Jakarta dan lulus tahun 1959. Pendidikan terakhir mantan guru sejarah SLTP dan SMU di Jakarta itu di Jurusan Publisistik Fisipol UGM.
Pengalaman kerjanya di bidang jurnalisme dimulai dari editor majalah Penabur, Ketua Editor majalah bulanan Intisari, Ketua Editor harian Kompas, Pemimpin Umum/Redaksi Kompas, dan Presiden Direktur Kelompok Kompas-Gramedia.
Sejumlah karya tulis Jakob Oetama, antara lain, Kedudukan dan Fungsi Pers dalam Sistem Demokrasi Terpimpin, yang merupakan skripsi di Fisipol UGM tahun 1962, Dunia Usaha dan Etika Bisnis (Penerbit Buku Kompas, 2001), serta Berpkir Ulang tentang Keindonesiaan (Penerbit Buku Kompas, 2002).
Jakob Oetama juga berkiprah dalam berbagai organisasi dalam maupun luar negeri. Beberapa diantaranya pernah menjadi Sekretaris Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Anggota DPR Utusan Golongan Pers, Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia, Anggota Dewan Penasihat PWI, Anggota Dewan Federation Internationale Des Editeurs De Journaux (FIEJ), Anggota Asosiasi International Alumni Pusat Timur Barat Honolulu, Hawai, Amerika Serikat, dan Ketua Bidang Organisasi dan Manajemen Serikat Penerbit Surat Kabar. (SIG)
Berbagai macam penghargaan telah diperolehnya antara lain dari majalah bisnis Swa sebagai CEO of the year pada tahun 2003 dan 2004 serta gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi dari Universitas Gadjah Mada pada Kamis 17 April 2003. Gelar ini diberikan atas dasar bahwa beliau adalah salah satu raksasa jurnalis di negeri ini yang menawarkan jurnalisme damai dan berhasil membuka horizon pers yang benar-benar modern, bertanggung jawab, nonpartisan, dan memiliki perspektif jauh ke depan.

GAYA KEPEMIMPINAN JAKOB OETAMA
Ada satu falsafah yang selalu dipegang Jakob Oetama dalam menjalankan perusahaannya, khususnya dalam memperlakukan karyawannya. Dalam memberdayakan karyawannya, Jakob Oetama menerapkan falsafah We do care. Manajemen, menurut dia, wajib seoptimal mungkin menerapkan falsafah We do care sebagai wujud kewajiban perusahaan atas hak karyawan.
Sebagai wujud falsafah ini, ia mengaku selalu berupaya peduli atas segala kebutuhan karyawannya. "Kita harus tahu apa yang diinginkan oleh karyawan. Dengan kepedulian, berarti kita menghargai keberadaan mereka. Jangan hanya memperlakukan mereka sebagai mesin penghasil uang," katanya. Tak heran, Jakob begitu memperhatikan kesejahteraan karyawan. "Imbalan yang pas sesuai dengan beban kerjanya akan membuat karyawan lebih termotivasi bekerja dengan lebih baik," jelasnya.
Menciptakan perusahaan yang adil, makmur, dan merata bagi seluruh karyawan adalah cita –citanya. Jakob Oetama sangat peduli atas masalah hak karyawan, seperti gaji dan tunjangan supaya karyawan KKG hidup lebih layak. Saking pedulinya, khususnya di level bawah atau staf, Jakob Oetama lebih dulu membuatkan perumahan bagi karyawan level bawah. Sementara itu, karyawan di level manajemen menengah atas belakangan.
Bagi Jakob, menyejahterakan karyawan itu kewajiban perusahaan. Menurut dia, dengan tingkat kesejahteraan yang baik, karyawan pun akan termotivasi memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Mereka juga menjadi loyal. Jakob Oetama bangga bahwa turn over karyawan di perusahaannya relatif kecil. Prosentasenya hanya sekitar 5%, termasuk yang terendah di perindustrian Indonesia, khususnya pada masa seperti ini.
Jakob dikenal luas sebagai orang bersahaja. Memanusiakan manusia, begitulah filosofi Jakob Oetama. "Saya sosok yang I do care," ungkapnya. Ia tak pernah memandang level karyawan. Siapa pun disapanya. Siapa pun dijenguknya kalau mendapatkan musibah, semisal keluarganya sakit atau meninggal. Perhatian dan kepedulian Jakob setali tiga uang dengan perilakunya yang santun, bahkan kerap dinilai oleh karyawannya kelewat santun. Di lingkungan KKG, Jakob dikenal sebagai pribadi yang menjaga perilaku. Ia bahkan takut menginjak kaki orang lain, takut menyinggung orang lain.
Perilakunya yang santun tak jarang malah justru menjadi bumerang bagi perusahaan. Saat Jakarta-Jakarta, Tiara, dan Raket harus ditutup, Jakob tak mengambil langkah pemutusan hubungan kerja (PHK). Karyawannya disalurkan ke unit bisnis lain atau ke media lain di bawah payung KKG. Padahal, SDM di unit tersebut sejatinya sudah pas. Akhirnya unit bisnis itu menjadi tidak produktif. Dalam perjalanannya, PHK akhirnya diberlakukan bagi karyawan Raket. Itu pun berkat desakan karyawan. Imbalan pesangon yang sangat besar -- untuk ukuran media baru dan tengah collaps -- lantas diberikan Jakob.
Perhatiannya sering kali ditunjukkan lewat menyapa semua karyawan yang kebetulan berpapasan dengannya, atau memberikan bantuan bagi karyawan yang baru tertimpa musibah, atau memberikan kartu ulang tahun bagi stafnya yang berulang tahun, bahkan tak jarang beliau menyambangi percetakan harian Kompas pada dini hari hanya untuk mengecek.
Falsafah leadership yang dianutnya ialah falsafah ”ngemong”. Arti ngemong baginya itu menggerakkan, mengajak, memotivasi, menyemangati, menjelaskan, dan bagaimana melakukan komunikasi. Di matanya, kunci keberhasilannya ialah berkomunikasi dengan seluruh karyawan dari semua level. "Komunikasi itu sangat penting," katanya. Bentuk komunikasi sederhana yang dianutnya ialah sekadar menyapa karyawan. Kedengaran simpel memang, namun terbukti efektif.
Secara berkala, ia mengadakan pertemuan dengan direktur seluruh unit bisnis. Pertemuan resmi ia dengan seluruh karyawan KKG dilakukan setiap acara syukuran tahunan yang jatuh pada Januari. Menurut dia, acara tersebut sangat ditunggu-tunggu seluruh karyawan KKG karena pada pertemuan itu sudah menjadi kebiasaannya untuk mengumumkan kenaikan gaji.
Untuk mengomunikasikan visi, misi, dan garis besar kebijakan perusahaan kepada seluruh karyawan, KKG memiliki pedoman baku perusahaan, yang seluruh karyawan wajib mematuhinya. Ini termasuk melalui sharing knowledge dan experience dengan pegawai yang dilakukan lewat pertemuan rutin, baik langsung di depan karyawan, lewat forum karyawan, atau acara lain.
Guna mempercepat pencapaian visi dan misi, Jakob Oetama menekankan kerja sama tim. Tim kerja yang solid dan baik memudahkan dan mempercepat pencapaian visi dan misi yang ingin dicapai perusahaan. Adanya tim kerja membuat dirinya bisa lebih memobilisasi karyawannya dengan segala kelebihan di bidangnya. Ia sadar bahwa perusahaan ini memiliki keragaman keahlian. Perusahaan ini memerlukan keahlian di berbagai bidang agar bisa tetap jalan.
Dengan beragam SDM yang memiliki beragam keahlian, latar belakang, dan budaya, Jakob Oetama memilih melakukan pendekatan kultural. Melalui pendekatan ini, ia berusaha memahami dan mengerti bagaimana sifat, karakter, dan perilaku karyawannya yang datang dari latar belakang yang berbeda-beda. Meskipun berbeda, Jakob Oetama menginginkan ada kultur yang berlaku umum bagi seluruh karyawan di dalam ruang lingkup KKG yaitu budaya kerja tim yang harus terus-menerus dibina dan dibangun. Lewat tim, berarti ada komitmen bersama yang patut disepakati bersama. Sebagai pucuk kepemimpinan yang menaungi kemajemukan, ia berupaya seadil mungkin memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh karyawan untuk maju dalam konteks demi kemajuan perusahaan.
Jakob Oetama berupaya menyelaraskan penerapan sistem manajemen bisnis yang baku dengan suasana kekeluargaan. Menurut dia, kelugasan sikap, ketelitian, kedetilan, dan ketepatan waktu, serta perhitungan eksak sangat diperlukan dalam bisnis. Dalam pandangannya, suasana kekeluargaan dan keharmonisan penting bagi kemajuan bisnis. Beliau sejak awal berusaha betul menerapkan dan menjalankan Good Corporate Governance (GCG). GCG, menurut dia, diperlukan untuk menyeimbangkan antara kepentingan bisnis dengan bentuk manajemen kekeluargaan. Sebagai pemimpin tertinggi, ia selalu menjaga agar tidak ada kebocoran dalam hal keuangan perusahaan.
Untuk menciptakan SDM yang berintegritas, kompeten, dan accountable, Jakob Oetama berusaha menjalankan nilai-nilai yang disepakati bersama sehingga dirinya dapat menjadi sosok yang patut disegani dan dihormati oleh karyawannya. Sebagai pemimpin, ia mengaku berusaha untuk selalu sejujur dan selurus mungkin dalam menjalankan bisnisnya.

ANALISA GAYA KEPEMIMPINAN
Ada 5 kekuatan yang dimiliki Jakob Oetama sebagai CEO Kompas - Gramedia Group yaitu :
1.                  Kekuatan Legitimasi
Berasal dari posisi manajemen formal dalam sebuah organisasi serta otoritas yang diberikan padanya. Jakob Oetama adalah salah satu perintis KKG sehingga dia layak memimpin perusahaan ini serta memiliki otoritas penuh dalam KKG.
2.                  Kekuatan Penghargaan
Berasal dari otoritas untuk memberi penghargaan kepada orang lain. Jakob Oetama sering memberi penghargaan dalam bentuk sapaan, ucapan selamat, bantuan hingga kenaikan gaji maupun promosi secara adil untuk memotivasi karyawan KKG
3.                  Kekuatan Koersif
Berasal dari otoritas untuk merekomendasikan hukuman. Mungkin inilah salah satu kekuatan Jakob Oetama yang paling tidak sering digunakan. Pegawai yang harusnya di - PHK malah dipindah ke unit lain yang sudah penuh.
4.                  Kekuatan Keahlian
Berasal dari pengetahuan khusus atau keterampilan tugas. Jakob Oetama sebagai pendiri Kompas serta pemegang gelar doktor honoris causa di bidang komunikasi tentunya sudah sangat paham seluk – beluk dunia pers di Indonesia. Belum lagi keterampilannya untuk memotivasi dan memanage karyawan sehingga tingkat turn – over karyawannya termasuk rendah.
5.                  Kekuatan Referensi
Berasal dari kemampuan untuk menghormati bawahan terlebih dahulu sehingga mereka menyukai pemimpinnya. Jakob Oetama sudah menunjukkan bahwa dia care kepada semua karyawannya tanpa kecuali sehingga bawahan mengagumi dan respek kepadanya.

Dari semua gaya kepemimpinan yang ditunjukkan oleh Jakob Oetama, hal ini mencirikan bahwa dia adalah seorang pemimpin demokratis yaitu pemimpin yang mendelegasikan otoritas kepada orang lain, mendorong partisipasi dan mengandalkan kekuatan keahlian dan referensi untuk mengatur bawahan.
            Dari studi Blake dan Mouton, University of Texas, menghasilkan teori kepemimpinan dua dimensi yang disebut Leadership Grid yang mengukur perhatian pemimpinnya pada bawahannya dan pada produksi. Menurut kelompok kami, gaya kepemimpinan Jakob Oetama adalah Country – Club Management (posisi 1,9) dimana dia memberikan perhatian penuh kepada kebutuhan karyawanuntuk membina hubungan yang harmonis dengan karyawannyasehingga menciptakan kenyaman dalam bekerja.
            Menurut teori kontinjensi Fiedler, Jakob Oetama adalah relationship – oriented leader dimana ia berorientasi pada hubungan antar personal dengan bawahannya. Ada tiga elemen yang bisa digunakan untuk menganalisis situasi kepemimpinan dalam suatu perusahaan yaitu
1.                  Hubungan pemimpin – anggota
2.                  Struktur tugas
3.                  Kekuatan jabatan

Kombinasi dari tiga karakteristik situasional tersebut menghasilkan 8 macam situasi. Analisa kelompok kami, situasi yang ada di Kompas Group adalah situasi 1 yang ditandai dengan Hubungan pemimpin – anggota yang baik dan saling menghormati, Struktur tugas yang didefinisikan dengan jelas dan eksplisit, hingga kekuatan jabatan bagi pemimpin tinggi untuk merencanakan, mengarahkan hingga mengevaluasi kerja bawahannya. 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog Archive

Blogroll

Ini adalah aneka tugas kuliah yang saya kerjakan dan saya dapatkan saat kuliah Manajemen tahun 2006 hingga lulus. Hampir sepuluh tahun yang lalu. Koreksilah dahulu, cocokkan dulu dengan bahasannya dan jangan asal kopi-paste, karena bisa saja edisi bukunya berbeda sehingga soal-soalnya berbeda dan akhirnya jawabannya juga berbeda. Adanya gini, jangan minta lebih. Kalau mau perfect ya kerjakan sendiri. Tugas-tugas saya ini hanya sebagai penunjang yang fungsinya supporting, bukan sebagai tulang punggungnya. Gunakan dengan bijak, semoga bermanfaat.

About