Pages

Selasa, 06 Februari 2007

Tugas Makalah PPKn : Tingginya Angka Kriminalitas Menunjukkan Rendahnya Mentalitas Bangsa; Pemerintahan yang Harusnya Menjadi Contoh Malah Merusak Kepribadian Bangsa


1.1              Latar Belakang Masalah

Penulis mengangkat pokok permasalahan mengenai “Tingginya Angka Kriminalitas Menunjukkan Rendahnya Mentalitas Bangsa; Pemerintahan yang Harusnya Menjadi Contoh Malah Merusak Kepribadian Bangsa” karena berbagai alasan.
Alasan yang paling mendasar adalah karena penulis merasa bahwa bangsa yang sudah sekian puluh tahun berdiri sendiri tidak pernah mendapatkan pemimpin yang benar-benar dapat menjalankan tugasnya sebagai seorang petinggi Negara sebagaimana mestinya.
Alasan berikutnya adalah kelemahan-kelemahan lain yang kemudian timbul karena tidak adanya pemimpin bangsa yang dapat mengangkat moral bangsa, sehingga menyebabkan rendahnya mentalitas bangsa itu sendiri.
Hampir semua kalangan masyarakat di Indonesia merupakan masyarakat yang ber-mentalitas rendah. Masyarakat kalangan menengah ke bawah banyak merasakan ketidakadilan yang terjadi dalam kehidupan sehari-harinya. Hal itu menyebabkan turunya mentalitas mereka. Mereka menginginkan adanya kehidupan yang adil dan tentunya lebih layak sebagaimana yang dirasakan oleh para penguasa di Negara, yaitu kalangan menengah ke atas, seperti pemilik perusahaan-perusahaan penting di Indonesia dan tentunya para pemegang kekuasaan di tiap elemen pemerintahan di Indonesia.
Begitu pula dengan kalangan menengah ke atas yang biasanya malah lebih mudah dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam hal-hal yang dapat merusak moral bangsa. Biasanya mereka melakukan hal-hal tersebut karena mereka masih merasa kurang atas apa yang telah mereka miliki. Mereka merasa dengan adanya kekuasaan yang ada pada mereka, mereka dapat berbuat dan bertindak seperti apa yang mereka kehendaki. Mereka menganggap bahwa segala sesuatu dapat mereka dapatkan dengan uang. Hal-hal seperti itulah yang dapat membuat merosotnya nilai-nilai moral atau mentalitas bangsa.
Mereka yang harusnya menjadi panutan malah mengajarkan hal-hal yang dapat menurunkan mentalitas bangsa.

1.2              Pembahasan

Sesuai dengan latar belakang yang sudah disampaikan oleh penulis, penulis akan menguraikan secara lebih terperinci mengenai kasus-kasus yang sudah terjadi di Indonesia dan itu menunjukkan rendahnya mentalitas bangsa Indonesia.
Pertama-tama mentalitas bangsa Indonesia yang rendah dapat kita lihat dari kasus-kasus yang terjadi di kalangan atas atau pemerintahan dan aparat-aparat Negara.
Sebagai contoh adalh kasus yang terjadi di kalangan DPRD di Jawa Timur. Para pejabat di provinsi ini, tampaknya, masih sering terlibat kasus-kasus berbau korupsi. Paling tidak, jika itu dilihat dari hasil rekapitulasi pengaduan yang masuk ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Selama dua bulan saja, KPK menerima 1.649 pengaduan masyarakat tentang perilaku koruptif pejabat maupun anggota DPRD di Jawa Timur.
Data ini terungkap dari paparan langsung Ketua KPK Taufiequrachman Ruki saat menghadiri workshop bertema “Meningkatkan Kapasitas Peran dan Fungsi DPRD” di gedung DPRD Jawa Timur.
Dalam paparannya, Ruki menjelaskan bahwa data tersebut didapat dari hasil rekapitulasi pengaduan masyarakat kepada KPK selama Januari sampai akhir Februari 2007. Dari jumlah tersebut, sebanyak 87 pengaduan terkait dengan dugaan korupsi di lingkungan DPRD.
Ada beberapa hal yang membuat korupsi tumbuh subur  di negeri ini. Diantaranya system pemerintahan yang tidak jelas. Ruki lantas mencontohkan biaya kunjungan kerja anggota DPRD ke luar daerah yang hanya Rp. 350.000 per hari. Akibatnya ada beberapa anggota dewan yang memark-up jadwal kunjungan dari tiga hari menjadi enam hari.Tentu saja hal tersebut termasuk korupsi,tetapi korupsi seperti itu lebih disebabkan karena system pemerintahan yang tidak jelas.
DPRD sebenarnya memegang peranan penting dalam pencegahan korupsi. Sebab, DPRD memiliki fungsi pengawasan tehadap eksekutif. Namun, di beberapa DPRD fungsi tersebut tidak berjalan optimal. Ironisnya, ada juga beberapa anggota dewan yang bersama-sama eksekutif melakukan korupsi.
Beberapa wakil rakyat masih memanfaatkan posisi untuk memperkaya diri daripada mementingkan kepentingan masyarakat.
Dari kalangan masyarakat lapisan atas atau yang biasanya disebut-sebut sebagai wakil rakyat saja lebih mementingkan kepentingan pribadinya dengan melakukan tindak-tindak yang berbau criminal seperti korupsi yang dilakukan oleh hamper semua wakil rakyat tersebut. Egoisme diri mereka yang tinggi akan menyebabkan rusaknya mentalitas bangsa ini.
Contoh yang lainnya adalah kasus yang terjadi di aparat keamanan Negara . Kasus yang menewaskan Wakapolwiltabes Semarang tersebut merupakan satu dari sekia contoh dari aparat Negara yang bermentalitas rendah.
Peristiwa tersebut terjadi pada hari Rabu 14 Maret 2007. Saat itu, Hance seorang polisi yang berpangkat briptu datang ke markas Polwiltabes Semarang menumpang taksi. Dia langsung menuju ruang P3D (pelayanan, pengaduan, dan penegakan disiplin) atau provos. Pagi itu memang dijadwalkan penyerahan surat pindah tugas dan penyerahan senjata. Berdasar keputusan kapolwiltabes Semarang, hance dimutasi ke Polres Kendal.
Namun, kedatangan Hance pagi itu tidak untuk maksud tersebut. Dia memprotes pemindahan tugasnya. Saat itu, Hance ditemui Aiptu Titik Sumaryatidari urusan administrasi dan Tata usaha P3D.
Versi lain menyebutkan, Titik-lah yang pertama mendatangi Hance untuk menyerahkan surat perintah menghadap Kapolres Kendal terkait dengan mutasinya. Begitu surat diterima, Hance malah marah-marah. Bintara polisiitu lantas menodongkan pistol ke kepala Titik.
Sempat terjadi perdebatan antar keduanya. Saat akan dilerai, Hance mengamuk dan menodongkan senjata.Para anggota lalu mundur dan Hance menyandera Aiptu Titik.
Titik kemudian dipaksa ke lantai dua ke ruang kerja Wakapolwiltabes Semarang yang bersebelahan dengan ruang Kapolwiltabes Kombes Guritno Sigit Wiranto MBA.
Menurut beberapa saksi, saat menuju lantai dua, Hance sempat menembakkan senjata api beberapa kali. Hal itu membuat wakapolwiltabes Semarang AKBP Lilik Purwanto keluar dari ruang kerjanya.
Lilik lantas dipaksa masuk oleh Hance ke ruang kerjanya. Saat itulah Lilik sempat mencoba redam emosi Hance, tapi tidak mempan. Saat itu, pistol Hance kembali menyalak beberapa kali dan enam peluru menembus tubuh Lilik hingga tewas bersimbah darah.
Kapolwiltabes Semarang Kombes Guritno lantas memerintah anak buahnya untuk menindak tegas Hance. Tak berapa lama, aparat kepolisisan bersenjata lengkap memenuhi kepolisian itu. Hance dikepung. Beberapa kali diperingatkan untuk menyerah, Hnace tidak menggubris. Bahkan, saat itu, ayah Hance yang juga purnawirawan perwira polisi dihadirkan untuk membujuk hance. Tapi, upayanya tersebut gagal.
Saat itu Hance menyebut dua nama anggota P3D, yakni Iptu Dwi Sugeng dan Bripka Yoko. Hance minta dua orang tersebut dihadirkan. Hance menganggap, dua orang itulah yang mengusulkan irinya dimutasi ke Polres Kendal.
Karena berbagai upaya tidak bisa membujuk Hance, tindakan tegaspun dilakukan yang menyebabakan Hance-pun akhirnya tewas dan Titik bisa diselamatkan.
Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa ada hal yang harus dibenahi Polri. Perbaikan itu berupa anggaran, pengembangan Sumber Daya Manusia, serta saran dan prasarana.
Sebelum memegang senjata seorang anggota Polri harusdinyatakan lulus kesehatan, psikotes, latihan menembak, serta penilainan atasan.
Sedangkan Hance belum lulus psikotes. Hal itu menunjukkan bahwa ada kelalaian dalam memenuhi persyaratan yang berlaku. Itu  menunjukkan rendahnya mentalitas yang terjadi di kalangan aparat pemerintahan.
Kasus-kasus yang ada di kalangan pemegang kekuasaan di Negara tersebut memberikan contoh-contoh yang buruk kepada kalangan masyarakat menengah ke bawah. Pemegang kekuasaan dalam pemerintahan seharusnya memberikan contoh yang baik yang bisa ditiru oleh setiap elemen yang ada dalam masyarakat.
Kasus-kasus yang ada dalam pemerintahan tersebut tentunya banyak berpengaruh terhadap kehidupan di lingkungan menengah ke bawah. Sebagai akibatnya, zaman sekarang angka kriminalitas yang terjadi di Indonesia tergolong sangat tinggi.
Hal tersebut dapat dilihat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kasus-kasus pemerkosaan ataupun pelecehan seksual yang terjadi terhadap anak di bawah umur, banyak kasus pembunuhan yang didasari kecemburuan dan berbagai hal lain, serta kasus-kasus perampokan yang disertai tindak kekerasan sampai tindak pembunuhan, dan bebrbagai macam kasus-kasus lainnya.
Hal itu semua semakin menunjukkan bahwa mentalitas yang ada pada bangsa Indonesia sangatlah rendah.
Sebagai contoh kasus kriminalitas yang sekarang marak terjadi adalah kasus pembunuhan beserta dengan bunuh diri. Seperti halnya yang tejadi di Malang, Jawa Timur.
Seorang Ibu beserta putra-putrinya ditemukan tewas di kamar rumahnya.Dari barang bukti TKP, diduga kuat, sang ibu terlebih dahulu meracuni keempat anaknya hingga tewas, kemudian bunuh diri.
Kelima korban tewas adalah Junania Mercy, dan empat putra-putrinya, Athena L., Prinsessa Ladova, Hendrison, Dan Gabrelia al Cein. Berdasar kondisi mayat, diperkirakan peristiwa tersebut terjadi Sabtu malam dan baru diketahui warga esok harinya sekitar pukul 12.00.
Dari sekitar tempat kejadian perkara, polisi menemukan racun potas dan secarik kertas wasiat di dekat tubuh korban. Kematian empat anak tersebut sudah direncanakan sang ibu. Gabrelia ditempatkan diantara Athena dan Prinsessa. Hendrison diletakkan terlentang di atas kepala Athena dan Prinsessa. Empat anak itu terlentang dengan tangan disedekapkan. Sementara Mercy sendiri terbujur kaku di sebelah tempat tidur dalam posisi tengkurap.

Kasus seperti inilah yang menunjukkan bahwa mentalitas yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia tergolong rendah. Buktinya mereka tidak menghargai sama sekali arti kehidupan yang diberikan oleh sang pencipta.
Kasus lain yang terjadi di kalangan menengah ke bawah adalah kasus yang terjadi di Jember, Jawa Timur.
Dibakar rasa cemburu, Asnawi, seorang warga lingkungan Pelindu, Kelurahan Karangrejo, Sumbersari, membacok tiga laki-laki bersaudara. Akibatnya, para korban mengalami luka serius dan harus dirawat intensif di UGD RSUD dr Soebandi.
Ketiga korban tersebut adalah Hartono, Ridwan, dan Suryadi. Kejadian itu dipicu oleh rasa cemburu Asnawi kepada Suryadi. Pembacokan itu terjadi saat Asnawi dan keluarga Suryadi berada di rumah Suryani. Pertemuan tersebut merupakan inisiatif Asnawi yang ingin mengklarifikasi kecurugaannya. Asnawi menuding bahwa istrinya selingkuh dengan Suryadi.
Awalnya Asnawi membeberkan dugaan perselingkuhan antara istrinya dan Suryadi. Tak berapa lama kemudian Asnawi keluar dan kembali lagi ke dalam rumah dengan membawa celurit. Setelah itu korban mulai berjatuhan terkena sabetan celurit.
Yang menjadi pertanyaan sekarang dimana warna kebudayaan bangsa Indonesia yang dulunya dikenal sebagai Negara yang selalu menyelesaikan segala sesuatunya dengan musyawarah? Apakah kebudayaan tersebut telah luntur karena rendahnya mentalitas bangsa?
Sebenarnya dari beberapa contoh diatas saja sudah menunjukkan mentalitas bangsa yang berkualitas sangat rendah. Belu lagi banyaknya kasus-kasus lain yang dalam beberapa waktu saja sudah berkembang da semakin menurunkan mentalitas bangsa.
1.3       Kesimpulan

Darimanakah sebenarnya bangsa Indonesia menumbuhkan mentalitas yang salah itu? Bagaimana seharusnya masyarakat harus bertindak? Apakah kekuasaan pemerintah Indonesia yang juga bermentalitas rendah tersebut berpengaruh terhadap kehidupan masyarakatnya? Bagaimana caranya agar bangsa ini dapat bangkit dari masalah tersebut? Apakah sudah ada langkah-langkah konkret yang dilakukan setiap elemen masyarakat untuk mengatasi mentalitas bangsa yang rendah?
Jawaban yang sebenarnya adalah pada sikap kepribadian personal dalam tiap masyarakat yang ada di Indonesia. Jika tiap-tiap personal masyarakat Indonesia menyadari akan pentingnya pembangunan yang dilandasi oleh pembangunan mentalitas agar menciptakan mentalitas tiap individu menjadi tinggi maka secarra otomatis setiap program apapun yang direncanakan akan berjalan dengan baik.
Tentunya pembangunan mentalitas bangsa ini harus di mulai dari pembangunan mentalitas tiap individu dari semua elemen masyarakat.
Para pemegang kekuasaan pemerintahan di Indonesia harus dapat memberikan contoh sikap yang menunjukkan bahwa mentalitas mereka sudah baik, dan dapat ditiru oleh kalangan menengah ke bawah, sehingga dalam tiap pembangunan yang terjadi di bangsa yang sudah berdiri puluhan tahun ini dapat berjalan dengan lancar dan menumbuhkan bangsa yang bermentalitas tinggi.
  
Daftar Pustaka


Jawa Pos Edisi 12 Maret. 2007. Halaman 1.
_________________________. Halaman 13.
Jawa Pos Edisi 13 Maret. 2007. Halaman 29.
Jawa Pos Edisi 16 Maret. 2007. Halaman 1.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog Archive

Blogroll

Ini adalah aneka tugas kuliah yang saya kerjakan dan saya dapatkan saat kuliah Manajemen tahun 2006 hingga lulus. Hampir sepuluh tahun yang lalu. Koreksilah dahulu, cocokkan dulu dengan bahasannya dan jangan asal kopi-paste, karena bisa saja edisi bukunya berbeda sehingga soal-soalnya berbeda dan akhirnya jawabannya juga berbeda. Adanya gini, jangan minta lebih. Kalau mau perfect ya kerjakan sendiri. Tugas-tugas saya ini hanya sebagai penunjang yang fungsinya supporting, bukan sebagai tulang punggungnya. Gunakan dengan bijak, semoga bermanfaat.

About