BAB I
PENDAHULUAN
Sejak pergantian kepemimpinan tahun
2004, Indonesia selalu mendapat sorotan dunia terutama tentang perekonomiannya.
Perekonomian yang semakin membaik dan makroekonomi yang meningkat pesat tidak
lepas dari berbagai kebijakan yang ditetapkan pemerintah demi tercapainya
kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.
Dari berbagai peristiwa tersebut,
sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi, peneliti menganggap bahasan ini adalah
topik yang menarik untuk diteliti. Pertama,
telah lepasnya Indonesia dari belenggu berbagai macam krisis terutama dalam
bidang moneter yang terjadi sejak 1998, dimana tingkat inflasi sempat mencapai
80%.
Kedua, perekonomian
Indonesia yang melangkah pasti menuju kemapanan mencerminkan semakin kokohnya
perkembangan bangsa di era reformasi demokrasi ini.
Ketiga, suku
bunga yang semakin menurun untuk merangsang tingkat investasi dan pertumbuhan
ekonomi. Tahun lalu, Bank Indonesia menyiapkan tiga skenario pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan sebesar 6,3 persen yang ditargetkan pemerintah dalam
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2007 jadi batas atas
skenario pertumbuhan bank sentral.“Ada tiga skenario dengan kisaran 5,3-6,3
persen. Kami menilai pertumbuhan 6,3 persen itu ada pada batas atas perkiraan
Bank Indonesia,“ kata Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah dalam rapat
kerja dengan Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta,
Senin 11 September 2006. Skenarionya
yaitu :
1. Skenario pertama, adalah skenario
pesimistis dengan kisaran 5,3-5,7
persen.
2. Skenario kedua, yakni skenario medium dengan kisaran 5,7-6,0 persen
3. Skenario ketiga, yakni skenario optimistis dengan kisaran 6-6,3 persen.
Pemerintah optimistis target
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen akan tercapai. Pertumbuhan itu bisa
tercapai karena stabilitas ekonomi makro cukup terjaga. Bank Indonesia dan
pemerintah terus menjaga kondisi makro ekonomi. Perlu upaya lebih keras dan
terencana, terutama dalam memperbaiki iklim investasi, meningkatkan efisiensi
dan produktivitas, serta mendorong ekspor. Pemerintah juga akan terus berupaya
memacu peningkatan investasi hingga di atas 10 persen tahun ini. Peningkatan investasi bisa terjadi karena
ada :
·
Pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perpajakan dan Kepabeanan,
·
RUU Penanaman Modal,
·
Perbaikan Undang-Undang Ketenagakerjaan,
·
Realisasi pembangunan infrastruktur.
Menurut Kepala Badan Pusat
Statistik, Rusman Heriawan, target pertumbuhan ekonomi 6,3 persen bisa tercapai
dengan syarat ada penguatan tiga sektor kunci. "Ketiga sektor itu
berhubungan dengan penciptaan lapangan kerja lebih permanen," katanya. Sektor-sektor tersebut adalah :
·
Industri pengolahan,
·
Sektor perdagangan,
·
Sektor pertanian.
Mei 2007, Bank Indonesia kembali
menurunkan BI Rate atau suku bunga acuan 25 basis poin ke level 8,75 persen. BI
Rate diturunkan karena indikator ekonomi menunjukkan perbaikan, stabilitas
makro-ekonomi dan keuangan terjaga, serta tercapainya ekspektasi target inflasi
BI pada akhir tahun. Bulan April lalu BI Rate tetap berada di level 9 persen
setelah sebelumnya mengalami penurunan sebanyak sembilan kali sejak Juli 2006. (Data Terlampir)
BAB II
PEMBAHASAN
Target Pertumbuhan Perekonomian
Indonesia Pertengahan 2007
Bank Indonesia (BI) akan kembali
menurunkan suku bunganya (BI Rate) yang mungkin mencapai kurang dari 8 persen,
karena berbagai indikator ekonomi sangat mendukung pergerakan tersebut.
"Penurunan BI Rate sangat memungkinkan,
apalagi inflasi terus turun," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega
Tbk, Kostaman Thayib.
Meski demikian, lanjutnya inflasi year
on year pada tahun ini yang diperkirakan mencapai 6 persen akan tercapai. Optimisme
Bank Indonesia tentang suku bunga acuan BI (BI Rate) kurang dari 8 persen ke
arah sana sangat memungkinkan karena ruang untuk penurunan suku bunga acuan
tersebut masih cukup besar melihat dinamika pertumbuhan ekonomi.
Semula BI menargetkan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2007 besarnya 5,9
persen, kemudian direvisi menjadi 6 persen. Optimisme inilah yang menjadi salah
satu landasan penurunan BI Rate. Selain itu, target inflasi tahun 2007 sebesar
6 persen plus minus 1 persen kami yakin akan tercapai. Indikator perekonomian
lainnya yang menunjukkan perbaikan ialah penguatan nilai tukar rupiah disertai
dengan volatilitas yang lebih rendah. Penguatan rupiah ini sejalan dengan
surplus Neraca Pembayaran Indonesia yang didukung oleh kinerja ekspor yang
membaik. Selain itu, melemahnya dollar AS secara global bersamaan dengan
berlangsungnya proses konsolidasi ekonomi di Amerika Serikat serta masih
tingginya ekses likuiditas global.
Kredit perbankan pada akhir Maret 2007 memang telah melebihi nilai pada
periode yang sama tahun 2006. Pada bulan Maret kredit juga naik Rp 16,7 triliun
sehingga menjadi Rp 843 triliun. Namun, perbankan masih harus terus didorong
untuk menyalurkan kredit ke sektor riil.
Memberikan
stimulus
BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2007-2008 masih sesuai dengan
perkiraan semula, yaitu 6 persen pada tahun 2007 dan 5,7 persen-6,7 persen pada
tahun 2008. Langkah BI menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin sudah tepat. Keputusan
ini diambil berdasarkan evaluasi pencapaian sasaran inflasi ke depan yaitu
masing-masing sebesar 6%±1% dan 5%±1% untuk tahun 2007 dan tahun 2008,
identifikasi terhadap berbagai faktor risiko, serta evaluasi kondisi
perekonomian terkini. Penurunan BI Rate perlu dilakukan untuk menjaga momentum
pertumbuhan ekonomi dengan inflasi yang tahun ini ditargetkan sebesar 6,5
persen. Penurunan BI Rate tersebut diharapkan dapat memberikan stimulus lebih
lanjut pada perekonomian secara keseluruhan.
Tingkat BI Rate diharapkan juga dapat memberikan ruang gerak lebih besar
bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit ke level yang lebih rendah
sehingga pembiayaan kepada sektor riil semakin meningkat dengan penurunan BI
Rate tersebut, perbankan menyesuaikan dengan menurunkan suku bunga simpanan, kemudian
baru menurunkan suku bunga kredit. Penurunan BI Rate secara otomatis akan
berdampak pada penurunan suku bunga kredit. Suku bunga akan turun bukan hanya
untuk kredit konsumer. Dengan penurunan BI Rate ini pasti bunga kredit akan
turun. Akan tetapi, perlu diingat lagi bahwa persoalan rendahnya penyerapan
kredit bukan hanya persoalan suku bunga yang tinggi sebab saat ini suku bunga
kredit merupakan yang terendah dalam sejarah perbankan, namun karena memang
sektor riil yang belum cukup bergerak..
Pertumbuhan Ekonomi Paling Optimistik 2007
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
paling optimistik pada 2007 adalah 6,2 persen, meski pemerintah tetap
mengajukan angka 6,3 persen pada rancangan APBN Perubahan 2007.
Wapres Yusuf Kalla mengatakan, BI kembali
menurunkan suku bunga acuan itu hingga di level 8,5 persen. Dengan turunnya
kembali BI Rate, maka perbankan akan menyesuaikan tingkat bunga kreditnya yang
pada gilirannya memicu ekonomi nasional tumbuh lebih cepat, katanya.
Bank yang baik bukan karena laporan
neraca keuangannya baik namun perbankan yang bisa memberikan manfaat yang besar
bagi masyarakat. Bank yang sehat bukan karena neraca keuangannya baik, tapi
yang memberikan banyak manfaat kepada masyarakat. Perbankan diibaratkan sebagai
jantung perekonomian bangsa. Karena itu maju-mundurnya dan berani-tidaknya,
baik buruknya pertumbuhan ekonomi akan sangat tergantung pada perbankan.
BAB III
Kesimpulan
Indikator ekonomi menunjukan pertumbuhan ekonomi yang signifikan masih akan
terus berlanjut. Terutama berasal dari ekspor dan perbaikan permintaan
domestik, khususnya investasi yang terus tumbuh sejalan dengan membaiknya
persepsi bisnis. Sementara itu, dibidang perbankan BI menilai industri
perbankan nasional menunjukan pertumbuhan yang membaik. Kredit meningkat
sebesar Rp 8,9 triliun menjadi Rp826,3 triliun (bulan per bulan) pada bulan
Februari. Sedangkan inflasi indek harga komoditas (IHK) pada bulan maret 2007,
menurut BI relatif stabil 6.5 persen (tahun per tahun).
Permintaan
Eksternal Jadi Andalan Pertumbuhan Ekonomi 2007
Dari berbagai pengamatan dan pendapat
para tokoh, faktor pendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia 2007 yaitu :
Ä Konsumsi masyarakat yang terjaga
Ä Tercapainya stabilitas inflasi
Ä Menurunnya tingkat bunga yang dianggapnya menjadi
faktor pendukung pertumbuhan ekonomi,
Ä Belanja barang yang meningkat sehingga memberi
dorongan lebih besar pada pengeluaran pemerintah.
Ä Pergeseran musim panen ke triwulan 2/2007 yang
akan mendorong pertumbuhan pertanian pada triwulan 2/2007, terutama tanaman
pangan.
Selain itu, penguatan pertumbuhan ekonomi
Indonesia 2007 disebabkan beberapa faktor :
ü Kinerja ekspor dan investasi swasta yang meningkat
yang terindikasi dari pertumbuhan inevetasi bangunan, yang tercermin dari
peningkatan permintaan semen, besi, dan baja.
ü Adanya peningkatan kredit investasi riil di
berbagai sektor usaha, dan adanya peningkatan pembentukan modal tetap bruto
(PMTB), yang berasal dari peningkatan investasi mesin.
ü Melemahnya dollar AS secara global bersamaan
dengan berlangsungnya proses konsolidasi ekonomi AS
ü Tingginya ekses likuiditas global
Dengan penguatan ini, Indonesia dapat mengambil
keuntungan, diantaranya :
ü Mendorong aliran dana masuk ke dalam negeri
(capital inflow) dan memberi kontribusi terhadap apresiasi.
ü Terjadinya surplus Neraca Pembayaran Indonesia
(NPI)
Penurunan BI Rate Belum Bisa Mengangkat Sektor Riil
Namun dari sebuah laporan, didapat
sejenis keraguan. Misalnya, para pengusaha di Jawa Tengah menilai penurunan BI
rate yang mencapai level 8,5% belum bisa mengangkat usaha sektor riil ke titik
yang menggembirakan. Pengusaha masih pesimistis sektor riil langsung cepat bisa
terangkat dengan adanya penurunan BI rate, karena pertama kali yang bisa
merasakan penurunan BI rate adalah sektor keuangan terlebih dahulu. Pertama
kali yang bisa merasakan penurunan BI rate, hanya sektor keuangan seperti BPR,
sedangkan sektor riil belakangan.
Selain itu, Menko Perekonomian Boediono memiliki feeling pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2007 akan lebih tinggi
dibanding pertumbuhan ekonomi kuartal I-2007, yang berada di posisi 5,97
persen. Sebab, beberapa roda perekonomian mulai bergerak cepat. " Saya
tidak mengerti. Perasaaan saya beberapa sektor sudah mulai menggelinding sedikit
lebih cepat," kata Boediono di Gedung E Depkeu, Jalan Lapangan Banteng,
Jakarta Pusat, Kamis (21/6/2007). Perasaannya ini, atas dasar situasi yang
terjadi saat ini. Misalnya, masa panen tahun ini terjadi pada kurtal II-2007.
Kemudian indikasi lainnya yakni realisasi investasi Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) yang saat ini sudah ada
peningkatan dibanding kuartal sebelumnya. Ditambah lagi nilai ekspor juga
menunjukan perbaikan. Artinya realisasi bulan-bulan berikutnya akan mulai
terlihat. Walaupun beberapa kemajuan sudah mulai terlihat, namun belum bisa dipastikan
angka pastinya.
Menurut Menkominfo Muhammad Nuh
menyampaikan bahwa ada beberapa syarat yang harus dicapai kalau Indonesia ingin
bangkit dari kondisinya saat ini ;
Ö Adanya motivasi,
Ö Adanya modal, dan
Ö Adanya dukungan lingkungan yang
kondusif.
Dalam kesempatan lain, menurut
MenKeu Sri Mulyani, Ekonomi itu bisa dilihat sebagai suatu pasar besar ada sisi
suplai dan sisi permintaannya yang terdiri dari ;
Ö konsumsi rumah tangga,
Ö konsumsi pemerintah, investasi,
Ö ekspor dan impor terhadap seluruh
produksi barang dan jasa,
Berbagai
kondisi di atas diperkirakan akan menyebabkan pertumbuhan konsumsi swasta dan
investasi swasta pada 2007 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada 2006. Sementara dari sisi fiskal,
pengeluaran pemerintah yang tepat waktu dan tepat sasaran diharapkan dapat
memberikan stimulus terhadap pertumbuhan ekonomi secara efektif. Selain itu,
implementasi beberapa agenda penting program Pemerintah di 2007 seperti program
pembangunan infrastruktur.
Berbagai
upaya pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi dan program untuk
mempercepat realisasi pembangunan infrastruktur diperkirakan mampu mendorong
investasi tumbuh lebih tinggi. Suku bunga rendah diyakini akan mendorong
peningkatan domestic demand (investasi dan konsumsi swasta) yang selama ini
tersendat. BI akan senantiasa mencermati perkembangan makroekonomi secara
seksama dengan tujuan akhir untuk mencapai target kestabilan harga.
LAMPIRAN
Kronologis Fluktuasi BI Rate
(Berdasarkan keputusan Rapat Dewan Gubernur)
(Berdasarkan keputusan Rapat Dewan Gubernur)
Periode
|
BI Rate
|
7 Juni 2007
|
8.50%
|
8 Mei 2007
|
8.75%
|
5 April 2007
|
9.00%
|
6 Maret 2007
|
9.00%
|
6 Feb 2007
|
9.25%
|
4 Jan 2007
|
9.50%
|
7 Des 2006
|
9.75%
|
7 Nov 2006
|
10.25%
|
5 Okt 2006
|
10.75%
|
5 Sept 2006
|
11.25%
|
8 Agust 2006
|
11.75%
|
6 Juli 2006
|
12.25%
|
6 Juni 2006
|
12.50%
|
9 Mei 2006
|
12.50%
|
5 April 2006
|
12.75%
|
7 Maret 2006
|
12.75%
|
7 Feb 2006
|
12.75%
|
9 Jan 2006
|
12.75%
|
6 Des 2005
|
12.75%
|
1 Nov 2005
|
12.25%
|
4 Okt 2005
|
11.00%
|
6 Sept 2005
|
10.00%
|
9 Agust 2005
|
8.75%
|
5 Juli 2005
|
8.50%
|
Sumber
: www.bi.go.id
DAFTAR PUSTAKA
John, Jason. , 15 Juni 2007, 15:10 WIB. BI Rate Berpeluang Menyentuh 7.5%
No.
9/21/PSHM/Humas, Pernyataan Gubernur
Bank Indonesia :
BankIndonesia
Menurunkan BI Rate 25 bps Menjadi 8,50%.
Bank
Sari, Suryani Ika. Kamis, 07 Juni 2007 | 13:14 WIB, Bank Indonesia
Kembali Turunkan BI Rate 25 Basis Point
0 komentar:
Posting Komentar