KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Berkat
rahmat dan hidayah Allah swt. Akhirnya dapat diselesaikannya makalah Kerukunan
antar Umat beragama ini. Diselesaikannya makalah ini utamanya bertujuan untuk
menyelesaikan tugas agama daripada mata kuliah Agama Islam semester gasal tahun
2006. Disamping itu untuk meningkatkan dan membentuk nilai nilai kerohanian pada diri masing
masing mahasiswa sehingga dapat membentuk manusia yang berkepribadian luhur dan
bertakwa kepada Allah swt.
Makalah
ini berisikan hal hal mengenai kerukunan antar umat beragam yang seperti telah
disebutkan diatas. Tetu saja isi dari makalah ini di sesuaikan dengan sudut
pandang Islam terlebih masyarakat Islam Indonesia.
Sebagai
manusia yang mempunyai keterbatasan, penyusun menyadari adanya kekurangan
kekurangan yang menyertai keberadaan daripada buku ini. Dengan maksud
peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang Islam penyusun mengharapkan
kontribusi pemikiran dari segala pihak untukmenyempurnakan buku ini. Akhirnya
yang dapat penyusun harapkan hanyalah semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surabaya,
September 2006
Penyusun
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Pun disadari oleh kita semua dari keanekaragaman dan kemajemukan
yang ada tetap ada yang disebut dengan perbedaan. Dari kata tersebutlah terjadi
berbagai hal baik dan hal buruk. Oleh karena itu sebagai muslimin dan muslimah
yang baik sudah sewajarnyalah kita melakukan upaya agar hal ang buruk tidak terjadi
atau minimal dapat diminimalkan. Karena kita sendiri tahu bahwa hal buruk
menyebabkan dosa dan hal baik mendatangkan pahala dan barokah dari Allah swt.
Dengan maksud yang telah
disebutkan diatas akhirnya permaslahan ini insya Allah dapat diselesaikan jika
kita mewujudkan satu kata yaitu kerukunan. Pada kesempatan kali ini hal hal
yang dibahas adalah mengenai kerukunan antar umat beragama.
II. Tujuan Penulisan
Manusia
hidup di dunia ini tentu saja tidak sendiri. Masih banyak orang disekeliling
kita. Baik yang seagama dan yang mempunyai keyakinan berbeda. Hal demikian
tidak dapat diubah. Hanya dengan toleransi dan semangat bersatulah yang dapat
membuat perbedaan yang ada menjadi hal yang kecil dan tidak perlu
dipermasalahkan.
Adapun
tujuan dari penyusun menulis makalah ini adalah :
·
Menanamkan
pada semua pihak bahwa perbedaan adalah
hal yang indah dan dengan kebersamaan perbedaan yang ada justru dapat
mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan
·
Meyakinkan
pada muslimin dan muslimah bahwa dengan kebersamaan dengan masyarakat lain yang
berbeda agama tidak harus menggoyahkan iman kita kepada Allah swt.
·
Menunaikan
tugas makalah agama yang berikan pada kelompok sembilan
III. Pembatasan Masalah
1. Pendahuluan
I.
Latar
Belakang Masalah
II.
Tujuan
Penulisan
III.
Pembatasan
Masalah
IV.
Metodologi
Penulisan
2. Isi
BAB I Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam
BAB II Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah
BAB III Kebersamaan dalam Pluralitas
3. Penutup
I.
Kesimpulan
II.
Saran
dan Kritik
IV. Metodologi Penulisan
Dalam hal ini penyusun hanya
menggunakan sistem studi literatur yang dikembangkan dengan diskusi yang
dilakukan oleh tim penyusun sendiri. Selain itu penyusun juga memakai referensi
dari pihak lain yang lebih paham tentang Islam. Dengan demiian pemikiran
penyusun yang tertuang dalam makalah ini tidak keluar dari akidah yang
sebenarnya.
BAB I
ISLAM SEBAGAI AGAMA
RAHMAT BAGI SELURUH ALAM
Islam sebagai agama bagi
seluruh alam, berarti Islam sebagai agama penyempurna dari agama yang
terdahulu, Islam mengajarkan tentang bagaimana menjalankan kehidupan ini dengan
baik dan benar, sesuai dengan yang diajarkan dalam kitab suci Al-Quran.Agama
Islam diturunkan oleh Allah S.W.T sebagai penerangan bagi kehidupan yang pada
saat itu sangat terbelakang. Jaman itu dikenal sebagai jaman Jahiliyah.
Berbagai macam masalah kehidupan pada saat itu yang sangat tidak beradap,lambat
laun berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih baik dan beradab sejak
diturunkannya agama Islam yang dibawa dan disebarkan oleh Nabi Muhammad S.A.W.
Hal ini disebabkan ajaran agama Islam yang bersifat universal yang bisa
diterima oleh semua umat manusia. Sifat ini membuat umat Islam menjadi umat
beragama yang mampu bergaul dengan kalangan manapun. Mulai dari kalangan
miskin, menengah sampai kalangan borjuis. Mulai dari cendekiawan sampai pakar
politik dan pemuka agama.
Pada dasarnya Islam
tidak mengenal kasta sehingga tidak pernah membedakan anatara satu dengan
lainnya. Semua orang dianggap sama derajatnya di dunia ini. Perbedaaanya hanya
dihadapan Allah S.W.T. yang terletak pada tingkat keimanan tiap individu. Allah
menginginkan agar hambanya menjalin islah diantara umat uamtnya agar
kehidupannya menjadi lebih baik. Hal tersebut terkandung dalam firman Allah :
BAB II
UKHUWAH ISLAMIYAH DAN UKHUWAH INSANIYAH
Ukhuwah islamiyah
menurut pengertian dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai hubungan
antara sesama umat Islam atau sesama muslim. Yang dapat diartikan bahwa dalam
segala aspek kehidupan kita sebagai umat muslim di dunia sebaiknya harus
menjaga hubungan baik antara muslimin dan muslimah. Baik dalam hal keagamaan
maupun kehidupan sosial. Sebagai masyarakat yang hidup di negara yang memiliki
tingkat kemajemukan yang tinggi sudah sewajarnyalah kita menjalin dan menjaga
hubungan yang ada tetap terjalin dengan baik antara muslimin dan muslimah.
Karena kita adalah makhluk yang tidak bisa berdiri sendiri. Walaupun sedikit
mau tidak mau kita pasti membutuhkan bantuan dari orang lain.
Sebagai contoh kita
hidup di masyarakat ini pasti memerlukan sandang, pangan, dan papan. Tidak
semua dari kita dapat memenuhi kebutuhan tersebut secara langsung. Saat
membutuhkan pakaian, kita membeli pakaian di toko pakaian. Itu sudah merupakan
bukti bahwa kita membutuhkan orang lain.
Selain ukuwah islamiyah,
adapula ukhuwah insaniyah yang mempunyai arti dalam bahasa Indonesia yang
berarti hubungan antar sesama umat manusia dan
antara umat beragama, yang dapat menjalin hubungan yang baik dalam
segala aspek kehidupan meskipun terdapat perbedaan kepercayaan, karena
sejatinya kita adalah sebagai mahluk sosial yang tidaklah dapat hidup sendiri,
sehingga membuat kita selalu membutuhkan bantuan dari pertolongan orang lain.
Jika kita menjalankan ukhuwah insaniyah dengan baik dan benar maka kita sebagai
manusia akan dapat hidup secara harmonis dan rukun dalam segala aspek kehidupan
antar sesama manusia baik yang berkeyakinan sama maupun yang berbeda keyakinan
sehingga terhindar dari segala hal-hal yang dapat menyebabkan perselisihan
antar umat yang berbeda keyakinan ataupun berbeda agama. Kita harus bisa
menjalankan ukhuwah Islamiah dan ukhuwah insaniyah dengan baik dan seimbang.
Apabila kita menjalankan kedua ukhuwah diatas dengan baik dan seimbang, Insya
Allah kita akan menjalani kehidupan didunia dengan rukun dan penuh
keharmonisan. Selain itu, apabila kita dapat melaksanakan kedua ukhuwah diatas
dengan baik maka kita telah menjalankan tuntunan dari Rasulullah Muhammad S.A.W
sebagai umat Islam yang baik.
Terkadang kita tidak bisa
menghindari kesalahan yang terjadi. Tentu hal itu merupakan hal yang wajar bagi
pihak yang mau mengerti. Tetapi yang telah kita ketahui tidak semua ornga mau
memahami dan mengerti kesalahan tersebut dan akhirnya timbulah perselisihan.
Allah tidak senang apabila sesama manusia berselisih paham yang menjadikan
pertengkaran. Oleh karena itu Allah menganjurkan setiap orang untuk memperbaiki
hubungan yang sempat terkoyak karena perselisihan. Adapun dalil yang mendasari
pernyataan tersebut adalah :
QS : Al Anfal 1
Mereka
menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah:
"Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu
bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu, dan
ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang
beriman".
Selain
itu jika kita melihat adanya perselisihan maka sebagi umat yang baik sebaiknya
kita membantu meredam perselisihan tersebut agar tidak berlarut larut. Tentu
saja semua itu harus dibatasi dengan sikap yang sok ikut campur. Tetapi lebih
ke arah memberi saran sebagai seorang saudara dan teman. Sepeerti yang tertuang
dalam firman Allah :
QS : Al Hujurat 9
Dan jika ada dua golongan dari
orang-orang mu'min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu
dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka
perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali
kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah),
maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
BAB III
KEBERSAMAAN DALAM PLURALITAS
Dalam kehidupan
sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari orang lain, karena di dalam
pergaulannya tentu membutuhkan bantuan. Oleh karena itu, dalam bergaul dengan
orang lain hendaklah selalu berbuat baik kepada sesamanya. Hal itu sesuai
dengan firman Allah dalam Al Quran yang sebagai berikut.
QS : Al Isra’ 7
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi
dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu
sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami
datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk
ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan
untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
Memperhatikan ayat
diatas, apa pun perbuatan yang kita lakukan berarti kembali kepada diri kita
sendiri. Oleh sebab itu, manusia dalam sikap dan perilaku serta
ucapan-ucapannya harus baik dan mencerminkan sikap dan perilaku orang yang
beriman. Allah memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada
sesamanya, sebagaimana firman Allah SWT. Berikut ini
QS :An Nisa 36
Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan diri,
Allah memerintahkan berbuat
baik kepada sesama manusia tanpa pandang bulu, termasuk fakir miskin, bahkan
kepada hamba sahaya sekalipun. Berbuat baik (beramal saleh) dengan niat yang
ikhlas akan membuahkan ketenangan dan
ketentraman hidup, baik dilingkungan
tetangga maupun masyarakat. Allah membuktikan dalam firman-Nya berikut
ini
QS : Al Hujarat 10.
Sesungguhnya
orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
Orang mukmin itu
bersaudara seperti hubungan persaudaraan antara orang-orang seketurunan karena
sama-sama menganut unsure keimanan. Oleh karena itu, Allah memperingatkan
kepada sesama mukmin jangan sampai terjadi saling mencela seperti memanggil
nama seseorang dengan gelar yang buruk, sebagaimana firman Allah berikut ini.
QS Al Hujurat 11
Hai
orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain
(karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak
bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Sesama muslim dilarang
memanggil dengan panggilan yang buruk, bahkan sampai menyakiti hati yang punya
naa. Tidak pantaslah bagi seorang muslim untuk mencemooh saudaranya karena kita
semuanya berasal dari satu keturunan yaitu Adam dan Hawa. Allah berfirman
QS Al Hujurat 13
Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dari ayat diatas, dapat
kita ambil pelajaran bahwa manusia diciptakan Allah ke dunia ini terdiri atas
berbagai bangsa dan suku-suku, supaya saling kenal-mengenal antara satu dan
lainnya, bukan untuk saling mencemooh, dan saling berbuat keburukan. Allah
tidak mengukur kemuliaan seorang manusia dari keturunan atau dari kekayaannya,
tetapi dari ketakwaannya kepada Allah swt.
PENUTUP
I. Kesimpulan
Menarik
kesimpulan dari segala penjelasan pada bab diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwasannya Islam adalah agama penyempurna. Agama yang mengajarkan kepada
seluruh umatnya untuk terus menyempurnakan diri. Baik dari segi iman dan takwa
maupun dari segi hubungan social.
Islam mengajarkan sejak awal
tenntang pentingnya menjaga tali silaturahmi antara manusia satu dengan
lainnya, antara golongan satu dengan golongan lainnya. Antara masarakat satu
dengan masyarakat lainnya. Maksudnya adlah agar dalam menjalani kehidupan ini
serasa menyenangkan dan damai. Selain itu juga mengikuti kodrat sebagai manusia
sosial.
Pluralitas
atau kemajemukan yang terjadi adalah suatu tantangan bagi masyarakat untuk
tetap menjaga kesatuan dan persatuan. Dengan adnya perbedaan keinginan untuk
memisahkan diri karena meras dirinya lebih baik pasti banyak bermunculan. Entah
itu hanya sebagai kesombongan kecil ataupun sampai pada tingkata kekuasaan yang
akhirnya menimbulkan sifat otoriter.
Cara terbaik untuk menguatkan diri
sendiri dan umat Islam pada umumnya adlah dengan senantiasa meningkatkan iman
dan takwa kepada Allah swt. Dan disamping itu senantiasa berpegang teguh pada
ideology pancasila yang selalu berusha menegakkan persatuan dan kesatuan tumpah
darah tanah air Indonesia .
II. Saran dan Kritik
Semua manusia tak luput
dari kesalahan baik disengaja maupun yang tidak disengaja. Terlepas dari semua
kesengajaan dan ketidak sengajaan tersebut alangkah baiknya jika kita mengaca
pada diri sendiri. Apakah kita telah berusaha dalam arti sesungguhnya tidak
melakukan hal hal yang bersifat memntingkan diri sendiri dan mengabaikan orang
lain?Apakah kita sudah menjaga ukhuwah insaniyah dan ukhuwah islamiyah?Apakah
kita telah mampu melakukan toleransi ynag sebenarnya tanpa pamrih apapun
itu?Dalam hal ini penyusun hanya bias memberikan saran kepada masyarakat atau
paling tidak para pembaca makalah ini bahwasannya kita harus terus mencoba
melakukan yang terbaik dan terus menerus berusaha meningkatkan rasa toleransi
yang tidak berpamrih dan menegakkan Islam dalam artian keimanan diri dan
masyarakat lain.
Akan tetapi saran
tersebut dirasa hanya merupakan kata kata tak bermakna bilamana tidak ada orang
yang mau mengerti arti dan maksud penyusun. Masyarakat cenderung meremehkan
tulisan yang dirasa terlalu munafik.
Akhirnya yang bias
dilakukan penyusun adalah berharap bahwa semua umat muslim bias menjadi umat
yang lebih baik dari hari kemarin dan berusaha menjadi lebih baik di hari ini
dan esok. Kritik dan saran yang membangun senantiasa ditunggu keadaannya demi
kebaikan kita bersama.
DAFTAR PUSTAKA
·
Abdurrahman,
Muslim.2003.Islam sebagai Kritik Sosial.Jakarta : Erlangga.
·
Baidhawy,
Zakiyudin.2005.Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural.Jakarta : Erlangga.
·
Mufid,
Ahmad Syafi’I Drs.H.(et.al.).2002.Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan Agama
Islam.Jakarta : Yudhistira.
·
Muhammad,
Ahsin Sakho Dr. (et.al.).2005.Ensiklopedi
Tematis Al Qur’an : Akhlak.Jakarta : PT. Kharisma Ilmu.
·
Noor,
Mawardi (et.al.).2002.Garis GarisBesar Syariat Islam.Jakarta : Khoirul Bayan.
------------.2001.Al Qur’an dan
Terjemahnya.Semarang : CV. Asy
0 komentar:
Posting Komentar