A. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menggambarkan ekspansi GDP potensial atau output
nasional negara. Analisis mengenai pertumbuhan ekonomi meneliti faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan
output potensial dalam jangka panjang. Pertumbuhan output per kapita merupakan
sasaran penting pemerintah karena berkaitan dengan peningkatan rata-rata riil
pendapatan dan standar-standar hidup.
Dengan meninjau kembali pengalaman
bangsa-bangsa tanpa memperhatikan ruang dan waktu, dapat dilihat bahwa ekonomi
bergulir dengan empat roda pertumbuhan ekonomi, yaitu: (a) kuantitas dan
kualitas tenaga kerja, (b) keberlimpahan lahan dan sumber daya alam lainnya, (c)
persediaan modal terakumulasi, dan mungkin yang paling penting, (d) perubahan
teknologi dan inovasi yang memungkinkan adanya output yang lebih besar yang
diproduksi dengan input yang sama. Seringkali para ekonom membahas hubungan itu
sebagai fungsi produksi agregat (Aggregate Production Function / APF), yang
menghubungkan total output nasional dengan input dan teknologi. Secara aljabar
APF adalah:
Q = AF (K, L, R)
dimana Q =
output, K = jasa-jasa produktif modal, L = input tenaga kerja, R = input sumber
daya alam, A menggambarkan tingkat teknologi dalam ekonomi, dan F adalah fungsi
produksi.
Model-model klasik Smith dan Malthus
menguraikan perkembangan ekonomi dari sudut pandang lahan dan jumlah penduduk.
Ekuilibrium Malthusian tercapai apabila tingkat upah turun ke taraf nafkah
hidup cukup, yang jika di bawah taraf itu penduduk tidak dapat menopang
hidupnya. Akan tetapi, pada kenyataannya perubahan teknologi mempertahankan
kemajuan perkembangan ekonomi di negara industri dengan terus menggeser
produktivitas tenaga kerja ke atas.
Akumulasi modal dengan tenaga kerja
komplementer merupakan inti dari teori pertumbuhan modern dalam model
pertumbuhan neoklasik. Pendekatan ini menggunakan alat yang dikenal sebagai
fungsi produksi agregat, yang menghubungkan input dan teknologi dengan total
GDP potensial. Tanpa perubahan teknologi dan inovasi, peningkatan modal per
buruh (pendalaman modal) tidak akan diimbangi oleh peningkatan output per buruh
yang proporsional karena berkurangnya keuntungan atas modal. Karena itu,
penumpukan modal akan menurunkan tingkat keuntungan atas modal (sama dengan
suku bunga riil dalam persaingan bebas risiko) meskipun meningkatkan upah riil.
B. Kebijakan Pertumbuhan dan Stabilitas
Anggaran belanja adalah sistem yang
digunakan oleh pemerintah dan organisasi untuk merencanakan dan mengontrol pengeluaran
dan penerimaan. Anggaran belanja adalah surplus (atau defisit) ketika
pemerintah memiliki penerimaan yang lebih (atau kurang) dari pengeluaran.
Kebijakan makroekonomi bergantung pada kebijakan fiskal, yang mencakup
keseluruhan pembelanjaan dan pajak.
Keuangan publik modern membedakan
antara defisit struktural dan siklikal. Idenya sederhana: bagian struktural
anggaran belanja aktif,yang ditentukan oleh kebijakan seperti kebijaksanaan
berkenaan dengan taraf pajak, pekerjaan umum atau pengeluaran pendidikan, atau
ukuran pembiayaan pertahanan. Sebaliknya, bagian siklikal dari anggaran belanja
ditentukan secara pasif oleh keadaan siklus bisnis, yaitu sejauh mana tingkat
pendapatan dan output nasional tinggi atau rendah.
Anggaran
belanja aktual mencatat pengeluaran aktual, penghasilan dan defisit pada
waktu tertentu. Anggaran belanja
struktural menghitung apa yang akan terjadi dengan penghasilan,
pengeluaran, dan defisit pemerintah jika perekonomian dioperasikan pada output
potensial. Anggaran belanja siklikal
adalah perbedaan antara anggaran belanja aktual dan anggaran belanja
struktural. Anggaran belanja siklikal menghitung dampak siklus bisnis pada
anggaran belanja, memasukkan efek siklus pada penghasilan, pengeluaran, dan
defisit. Untuk mengkaji kebijakan fiskal, kita harus memperhatikan defisit
struktural; perubahan dalam defisit siklikal adalah hasil perubahan ekonomi, sementara defisit struktural adalah
penyebab perubahan ekonomi.
Negara-negara menghadapi dua
pertimbangan dalam menentukan kebijakan moneter dan fiskal; tingkat yang sesuai
dari permintaan agregat dan campuran moneter-fiskal. Campuran kebijakan moneter
dan fiskal membantu menentukan komposisi dari GDP. Strategi investasi tinggi
membutuhkan anggaran surplus dengan tingkat bunga riil yang rendah.
Setelah revolusi Keynesian, banyak
ahli ekonomi memiliki harapan tinggi pada kebijakan stabilisasi counter
siklikal. Dalam prakteknya, kebijakan fiskal terbukti meruoakan alat yang sulit
dipakai, terutama karena kesulitan meningkatkan pajak dan memotong pengeluaran
pada masa inflasi.
Tren saat ini pada negara-negara
adalah penargetan inflasi bagi kebijakan moneter, yang merupakan sistem
fleksibel berdasar aturan yang menentukan target inflasi jangka menengah
sementara mengijinkan adanya fleksibilitas jangka pendek ketika kejutan ekonomi
membuat upaya mempertahankan target inflasi kaku terlalu mahal.
Kemampuan suatu negara dalam
meningkatkan standar hidupnya sepanjang waktu tergantung hampir sepenuhnya pada
kemampuannya untuk meningkatkan teknologi dan modal yang digunakan angkatan
kerjanya. Mendorong pertumbuhan ekonomi melibatkan pemajuan teknologi. Peran
utama dari pemerintah adalah menjamin pasar bebas, melindungi hak milik
intelektual, mendorong kompetisi ketat, dan mendukung ilmu dan teknologi dasar.
0 komentar:
Posting Komentar