Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke
hadirat Alloh swt, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Indonesia dalam Globalisasi “. Dalam makalah ini penulis membahas dampak
globalisasi terhadap bahasa dan kebudayaan Indonesia. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, serta sebagai
sumbangsih pemikiran terhadap pudarnya kebudayaan oleh globalisasi yang
seharusnya menjadi pandangan hidup orang Indonesia. Dan semoga makalah ini
dapat menjadi sebuah pijakan berpikir untuk perubahan kearah yang lebih baik.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah mendukung hingga terselesaikannya penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Namun, besar
harapan kami agar tulisan ini diterima dan nantinya bermanfaat oleh semua
pihak.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Surabaya, Mei 2008
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Setiap bangsa di dunia memiliki ciri khas
dan pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain. Pandangan hidup merupakan
suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan bermasyarakat. Karena
manusia adalah makhluk social, pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang,
Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini , seseorang tidak akan
bertindak sesuka hatinya.
Berbeda dengan bangsa lain, bangsa
Indonesia mendasarkan pandangan hidup pada suatu asas cultural yang melekat
pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai cultural yang dimiliki bangsa Indonesia
merupakan hasil karya bangsa Indonesia itu sendiri yang menggambarkan keragaman
suku yang ada di Indonesia ini sesuai dengan pancasila sila ke-3 yang berbunyi
“persatuan Indonesia” .
Keragaman
ini tidak lantas membuat bangsa Indonesia menjadi terpecah belah, namun malah
sebaliknya. Terdapatnya banyak perbedaan di Indonesia malah membuat bangsa ini
menjadikan perbedaan tersebut sebagai alat pemersatu. Hal ini di perkuat dengan
adanya semboyan “bhinneka tunggal ika” yang mempunyai makna “berbeda-beda
tetapi tetap satu jua”.
Sejalan dengan perkembangan
zaman, kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa terhindar dari pengaruh
arus globalisasi yang sudah mendunia ini. Kemajuan teknologi semakin berkembang
dan canggih yang dapat mempermudah penyampaian informasi tanpa batas, sehingga
kebudayaan dari luar mudah masuk dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi
pola hidup masyarakat sehingga semakin lama kebudayaan bangsa sendiri semakin
terabaikan.
Hal ini diperkuat oleh
masyarakat Indonesia pada umumnya dan generasi muda khususnya, yang kebanyakan
kurang mencintai budaya dan bahasa nasional. Mereka beranggapan bahwa dengan
memakai produk asing dan menggunakan bahasa asing akan menimbulkan kebanggaan
tersendiri dan memperoleh pengakuan dunia modern. Dengan banyak nya generasi
muda saat ini yang banyak meniru perilaku bangsa luar dan mengabaikan budaya
Indonesia, bukan tidak mungkin suatu saat nanti budaya bangsa lama kelamaan
akan hanya menjadi sebuah kenangan saja.
1.2. Rumusan
masalah
1. Mengapa merk dan gaya berpakaian luar negeri lebih
diminati oleh sebagian besar orang Indonesia ?
2. Mengapa kebanyakan orang Indonesia
lebih bangga menggunakan bahasa inggris dari pada bahasa Indonesia ?
1.3. Tujuan Penulisan
1.4. Manfaat penulisan
1. Bagi
Mahasiswa
Agar mahasiswa tahu dan sadar bahwa
globalisasi memberikan dampak yang buruk jika tidak didahului dengan rasa cinta
tanah air
2. Bagi
masyarakat
Agar masyarakat menyadari bahwa
memaknai globalisasi tidak hanya terbatas pada budaya dan bahasa, tetapi masih
banyak hal lain yang kita adopsi di negara kita,teknologi misalnya, tanpa harus
meninggalkan bahasa dan budayanya sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
OPEC
sebenarnya sebuah organisasi bergengsi ketika OPEC mampu mengendalikan harga
minyak dengan kuotanya, namun saat ini OPEC sepertinya tidak banyak
mempengaruhi harga minyak. Juga ketika Indonesia sudah menjadi net importir
Indonesia masih tercatat sebagai anggota OPEC. Tetapi, menjadi net exportir
bukanlah syarat keanggotaan OPEC. Jadi sepertinya asalkan anggotanya masih
mengeksport minyak maka bisa menjadi anggota. Indonesia saat ini pun sebenarnya
juga masih mengeksport minyak namun juga mengimpor minyak, baik dalam bentuk
minyak mentah maupun BBM (refined).
OPEC merupakan kartel
negara-negara yang menginginkan harga minyak tetap tinggi, sehingga posisi
Indonesia yang juga sekaligus mengimpor minyak, malah berdampak negatif.
Indonesia terikat kewajiban membayar iuran cukup besar yang dikaitkan dengan volume produksi minyak. Meski Indonesia juga mendapat keuntungan ketika melakukan negosiasi dengan anggota OPEC lainnya. Namun mengkhawatirkan rencana tersebut merupakan upaya pemerintah mengalihkan perhatian publik dari isu kenaikan harga BBM. Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang mempertimbangkan keluar dari keanggotaan OPEC.
Indonesia terikat kewajiban membayar iuran cukup besar yang dikaitkan dengan volume produksi minyak. Meski Indonesia juga mendapat keuntungan ketika melakukan negosiasi dengan anggota OPEC lainnya. Namun mengkhawatirkan rencana tersebut merupakan upaya pemerintah mengalihkan perhatian publik dari isu kenaikan harga BBM. Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang mempertimbangkan keluar dari keanggotaan OPEC.
Indonesia kini tidak
lagi murni mengekspor minyak, tetapi juga negara pengimpor minyak dalam jumlah
cukup besar. Rencana keluar dari OPEC merupakan keputusan rapat kabinet di
Kantor Presiden yang juga mengambil keputusan akan menaikkan harga BBM
bersubsidi secara terbatas.
Namun, Indonesia mempertimbangkan kembali menjadi anggota OPEC, setelah produksi minyak meningkat dalam beberapa tahun mendatang.
Namun, Indonesia mempertimbangkan kembali menjadi anggota OPEC, setelah produksi minyak meningkat dalam beberapa tahun mendatang.
Pokok masalahnya
adalah warga Indonesia itu tidak mau diajak maju dan tidak mau berkorban
sedikit saja seperti persoalan pembagian gas gratis. Tinggal beli kompor sama
gas 15000 tiap minggu saja tidak mau padahal pendapatannya akan meningkat
karena menggunakan kompor gas karena lebih cepat matang bagi yang jualan
gorengan atau masakan lain. Kembali ke permasalahan semula, memang subsidi
minyak harus dikurangi atau mungkin dihilangkan karena itu akan membuat negara
makin miskin saja.Yang harus dilakukan pemerintah sekarang adalah mengurangi
rasa sayang yang berlebihan kepada rakyatnya dengan menaikkan harga minyak
semaksimal mungkin atau paling tidak mengurangi subsidi BBM karena negara kita
perlu uang untuk membuka sesuatu yang spesial di mata dunia seperti pembutan
pesawat terbang jadi Indonesia tidak perlu impor pesawat lagi dari luar.
Sebaiknya tidak keluar karena apa?
1.
Indonesia mendapat keuntungan di OPEC untuk impor minyak karena negosiasi bisa
lebih mudah
2.
Indonesia masih berpeluang untuk meningkatkan produksi minyak
3.
Indonesia sudah mendapat status anggota penuh, jika misal keluar dari
keanggotaan OPEC untuk kembali masuk akan susah.
4. Isu keluar dari OPEC sebenarnya hanya cara pemerintah untuk
mengalihkan isu kenaikan BBM
Indonesia
saat ini memang sedang kesulitan berat dalam pengelolaan sumberdaya energi.
Saat ini kebutuhan energi didalam negeri hampir 40% masih didominasi oleh
minyak bumi. Sedangkan sisa lainnya dipenuhi dari batubara (yang mulai
meningkat sejak 1980an), Gas lebih banyak dijual karena biasanya gas itu dijual
dengan sistem kontrak. Karena sistem kontrak ini, maka harga gas tidak bisa
serta-merta naik seperti harga minyak.
Harga
minyak yang saat ini disekitar 120USD/barrel sudah tidak realistis. Karena
harga minyak saat ini pun sudah menggunakan “future trading” atau sistem
ijon. Membeli untuk kebutuhan tiga bulan mendatang. Dan karena “ketakutan”
tidak mendapat jatah di masa mendatang inilah yang menyebabkan harga minyak
menanjak. Demikian juga dengan batubara yang ikutan melonjak. Tapi lagi-lagi
gas yang menjadi andalan eksport Indonesia tidak bisa menolong kenaikan harga
energi ini.
Fluktuasi
harga minyak saat ini banyak yang menduga akibat beberapa faktor antara ain
supply minyak yang terganggu akibat produksi Shell di Nigeria, nilai US dollar
yang melemah, serta kebutuhan (demand) dimasa mendatang yang tidak pasti
atau keraguan mendapatkan pasokan energi primer.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti telah diuraikan dalam
bab pendahuluan sebelumnya, globalisasi memiliki dampak yang sangat luas sekali
dan berpengaruh tidak hanya pada satu atau dua bidang saja. Dampak globalisasi
dapat berpengaruh dalam berbagai bidang, misalnya dalam bidang ekonomi, sosial
budaya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini penulis
membatasi permasalahan yang akan dibahas.
Dalam bab ini yang akan
dibahas adalah dampak dari globalisasi terhadap budaya dan bahasa, yaitu sejauh
mana globalisasi ini mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia berkaitan
dengan dua hal tersebut. Dalam pembahasan mengenai kedua ruang lingkup
permasalahan dari dampak globalisasi, yaitu budaya dan bahasa, penulis
mengambil satu contoh untuk
masing-masing permasalahan.
Untuk pembahasan mengenai
dampak globalisasi terhadap budaya, penulis mengambil contoh penggunaan merek
dagang luar negeri yang lebih banyak diminati oleh masyarakat Indonesia
akhir-akhir ini. Sedangkan untuk pembahasan mengenai dampak globalisasi
terhadap bahasa, penulis mengambil contoh bahasa Inggris yang sekarang ini
semakin banyak digemari oleh generasi muda bangsa ini untuk dipelajari
dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Pembahasan lebih lanjut tentang
permasalahan tersebut akan dijelaskan dalam bab ini.
Globalisasi dan budaya
Globalisasi mempengaruhi hampir semua
aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya.
Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai
(values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh
warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi
berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam
alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila
disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada
dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran
dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian,
film dan lain lain merupakan
salah satu ciri berkembangnya
globalisasi kebudayaan. Mode merupakan
salah satu poin yang berkembang sangat pesat dan dapat dilihat secara kasat
mata di Indonesia yang merupakan negara dengan aliran informasi tinggi sebagai
sarana penyalur globalisasi.
·
Budaya berpakaian masyarakat Indonesia jaman
dahulu
Kebaya adalah blus tradisional yang dikenakan oleh
wanita Indonesia dan Malaysia yang terbuat dari bahan tipis yang dikenakan
dengan sarung,
batik,
atau pakaian rajutan tradisional lainnya seperti songket
dengan motif warna-warni. Dipercaya
kebaya berasal dari Tiongkok ratusan tahun yang lalu. Lalu menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatera,
dan Sulawesi.
Setelah akulturasi yang berlangsung ratusan tahun, pakaian itu diterima di
budaya dan norma setempat.
Sebelum 1600, di Pulau Jawa,
kebaya adalah pakaian yang hanya dikenakan keluarga kerajaan di sana. Selama
masa kendali Belanda di pulau itu, wanita-wanita Eropa mulai mengenakan kebaya
sebagai pakaian resmi. Selama masa ini, kebaya diubah dari hanya menggunakan
barang tenunan mori menggunakan sutera dengan sulaman warna-warni.
·
Pengaruh globalisasi terhadap
fashion Indonesia
Seiring berkembangnya zaman dan semakin pesatnya pesat dan cepatnya
pertumbuhan globalisasi di Indonesia ,
pakaian adat Indonesia tidak
lagi digemari oleh masyarakat Indonesia .
Fashion dunia saat ini sedang trend sebagai imbas globalisasi yang begitu
cepatnya berputar dalam masyarakat Indoneia, inilah penyebab utama semakin
tersisihnya kebaya dan batik sebagai pakaian tradisional Indonesia . Merek-merek luar negeri lebih dominan dan
lebih di gemari oleh konsumen pakaian dalam dunia fashion daripada merek dalam
negeri. Merek luar seakan memiliki prestige tersendiri bagi si pemakai. Sungguh
ironi bagi Indonesia yang memiliki begitu banyak keanekaragaman budaya serta
banyaknya penduduk yang seharusnya dapat menjadi sumber kreativitas yang tak
terbatas.
Penampilan menyiratkan kepribadian bisa
dijadikan ungkapan yang tidak asing di telinga tetapi memang tidak selamanya
benar. Segala aktifitas kehidupan manusia menjadi obyek fashion mengingat
pakaian dan perlengkapanya sudah menjadi kebutuhan mendasar sejak manusia
dilahirkan bahkan bisa menjadi simbol identitas. Merek luar yang lebih popular
di kalangan Indonesia pun lama-kelamaan akan menjadi gaya hidup yang dapat
menggerus rasa nasionalisme dan kebanggaan akan budaya Indonesia. Oleh karena
itu, penjualan produk dalam negeri pun menurun.
Alasan-alasan mengapa masyrakat Indonesia
lebih menyukai produk serta merek luar negeri adalah:
1. Otak masyarakat sudah terkontaminasi dengan pikiran bahwa merek Indonesia itu jelek,
merek luar lebih bagus mutunya daripada merek lokal. Mutu pakaian Indonesia
sangat kalah jauh dibanding merek dalam negeri. Padahal, merek-merek luar itu
sebenarnya dibuat dan diolah di Indonesia, baru dikirim ke luar untuk diberi
merek.
2.
Harga
merek luar dan merek lokal bersaing ketat sedangkan mutu merek lokal sangat
rendah. Sehingga masyarakat berpikir lebih baik membeli merek luar yang
terjamin mutunya dengan harga yang relatif sama dengan merek lokal yang
bersifat mudah rusak dan sementara. Indonesia tidak memiliki strategi harga pasar.
3. Merek luar biasanya dikaitkan dengan harga yang melambung tinggi,
sehingga hanya orang-orang dengan berpenghasilan tinggi saja yang mampu membeli
merek luar tersebut. Hal
inilah yang menimbulkan prestige luar biasa pada siapa saja yang menggunakan
merek luar. Padahal, banyak merek luar yang telah dibajak pedagang lokal untuk
meningkatkan penjualan.
4. Tidak ada proteksi merek lokal oleh
pemerintah Indonesia. Pembajakan
sendiri telah menjadi budaya di Indonesia. Tidak hanya merek luar saja yang
dibajak, merek lokal pun juga telah dibajak oleh pihak tak bertanggung jawab. Bagaimana kita mau berkembang jika merek
lokal buatan anak negeri saja juga dibajak. Padahal, merek lokal itulah yang
nantinya menjadi ikon yang mengingatkan kita kepada bangsa Indonesia.
5. Tidak banyak merek-merek fesyen yang
dikhususkan untuk anak-anak hadir di Indonesia. Apalagi yang desainnya dibuat
oleh perancang lokal. Kebanyakan merek pakaian anak memang berasal dari
mancanegara. Untuk urusan ini, Indonesia tampaknya memang tertinggal. Padahal,
banyak perancang lokal berprestasi dan ikut ajang fesyen internasional.
Masalahnya, desainer umumnya fokus pada kebutuhan orang dewasa. Padahal,
peluang memasarkan produk, termasuk dengan target market anak-anak, terbuka
lebar di negara dengan penduduk banyak seperti Indonesia.
6.
Pemikiran bahwa pemakaian kain
batik, kebaya, serta pakaian adat lainnya dianggap ketinggalan jaman serta
pemakainnya yang tidak praktis serta tidak nyaman. Kurangnya inovasi di fashion
Indonesia telah mengurangi
minat konsumen untuk membeli pakaian yang mencerminkan budaya Indonesia .
Globalisasi dan Bahasa
Bahasa adalah sebuah alat bagi manusia untuk bisa berinteraksi
(komunikasi) dengan manusia yang lain. Bahasa menunjukkan pula ciri suatu
bangsa dan budaya di sebuah negara. Seiring perkembangan hidup manusia yang
bergerak ke arah yang lebih maju, bahasa secara langsung akan ikut berkembang
mengikuti perkembangan hidup manusia sesuai dengan kebutuhan manusia itu
sendiri.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional telah menyemangati para
pejuang kemerdekaan dalam menyalakan api perjuangan. Bahasa Indonesia mampu menyatukan berbagai kelompok
etnis yang berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasa dalam satu kesatuan
bangsa. Semangat itu telah menjiwai para pejuang pada Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928 di Jakarta. Dalam Sumpah Pemuda itu dinyatakan pengakuan terhadap satu
tanah air dan satu bangsa Indonesia, serta menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Pernyataan ketiga itu mengandung makna: (1) pengutamaan bahasa
Indonesia di atas kepentingan bahasa-bahasa lain dan (2) memberi peluang
penggunaan bahasa asing untuk keperluan tertentu.
Kita ketahui bersama-sama bahwasanya saat
ini kondisi masyarakat Indonesia maupun dunia sudah memasuki apa yang disebut
era globalisasi. Pengertian globalisasi adalah proses alamiah yang akan membawa
seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan
satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan dengan menyingkirkan batas-batas
geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat. Termasuk di dalamnya
"keharusan" semua bangsa di dunia hanya menggunakan satu bahasa
universal yaitu bahasa Inggris. Artinya, bahwa secara implisit proses
globalisasi akan membuat dunia menjadi seragam dan menghapus identitas maupun
jati diri suatu bangsa. Kebudayaan lokal termasuk bahasa nasional (Indonesia)
akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya global.
Bahasa Indonesia yang berposisi sebagai
bahasa nasional sangat berperan penting dalam menentukan perkembangan bahasa
itu sendiri. Namun, realita yang ada saat ini mengimperatifkan kenyataan
perkembangan bahasa nasional di Indonesia, tingkat pemakaiannya dalam kehidupan
sehari-hari semakin menunjukkan kemunduran. Hal ini disebabkan selain tingkat
pemahaman yang kurang terhadap bahasa Indonesia, mayoritas masyarakat lebih
memilih menggunakan bahasa asing (khususnya bahasa Inggris) untuk digunakan dalam
tuturan sehari-hari. Penggunaan bahasa asing makin mendesak ruang penggunaan
bahasa Indonesia. Kebanggaan masyarakat akan bahasa Indonesia sebagai lambang
jati diri bangsa telah memudar di sebagian anggota masyarakat dan era
globalisasi perlahan-lahan akan mengikis kecintaan masyarakat terhadap bahasa
Indonesia. Sebagai
contoh: sering kita lihat anak muda Indonesia lebih suka mengucapkan mal (baca
: mol), daripada pusat perbelanjaan. Mereka berpandangan bahwa di era
globalisasi, memakai bahasa asing dalam tuturan sehari-hari lebih menjanjikan,
prestisius (keren), dan menguntungkan dalam segi ekonomi.
Hal ini juga dibuktikan dengan banyaknya fenomena-fenomena negatif yang
masih terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia antara lain sebagai berikut
:
a. Banyak orang
Indonesia memperlihatkan dengan bangga kemahirannya menggunakan bahasa Inggris,
walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
b. Banyak orang
Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing (Inggris) tetapi
tidak pernah merasa malu dan kurang apabila tidak menguasai bahasa Indonesia.
c. Banyak
orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya
karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
d. Banyak
orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai daripada yang lain karena telah
menguasai bahasa asing (Inggris) dengan fasih, walaupun penguasaan bahasa
Indonesianya kurang sempurna.
Tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia terletak di tangan
pemakai bahasa Indonesia sendiri. Baik buruknya dan maju mundurnya bahasa
Indonesia merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku sebagai warga
negara Indonesia yang baik. Setiap warga negara Indonesia harus bersama-sama
berperan serta dalam membina dan mengembangkan bahasa Indonesia itu ke arah
yang positif. Usaha-usaha ini, antara lain dengan meningkatkan kedisiplinan berbahasa
Indonesia pada era globalisasi ini, yang sangat ketat dengan persaingan di
segala sektor kehidupan. Maju bahasa, majulah bangsa. Kacau bahasa, kacau pulalah
bangsa. Keadaan ini harus disadari benar oleh setiap warga negara Indonesia
sehingga rasa tanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia akan tumbuh dengan subur di sanubari setiap pemakai bahasa Indonesia.
Rasa cinta terhadap bahasa Indonesia pun akan bertambah besar dan
bertambah mendalam. Sudah barang tentu, ini semuanya merupakan harapan
bersama, harapan setiap orang yang mengaku berbangsa Indonesia.
Oleh karena itu, selain peran
aktif dari penutur dengan terus menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari, peran yang sangat penting dalam mengantisipasi musnahnya bahasa
Indonesia adalah pemerintah. Dalam hal ini, kebijakan-kebijakan strategis pemerintah terhadap upaya
pelestarian bahasa-bahasa nasional di Indonesia, menjadi kata kuncinya. Sebagai
pengatur regulasi, pemerintah harus bisa memopulerkan kembali pemakaian bahasa
nasional kepada masyarakat penuturnya. Salah satu upaya menjaga agar bahasa
Indonesia tidak tergeser oleh bahasa-bahasa asing (khususnya bahasa Inggris)
ialah pengukuhan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di tengah-tengah
masyarakat pendukungnya, yaitu di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Upaya
menanamkan rasa kecintaan terhadap bahasa kebangsaan itu, antara lain,
dilakukan melalui peningkatan mutu kampanye “penggunaan bahasa Indonesia secara
baik dan benar” ke seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, menjadikan bahasa
Indonesia menjadi bahasa resmi di tiap daerah-daerah. Pemerintah juga terus
melakukan pengajaran kepada masyarakat tentang bahasa Indonesia karena
pengajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan penguatan identitas lokal dan
melindungi budaya-budaya daerah serta mengembangkan dan meningkatkan konsep
pluralisme serta toleransi masyarakat. Sehingga, bahasa Indonesia akan mampu menjadi bahasa pengantar perdagangan
bebas di bumi Indonesia pada era globalisasi. Upaya perluasan penggunaan bahasa
Indonesia ke luar masyarakat Indonesia merupakan langkah memperbaiki citra
Indonesia di dunia internasional melalui peningkatan mutu pengajaran bahasa
Indonesia untuk penutur asing yang pada gilirannya akan menjadikan bahasa
Indonesia sebagai bahasa perhubungan luas di dunia internasional.
0 komentar:
Posting Komentar