Belakangan ini persaingan tarif telepon selular sudah semakin marak.
Tawaran-tawaran menarik dari operator, mulai tarif murah per menit, perdetik
bahkan sepuasnya (asalkan sambungan tidak putus ditengah jalan, jika demikian
pelanggan akan memulai tarif baru dari awal ) agaknya semakin membingungkan
konsumen untuk menentukan tarif mana yang sebenarnya lebih murah.
Seperti diketahui, harga adalah satu-satunya faktor dari 4P (bauran
pemasaran) yang dapat dirubah dan dirasakan pengaruhnya dengan seketika. Tidak
seperti faktor yang lain seperti, produk, distribusi atau promosi, harga adalah
satu-satunya faktor bauran pemasaran yang menghasilkan pemasukan ke perusahaan (creating
revenue), sedan 3P yang lain (produk, place, promotion) adalah
biaya (costs ). Jadi jelas sangatlah nikmat untuk berkompetisi lewat
harga, apalagi jika operator besar dengan modal yang besar pula karena terbukti
efisien (tepat sasaran, setidaknya pada jangka pendek) dan hasilnya anda bisa
lihat seketika.
Biasanya sebelum konsumen membeli suatu produk baru, mereka akan melalui
beberapa tahapan seperti, pengenalan (awareness), ketertarikan (interest),
pertimbangan (evaluation), pencobaan (trial) dan
pemakaian/penolakan (adopt/reject). Agaknya dengan iklan-iklan tersebut
pelaku pasar hendak mencari jalan pintas untuk mendorong konsumen hingga ke
tahap interest (ketertarikan) dalam waktu singkat, sedang yang harus disadari
masih ada beberapa tahap lagi yang sangat krusial seperti, evaluasi, pencobaan
dan pengambilan, yang mana perlu usaha extra dari sekedar menawarkan harga
murah.
Perang harga tersebut mungkin saja dinikmati oleh konsumen tapi sebenarnya
jika dibiarkan lebih lanjut hal ini bisa mengarah ke situasi-situasi tertentu,
suatu keadaan dimana kedua belah pihak tidak akan diuntungkan. Pelaku bisnis
tentunya akan dipaksa beroperasi dengan margin rendah karena pasar yang sangat
kompetitif. Kebanyakan konsumen yang diuntungkan justru konsumen lama bukan
konsumen baru, hal ini dikarenakan mereka sudah lebih kenal (aware)
dengan brand tersebut.
Konsumen tentunya tidak dapat melihat perbedaan (differensiasi)
yang mendasar diantara produk yang ditawarkan operator karena semua hanya
berbeda pada harga saja. Sehingga mudah ditebak, konsumen akan menjadi tidak
loyal dan hanya membeli sewaktu ada promosi saja.
Pelaku bisnis operator telekomunikasi yang tepat
hendaknya berani mengambil inisiatif untuk mendifferensiasikan produknya,
membuat segmentasi yang jelas, membangun ekuitas brandnya, di pasar yang ’akan
menuju ke arah komoditas ini’ sehingga mendapat keuntungan dari margin yang
lebih besar dari pelaku pasar yang lain. Mereka tidak hanya memperhatikan
investasi pada harga saja tapi juga tidak melupakan investasi lain untuk
membangun kekuatan merek. Dengan demikian mereka akan memiliki konsumen yang
lebih loyal dan tidak termotivasi karena harga saja.
0 komentar:
Posting Komentar