Abstrak
Merek adalah
identifikasi sebuah produk yang ditumpahkan ke sebuah nama, logo, desain atau
hal – hal lain yang dapat mewakili atribut, manfaat, nilai, budaya, kepribadian,
dan pemakai produk tersebut. Pandangan konsumen terhadap sebuah merek,tidak
lepas dari bagaimana perusahaan menciptakan pandangan tersebut kepada konsumen.
Menurut beberapa penelitian pemberian merek pada suatu produk dapat menarik
loyalitas konsumen dan mengubah sikap konsumen. Loyalitas konsumen merupakan
salah satu hal penting yang dapat mendorong suatu perusahaan mencapai tujuannya.
Loyalitas konsumen membawa banyak sekali keuntungan bagi perusahaan, misalnya
meningkatkan penjualan perusahaan, mengurangi biaya penjualan, dan dapat
mempengaruhi orang lain untuk menikmati produk yang sama. Loyalitas konsumen
tersebut dapat saja berubah diikuti dengan perubahan sikap konsumen jika suatu
saat merasa merek produk perusahaan tersebut menjadi kurang baik di mata
konsumen atau merasa ada merek dari produk lain yang lebih baik di mata
konsumen. Adalah sebuah tanggung jawab yang besar bagi sebuah perusahaan
menjaga merek mereka agar tetap baik di mata konsumen, karena merek identik
dengan produk tersebut.
Kata Kunci:Merek, Konsumen, Produk, Loyalitas
Konsumen, Sikap Konsumen.
I.`Pendahuluan
Era globalisasi
yang telah mempengaruhi segala aktivitas ekonomi di dunia memberikan peluang
yang besar dan tantangan yang tinggi pula bagi semua perusahaan. Keadaan ini
menciptakan pasar yang lebih luas bagi pelaku ekonomi, namun di sudut pandang
berbeda keadaan ini juga menciptakan persaingan yang semakin kuat dan kejam,
mengingat para konsumen juga mendapatkan informasi dan komunikasi yang semakin
canggih (Tony dan Tumpal, 2005).
Istilah loyalitas
pelanggan menunjukkan pada kesetiaan pelanggan pada objek tertentu, seperti
merek, produk, jasa, atau toko. Pada umumnya merek seringkali dijadikan sebagai
objek loyalitas pelanggan. Loyalitas merek mencerminkan loyalitas pelanggan
pada merek tertentu (Rully,2006). Pelanggan mempunyai banyak alasan mengapa dia
harus menjadi pelanggan yang setia pada merk tertentu. Dan menjadikan sebuah
merek pada produk seperti itu tidaklah mudah bagi suatu perusahaan.
Merek yang paling
kuat menyajikan lebih daripada sekedar daya tarik rasional: merek tersebut
mengandung kekuatan emosional (Kotler,2005:83). Maksudnya,yaitu pada saat merek
menyentuh emosional konsumen dan membawa konumen jauh ke dalamnya, bukan hanya
sekedar memperlihatkan atribut-atribut tertentu saja.
Merek mempunyai
peranan yang penting bagi loyalitas dan sikap konsumen, karena merek dari sudut
pandang konsumen adalah sebuah nilai, janji, kepribadian, serta harapan. Merek
pada produk tertentu mempunyai kekuatan untuk menarik loyalitas konsumen,
karena mempunyai karakteristik tertentu yang digemari oleh konsumen tertentu
pula. Adalah sebuah tanggung jawab perusahaan untuk tetap menjaga nama baik
merek tersebut di mata konsumen.
II. Pengertian
Merek
Di masa lalu,
banyak perusahaan mengeluarkan merek untuk salah satu produk mereka. Banyak
sekali, perusahaan di antara mereka yang mendapat efek yang kurang baik dari
keberadaan merek yang mereka beri untuk produk tersebut, bahkan tidak sedikit
perusahaan yang menyadari penyebabnya. Hal-hal seperti itu disebabkan oleh
pemberian merek yang tidak tepat terhadap produk tersebut, mungkin saja merek
tersebut terdengar lucu, pengucapan yang sulit, atau tidak mempunyai arti.
Pemberian nama
merek, telah menjadi masalah perusahaan yang sangat penting dalam strategi produk.
Pemberian nama merek adalah sesuatu yang dilakukan perusahaan diikuti investasi
jangka panjang berupa periklanan, promosi, penjualan, dan pengemasan (Yunita,2001).
Merek adalah nama,
istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi hal – hal tersebut, yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau
sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler, 2005:82).
Merek bisa berupa
nama, merek dagang, logo atau simbol lain. Merek menjadi alat untuk mengidentifikasikan
penjual atau pembuat merek. Selain itu, merek sebenarnya merupakan janji
penjual untuk secara konsisten memberikan gambaran, manfaat dan jasa tertentu
pada pembeli. Merek – merek terbaik memberikan jaminan kualitas, lebih dari
sekedar simbol .Merek mempunyai enam pengertian, yakni (Kotler, 2005:82) :
- Merek mengingatkan pada atribut
atribut tertentu, contoh mercedes menyatakan sesuatu yang mahal, terancang
baik, tahan lama, bergengsi tinggi, nilai jual kembali yang tinggi, cepat
dan lain-lain.
- Merek menggambarkan manfaat suatu produk,
merek lebih dari atribut, karena pelanggan tidak membeli atribut melainkan
membeli manfaat. Contoh atribut tahan lama pada produk Mercedes
menunjukkan manfaat fungsional untuk tidak perlu membeli mobil baru dlm periode
tertentu.
- Menyatakan sesuatu tentang nilai
produsen, Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan
lain-lain.
- Mewakili budaya tertentu, Mercedes
mewakili budaya jerman : terorganisai, efisien dan kualitas tinggi.
- Mencerminkan kepribadian tertentu,
jika Mercedes diumpamakan seseorang, maka Mercedes mencerminkan seorang
pimpinan yang masuk akal.
- Merek menunjukkan jenis konsumen yang
membeli atau menggunakan produk tersebut. Pemakainya adalah orang-orang
yang menghargai nilai, budaya, dan kepribadian produk tersebut.
III. Konsep
Loyalitas Merek dan Sikap Konsumen
Bagaimana kita
memahami loyalitas konsumen, kita juga semestinya membutuhkan pemahaman tentang
dasar-dasar pembelajaran konsumen, alasan kenapa kita membutuhkannya karena
teori pembelajaran memfokuskan pada perilaku konsumen dan konsistensinya
sepanjang waktu, penjelasan tersebut memberikan gambaran bahwa pembelajaran,
kebiasaan, dan loyalitas merupakan konsep yang saling berhubungan (Rully,2006).
Dalam konsep proses membangun sebuah hubungan emosional dengan sebuah merek,
hal yang penting ialah membangun kepercayaan pada merek. (Paul, 2002:109)
Penelitian yang
mengambil objek tentang loyalitas pelanggan telah menggunakan berbagai ukuran keprilakuan (behavioral measurements). Loyalitas
berdasarkan ukuran keprilakuan didefinisikan sebagai pembelian ulang (repeat purchase), proporsi pembelian,
serangkaian pembelian, dan probabilitas pembelian (Dick dan Basu,1994).
Menurut Dick dan
Basu (1994), hubungan antara sikap relatif dan pembelian ulang menghasilkan
empat tipe loyalitas pelanggan. Keempat tipe loyalitas pelanggan itu adalah true loyalty (loyalitas sesungguhnya), latent loyalty (loyalitas yang
tersembunyi), spurious loyalty
(loyalitas palsu), dan no loyalty (tidak
adanya loyalitas).
Repeat Patronage
High Low
Loyalty
|
Latent Loyalty
|
Spurious Loyalty
|
No Loyalty
|
High
Relative
Attitude
Low
Gambar III.1. Hubungan Sikap Relatif pada
Pembelian Ulang
Sumber: Dick dan
Basu(1994)
Gambar tersebut
menjelaskan loyalitas yang sejati dan benar-benar (true loyalty) terjadi karena pembelian ulang yang tinggi dan
diikuti oleh sikap relative yang tinggi. Hal ini terjadi karena konsumen sudah
mengetahui adanya perbedaan pada kualitas produk tersebut dibanding dengan
kualitas dari produk pesaing lain, sehingga konsumen memiliki tingkat pembelian
yang tinggi. Spurious loyalty terjadi
saat konsumen memiliki pembelian yang tinggi sedangkan sikap relatifnya
tergolong rendah. Hal itu disebabkan oleh
hanya ada satu merek tersebut saja yang tersedia dan ditawarkan di
pasar. No loyalty, terjadi di saat
konsumen memiliki sikap relatif yang rendah dan diikuti oleh pembelian ulang yang rendah juga. Penyebab
terjadinya tidak adanya loyalitas adalah perasaan tidak adanya perbedaan merek
produk tersebut dengan merek yang lain pada konsumen. Laten loyalty, yaitu pembelian ulang rendah meskipun mempunyai
sikap relatif yang tinggi. Penyebab hal tersebut adalah pengaruh situasional
yang mempengaruhi tingkat pembelian konsumen tersebut.
IV. Tantangan Loyalitas dan Sikap Konsumen
Menghadapi Pengaruh Keberadaan Merek
Pertanyaan yang
paling pertama terucap ketika produk akan dipasarkan untuk pertama
kali adalah, apakah produk ini menggunakan merek atau tidak? Mungkin
pada awalnya,tidak banyak produk yang menggunakan merek, dan konsumen hanya
mengandalkan integritas penjual tersebut. Tetapi, apa jadinya bila sekarang
masih ada produk yang tidak mempunyai merek, mungkin konsumen akan
berpikir beberapa kali untuk membeli
produk tersebut.
Sebuah hal yang
harus dipetimbangkan penjual sehingga memberi merek buat produknya, karena
penggunaan sebuah merek dapat menarik pembeli-pembeli menjadi konsumen yang
mempunyai loyalitas yang tinggi dan menjadikan penjual menerima banyak
keuntungan. Loyalitas konsumen membuat seorang penjual tidak perlu takut lagi
menghadapi persaingan dari beribu-ribu penjual yang lainnya (Kotler,2005:89).
Mengingat
pertumbuhan pasar global yang makin pesat, produsen sudah semestinya membuat
merek yang bisa diterima secara global. Dengan begitu, sikap konsumen dapat
menerima dan dapat menumbuhkan rasa loyalitas terhadap merek tersebut.
Menurut Kotler
(2005:95-96), selain melalui internet dan TV, beberapa untuk menarik perhatian
para konsumen terhadap merek, maka pemasar melakukan 11 hal, yaitu:
- Hubungan masyarakat dan siaran pers
- Kesediaan menjadi sponsor pada acara
tertentu
- Klub dan komunitas konsumen
- Kunjungan pabrik
- Pameran dagang
- Pemasaran acara
- Membangun fasilitas umum
- Pemasaran tujuan sosial
- Nilai yang tinggi untuk uang
- Kepribadian pendiri atau selebriti
- Pemasaran melalui ponsel
Perilaku konsumen
yang selalu konsisten terhadap suatu merek tertentu dalam jangka yang panjang
menggambarkan loyalitas konsumen dan sikap yang baik dari konsumen terhadap
merek dari produk tertentu. Konsumen yang loyal inilah yang menjadi sebuah
pentuk pedoman bagi kinerja sebuah perusahaan. Oleh karena itu, loyalitas
konsumen pada merek menjadi salah satu perncanaan pasar strategic dalam jangka
panjang dan menjadi basis penting bagi pengembangan keunggulan bersaing yang
berkelanjutan (Rully,2006).
V. Kesimpulan
Karakteristik
merek mempunyai peran penting dalam menentukan pelanggan percaya atau tidak
terhadap suatu merek. Pemberian merek dapat menjadi sebuah hal yang efektif
untuk dapat mempengaruhi loyalitas dan sikap konsumen.
Kepercayaan
konsumen pada merek menggambarkan komponen yang sangat penting dari sebuah
loyalitas merek. Loyalitas merek akan membawa kembali konsumen untuk
mengkonsumsi produk yang sama di masa depan dan memungkinkan mereka akan
merekomendasikan produk tersebut pada orang lain. Selain itu loyalitas terhadap
merek akan membawa penjual jauh dari kekhawatiran terhadap persaingan.
Setiap penjual,
tentu saja menginginkan konsumen memiliki true
loyalty, yaitu pelanggan mempunyai sikap relatif yang tinggi dan diikuti
oleh pembelian ulang yang tinggi pula. Karena itu, penjual melakukan banyak usaha
untuk bisa menarik perhatian konsumen pada merek.
Referensi
Anggraini, Y., 2001. ‘Dampak Merek Asing pada
Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Produk’, Telaah Bisnis, 2(2)99-114.
Dick, A.S. and Basu, K. 1994. ‘Costumer Loyalty:
Toward an Integrated Conceptual Framework’, Journal of the Academy of Marketing
Science, 22(2):99-113.
Kotler, P., 2003. Marketing Management. Eleventh edition, New Jersey, Prentice Hall
Inc.
Paul, T., 2002, Advanced Brand Management: from vision to valuation, Singapore,
John Wiley & Son, Pte Ltd.
Rully, A.T.,2006. ‘Brand Trust Dalam Konteks
Loyalitas Merek: Peran karakteristik Merek, Karakteristik Perusahaan, Dan
Karakteristik Hubungan Pelanggan-Merek’, Jurnal Manajemen, 6(1):63-76.
Sitinjak, T. dan Silitonga, T., ‘Pengaruh Citra
Merek dan Sikap Merek Terhadap Ekuitas Merek, Jurnal Ekonomi Perusahaan,
12(2):166-182.