I.`Pendahuluan
Sebuah produk hendaknya
memiliki suatu image yang dicerminkan
oleh sebuah merek sehingga menggambarkan karakteristik dirinya dengan
mengandalkan kemodernan dan meninggalkan paradigma kuno. Dengan image tersebut, maka produk tersebut
diharapkan dapat setidaknya masuk dalam benak konsumen yang tentunya dapat
dijadikan kekuatan perusahaan untuk bersaing di kancah persaingan global
(Tandjung, 2004:144).
Era globalisasi yang telah
mempengaruhi segala aktivitas ekonomi di dunia memberikan peluang yang besar
dan tantangan yang tinggi pula bagi semua perusahaan. Keadaan ini menciptakan
pasar yang lebih luas bagi pelaku ekonomi, namun di sudut pandang berbeda
keadaan ini juga menciptakan persaingan yang semakin kuat dan kejam, mengingat
para konsumen juga mendapatkan informasi dan komunikasi yang semakin canggih
(Tony dan Tumpal, 2005).
Merek yang paling kuat
menyajikan lebih daripada sekedar daya tarik rasional: merek tersebut
mengandung kekuatan emosional (Kotler,2005:83). Maksudnya, pada saat merek
menyentuh emosional konsumen dan membawa konsumen jauh ke dalamnya, bukan hanya
sekedar memperlihatkan atribut-atribut tertentu saja. Selain itu, brand equity dapat menciptakan nilai
bagi pelanggan maupun perusahaan. Dengan image yang positif, pelanggan akan
merasa puas karena produk yang dibelinya memiliki kualitas dan asosiasi merek
yang unggul.
Persaingan global sudah
diambang pintu dan tiap perusahaan dituntut untuk semakin profesional dan
kreatif supaya tidak tersisih dalam kompetisi. Maka dari itu, studi ini
bertujuan untuk membahas pengaruh brand image terhadap perilaku konsumen,
penjualan maupun nama serta nilai perusahaan di mata pelanggan. Kerangka
berpikir studi ini adalah sebagai berikut : Bagian kedua akan menjelaskan
tentang pengertian merek, brand equity
maupun asosiasi merek. Kemudian bagian ketiga akan memaparkan sikap konsumen
terhadap merek dan image produk
tersebut. Lalu di bagian keempat akan mendiskusikan perlunya perusahaan
memperhatikan imagenya dan pentingnya masyarakat lebih cerdik dalam memilih
produk berdasarkan brand imagenya.
Dan kesimpulan yang disajikan pada bagian terakhir akan menjadi penutup dalam
tulisan ini.
Referensi
Kotler, P., 2003. Marketing Management. Eleventh edition,
New Jersey, Prentice Hall Inc.
Tandjung, Jenu. ‘Marketing Management : Pendekatan Pada
Nilai-Nilai Pelanggan’ Edisi Kedua, Malang, Bayu Media Publishing.
Toni, S. dan
Tumpal, S., ‘Pengaruh Citra Merek dan Sikap Merek Terhadap Ekuitas Merek, Jurnal Ekonomi Perusahaan,
12(2):166-182.
Persaingan global sudah
diambang pintu dan tiap perusahaan dituntut untuk semakin profesional dan
kreatif supaya tidak tersisih dalam kompetisi. Maka dari itu, studi ini
bertujuan untuk membahas pengaruh brand image terhadap perilaku konsumen,
penjualan maupun nama serta nilai perusahaan di mata pelanggan. Kerangka
berpikir studi ini adalah sebagai berikut : Bagian kedua akan menjelaskan
tentang pengertian merek, brand equity
maupun asosiasi merek. Kemudian bagian ketiga akan memaparkan sikap konsumen
terhadap merek dan image produk
tersebut. Lalu di bagian keempat akan mendiskusikan perlunya perusahaan
memperhatikan imagenya dan pentingnya masyarakat lebih cerdik dalam memilih
produk berdasarkan brand imagenya.
Dan kesimpulan yang disajikan pada bagian terakhir akan menjadi penutup dalam
tulisan ini.
Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol
atau rancangan atau kombinasi hal – hal tersebut, yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan
untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler, 2005:82).
Sebuah merek juga bisa berupa nama, merek
dagang, logo atau simbol lain. Merek menjadi alat untuk mengidentifikasikan
penjual atau pembuat merek. Selain itu, merek sebenarnya merupakan janji
penjual untuk secara konsisten memberikan gambaran, manfaat dan jasa tertentu
pada pembeli. Merek – merek terbaik memberikan jaminan kualitas, lebih dari
sekedar simbol. Merek mempunyai enam pengertian, yakni (Kotler, 2005:82) :
- Merek
mengingatkan pada atribut atribut tertentu, contoh mercedes menyatakan
sesuatu yang mahal, terancang baik, tahan lama, bergengsi tinggi, nilai
jual kembali yang tinggi, cepat dan lain-lain.
- Merek
menggambarkan manfaat suatu produk, merek lebih dari atribut, karena
pelanggan tidak membeli atribut melainkan membeli manfaat. Contoh atribut
tahan lama pada produk Mercedes menunjukkan manfaat fungsional untuk tidak
perlu membeli mobil baru dlm periode tertentu.
- Menyatakan
sesuatu tentang nilai produsen, Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan,
gengsi, dan lain-lain.
- Mewakili
budaya tertentu, Mercedes mewakili budaya Jerman : terorganisai, efisien
dan kualitas tinggi.
- Mencerminkan
kepribadian tertentu, jika Mercedes diumpamakan seseorang, maka Mercedes
mencerminkan seorang pimpinan yang masuk akal.
- Merek
menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.
Pemakainya adalah orang-orang yang menghargai nilai, budaya, dan
kepribadian produk tersebut.
2 . 5 Pengertian Brand Awareness
Menjelaskan tentang sikap konsumen
terhadap sebuah citra produk, tidak dapat lepas dari brand awarness atau
kesadaran merek. Brand Awareness adalah kemampuan pembeli potensial untuk
mengenali atau mengingat merek untuk kategori produk tertentu. Berikut
merupakan tahap kesadaran terhadap suatu merek :
- Top of
Mind,
Merek yang disebut pertama
kali untuk produk tertentu. Misalnya, dari 100 orang yang ditanya tentang merek
televisi, mayoritas menyebut Sony untuk peringkat pertama. Maka Sony adalah Top of Mind produk televisi.
- Brand
Recall
Merek yang disebut untuk kelas
produk tertentu, misalkan untuk televisi adalah Sony atau Toshiba. Sedangkan
untuk sepeda motor adalah Honda atau Suzuki. Pada umumnya pelanggan hanya bisa
mengingat dan menyebut paling banyak tujuh merek.
- Brand Recognition
Pelanggan dapat mengingat
merek tapi ingatannya tidak terlalu kuat. Brand
Reconition adalah tingkat minimum dalam proses menciptakan kesadaran
terhadap merek. Paling tidak, suatu merek pernah didengar oleh masyarakat. Hal
ini menjadi lebih penting lagi kalau merek tersebut sudah didisplay pada
etalase-etalase supermarket.
- Unaware of
Brand
Merupakan kontradiksi Top of Mind, dimana masyarakat tidak
pernah menyebut merek produk untuk kategori tertentu. Dampaknya tentu saja
tingkat penjualan tidak terlalu bagus dan produk tersebut tidak dikenal oleh
masyarakat.
3 . Hubungan antara Image dengan Sikap Konsumen
Sangat penting bagi perusahaan untuk
memperhatikan citranya di mata konsumen. Karena hal ini berkaitan dengan segala
aspek yang dimiliki perusahaan terutama pada penjualan. Sebagai contoh, dalam
kasus Kartun Nabi Muhammad yang diterbitkan harian dari Denmark memicu protes
dari berbagai penjuru dunia. Akhirnya seluruh belahan dunia terutama dari pihak
negara Islam sepakat menghentikan konsumsi segala barang dari Denmark. Padahal
produsen-produsen Denmark tersebut tidak ikut mencela Nabi Muhammad namun
terkena dampaknya.
5 . Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa konsumen sangat terpengaruh pada citra merek yang terbentuk
sejak awal. Citra tersebut dapat dibangun seiring dengan tumbuh dan
berkembangnya produk, namun dapat runtuh seketika akibat kesalahan kecil atau Dimana
akan menjadi sangat sulit bila sebuah perusahaan menghapus citra buruk yang
sudah melekat padanya.
REFERENSI
Kotler, P., 2003. Marketing Management. Eleventh edition,
New Jersey, Prentice Hall Inc.
Tandjung, Jenu. ‘Marketing Management : Pendekatan Pada
Nilai-Nilai Pelanggan’ Edisi Kedua, Malang, Bayu Media Publishing.
PENGARUH BRAND IMAGE
PADA PERILAKU KONSUMEN
Pada dasarnya, iklan memiliki
tiga fungsi yaitu memberi informasi, mengingatkan, mempersuasi masyarakat
terhadap image sebuah merek. Merek yang paling kuat menyajikan lebih daripada
sekedar daya tarik rasional: merek tersebut mengandung kekuatan emosional
(Kotler,2005). Istilah loyalitas pelanggan menunjukkan pada kesetiaan pelanggan
pada objek tertentu, seperti merek, produk, jasa, atau toko. Pada umumnya merek
seringkali dijadikan sebagai objek loyalitas pelanggan. Loyalitas merek
mencerminkan loyalitas pelanggan pada merek tertentu (Rully,2006). Pelanggan
selaku konsumen juga dapat memberikan sebuah kontribusi yang sangat penting
untuk perusahaan. Maka dari itu, perusahaan memang dituntut untuk selalu
menjaga citranya dengan sangat baik demi kelangsungan perusahaan di masa
mendatang dan nama baik di mata masyarakat.
Referensi
Kotler, P., 2003. Marketing Management. Eleventh edition,
New Jersey, Prentice Hall Inc.
Rully, A.T.,2006.
‘Brand Trust Dalam Konteks Loyalitas Merek: Peran karakteristik Merek,
Karakteristik Perusahaan, Dan Karakteristik Hubungan Pelanggan-Merek’, Jurnal
Manajemen, 6(1):63-76.
0 komentar:
Posting Komentar